Kenapa Basuki Desak Anies? Inilah Simulasi dan Penyebab Banjir Temuan Peneliti ITB
Sabtu, 4 Januari 2020 06:06 WIBPolemik mengenai solusi banjir di Ibukota sempat sengit. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono cukup yakin normalisasi Ciliwung akan mengurangi banjir
Polemik mengenai solusi banjir di Ibukota sempat sengit. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono cukup yakin normalisasi Ciliwung akan mengurangi banjir.
Itu sebabnya Basuki mendorong agar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersedia menyokong proyek ini dengan melakukan pembebasan lahan. Normalisasi Ciliwung baru dilakukan sepanjang 16 kilometer (km) dari total target 33 km.
Padahal sejak dua tahun lalu pemerintah pusat sudah mengingatkan agar program--sempat berjalan pesat di era gubernur sebelumnya-- itu tetap dilanjutkan. Gubernur Anies rupanya punya konsep yang sedikit beda, yakni naturalisasi, bukan normalisasi. Hanya, konsep Anies pun tidak bisa berjalan tanpa pembebasan lahan.
Gubernur Anies juga sempat mempertanyakan efektivitas proyek normalisasi Ciliwung dengan mangatakan bahwa di wilayah yang telah dinormalisasi pun masih tergenang.
Mengurangi 24 persen genangan
Para pejabat sebetulnya tidak perlu debat kusir soal cara mengatasi banjir. Sudah terlalu banyak studi yang membahas hal itu. Tim di Kementerian PUPR juga memiliki segudang ahli. Kajian ini hanyalah sebuah contoh bahwa semua proyek bisa diukur efektivitasnya.
Salah salah studi itu pernah dilakukan oleh Segel Ginting, mahasiswa progam magister Pengelolaan Sumber Daya Air di Institut Teknologi Bandung. Ia membuat tesis dengan judul “Kajian dan Efektivitas Pengendalian Banjir di Jakarta” yang diselesaikan pada 2015. Segel dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. M. Syahril B. Kusuma, M.Sc dan Dr. Ir. Suardi Natasaputra, M.Eng.
Segel membikin simulasi terhadap berbagai solusi mengendalikan banjir antara lain normalisasi Ciliwung, pembuatan sodetan dan pembuatan deep tunnel. Kesimpulanya cukup menarik. Hampir semua program itu bisa mengurangi banjir dengan porsi tertentu.
Berdasarkan kondisi kejadian banjir 2007, peneliti menyimpulkan dari hasil simulasi itu bahwa normalisasi Ciliwung akan menurunkan muka air banjir sekitar 0.5 m sampai dengan 2 m. Adapun dampaknya bagi genangan di wilayah sekitar aliran sungai itu dapat mengurangi luas genangan banjir sekitar 24 persen dari total genangan di daerah layanannya untuk kejadian banjir 2007.
Normalisasi itu memiliki dampak yang sangat besar untuk periode ulang 2 tahun dan menurun pada periode ulang 5 tahun kemudian meningkat lagi pada periode ulang 10 tahun.
Selanjutnya: sodetan....
<--more-->
Deep tunnel dan sodetan
Lewat simulasi pula, Segel Ginting menyimpulkan bahwa proyek sodetan dari Sungai Ciliwung ke BKT dapat menurunkan muka air banjir kejadian 2007 sekitar 0.5 sampai 1 m di hulu dari sudetan. Proyek ini akan menggurangi luas genangan banjir sekitar 11.7 % dari total genangan di daerah layanannya.
Adapun pengendalian banjir lewat deep tunnel akan menurunkan muka air banjir kejadian 2007 sekitar 2 m di Kampung Melayu dan sekitarnya. Proyek yang membentang hingga laut ini menggurangi luas genangan banjir sekitar 45.9 % dari total genangan di daerah layanannya.
Selanjutnya: penyebab banjir
<--more-->
Penyebab banjir
Hasil kajian Segel juga menyimpulkan bahwa banjir besar yang pernah terjadi di Jakarta hingga 2014 umumnya karena hujan yang merata di seluruh daerah aliran sungai. Banjir juga bisa disebabkan hujan di daerah hulu, tapi dampaknya hanya akan lebih buruk bila diikuti oleh hujan lokal.
Menurut kesimpulan kajian itu, banjir di Jakarta karena hujan yang terjadi di hulu hanya mampu menaikan muka air di Manggarai sampai pada + 800 cm . Nah, jika jika disertai dengan hujan lokal di Jakarta, maka dapat menaikan muka air sampai pada + 900 cm.
Segel juga menyimpulkan, lama perjalanan banjir dari Katulampa sampai dengan Depok sekitar 4 jam, dan perjalanan banjir dari Depok sampai dengan Manggarai berkisar antara 10 sampai dengan 13 jam, tergantung daripada kondisi muka air di hilirnya. Selengkapnya kajian Segel bisa dilihat di sini .
Untuk keperluan sekarang, simulasi itu tentu harus dilakukan ulang sesuai data banjir terbaru. Tulisan ini sekedar menunjukkan bahwa semua program pengendalian banjir mudah diukur efektivitasnya, tak perlu capek berdebat. Apalagi, dalam pengendalian banjir, semua jurus perlu digunakan dan tak bisa cuma dengan satu cara.
***
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Otopsi Lina Diumumkan, Lima Fakta Ini Perlihatkan Rizky Febian Gegabah
Jumat, 31 Januari 2020 19:32 WIBBak Sulap, Tiongkok Bikin RS Corona dalam Hitungan Hari, Begini Faktanya
Kamis, 30 Januari 2020 15:00 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler