x

Iklan

Putu Suasta

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2019

Senin, 16 Maret 2020 05:58 WIB

Covid-19 Menguji Pariwisata Bali

Masyarakat dan para wisatawan penting mengetahui bahwa pemerintah pusat dan daerah dapat menangani wabah tersebut dengan singap dan tepat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

*Putu Suasta, Alumnus UGM dan Cornell University

Bali merupakan daerah paling terdampak secara sosio-ekonomi oleh penyebaran virus corona (covid-19) di Indonesia. Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian Bali kini kelimpungan akibat serangan wabah yang telah berubah menjadi pandemi global tersebut.Sumbangan sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi Bali mencapai 50,5 persen.

Penurunan tingkat kunjungan ke Bali semenjak merebaknya kasus virus corona ini diakui sendiri oleh Gubernur Bali I Wayan Koster sebagaimana diberitakan oleh Warta Ekonomi. Dia menyebutkan, virus corona menyebabkan turunnya kunjungan wisman mencapai angka 40 persen.  Di Bali, rata-rata okupansi hotel hanya 20 persen saat ini, khususnya di daerah-daerah yang dikunjungi oleh individual traveler seperti Kuta, Sanur, Legian, Ubud dan Jimbaran. Menurut CNBC Indonesia berdasarkan catatan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, akhir Februari 2020 tingkat okupansi masih berkisaran 30 persen.

Menguji Fundamen Pariwisata

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut catatan sejarah, ada satu peristiwa global yang pernah memukul secara dasyat geliat kehidupan pariwisata di Bali, yakni perang Teluk Persia (1900-1991). Ketika perang tersebut meletus, Bali telah dikenal dunia sebagai salah satu pulau tujuan wisata eksotik. Kendati berlangsung jauh dari Bali, perang tersebut menurunkan secara drastis kunjungan warga asing.

Memori tentang dampak perang Teluk Persia mungkin hanya dimiliki oleh para sejarawan sekarang. Peristiwa paling dekat dan masih segar dalam ingatan banyak orang adalah bom Bali I dan bom Bali II. Serangan para teroris yang merenggut banyak nyawa tersebut tidak hanya membuat pariwisata Bali lesu, bahkan dapat disebut mati total selama kurang lebih 1 dekade. Memasuki dekade kedua, pariwisata kemudian menggeliat dan hanya diganggung oleh peristiwa-peristiwa berdampak kecil seperti gempa dan letusan gunung agung.

Memasuki bulan ketiga sejak virus corona terdeteksi di Wuhan, dampaknya sudah terasa sangat serius di Bali. Sejauh ini belum dapat diprediksi secara objektif dan akurat berapa lama serangan pandemi tersebut akan berlangsung. Tapi bagi Bali sendiri, pandemi tersebut telah menunjukkan daya rusak paling serius sejak kasus bom Bali. Peristiwa ini akan menguji fundamen dari pariwisata Bali. Jika fundamen tersebut sudah cukup kokoh, daya tahannya terhadap serangan akan kuat dan pemulihan paska bencana relatif akan lebih singkat.

Covid-19 akan menguji secacara serius apakah pariwisata Bali telah didukung manajemen dan SDM yang unggul atau  hanya bersandar pada keindahan dan eksotisme alam sebagai daya tarik? SDM dan manajemen pariwisata itu akan terlihat dari kemampuan Bali menghadirkan rasa aman bagi para wisatawan di tengah terpaan bencana, atau kemampuan  untuk meyakinkan para wisatawan dan calon wisatawan bahwa Bali merupakan salah satu tempat teraman di dunia di tengah hadangan bencana. Demikian juga dengan pemulihan paska bencana, waktu yang dibutuhkan oleh pariwisata Bali untuk pulih akan sangat ditentukan oleh kualitas SDM Pariwisata yang dimiliki.

Jika penyebaran Covid-19  makin kencang perkembangannya dan makin banyak korban berjatuhan, terutama di kawasan-kawasan wisata, bukan tak mungkin tingkat kunjungan wisatawan ke Bali menurun ke titik yang paling menyedihkan. Maka secara logis akan banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan berbagai dampak lain yang segera muncul secara organik.

 Kesigapan Menangani Pandemi

Cara paling ampuh untuk membendung kepanikan dan ketakutan warga dan juga para wisatawan adalah menunjukkan secara serius kesigapan dan kemampuan pemerintah menangani wabah. Sejauh ini di Bali sendiri, menurut laporan media di Bali telah ada satu pasien positif Corona meninggal dunia. Pasien positif virus Corona dengan sebutan ‘kasus 25’ yang meninggal itu adalah warga negara asing berusia 53 tahun dan sempat dirawat di RSUP Sanglah, menghembuskan napas terakhirnya pada hari Rabu, 11 Maret 2020.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyebut, per 3 Maret 2020, jumlah pasien dalam pengawasan yang ditangani terkait virus Corona atau Covid-19 sebanyak 29 Orang. Kepala Dinas Kesehatan Bali Ketut Suarjaya mengatakan, dari angka 29 tersebut, 22 orang telah dinyatakan negatif. Sementara 7 lainnya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Suarjaya mengingatkan kepada masyarakat Bali agar tetap menjaga kesehatan dan lingkungan yang bersih (kompas.com, “29 Pasien dalam Pengawasan Virus Corona di Bali, 4 Maret 2020).

Sejauh ini pemerintah Bali telah menunjukkan kesigapan dalam penanganan dan antisipasi penyebaran virus tersebut. Karena itu warga tetap tenang, menjaga kebersihan dan meningkatkan daya tahan tubuh serta menempuh berbagai langkah-langkah pencegahan lainnnya. Namun karena rentang waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar bisa mengatasi wabah tersebut belum dapat dipastikan, pemerintah Bali bersama dengan pemerintah Indonesia mesti terus menerus menunjukkan peningkatan kemampuan upaya-upaya pencegahan dan penanganan.

Masyarakat pelu mengetahui bahwa pemerintah mengerahkan semua kemampuan terbaik untuk mencegah penyebaran virus tersebut lebih luas. Inilah kunci yang membuat China dapat mengatasi wabah ini hingga laporan terbaru menyebutkan tinggal 1 pasien positif convid-19 yang sedang dalam perawatan.

Kita ingat di hari-hari saat  penyebaran virus itu terjadi secara masif di China, hampir setiap hari Presiden Xi Jipping dan para pejabat China muncul di media memberi imbauan dan turun langsung ke tengah-tengah masyarakat untuk memastikan prosedur-prosedur penanganan dan pencegahan terlaksana dengan baik. Demikian juga dengan penambahkan tenaga medis, peralatan, bahkan hingga membangun rumah sakit baru. Dengan demikian masyarakat benar-benar yakin bahwa pemerintah mereka  mengerahkan seluruh kemampuan terbaiknya untuk menyelamatkan mereka.

Di belahan dunia lain, kita sekarang menyaksikan kepanikan pemerintah setelah virus tersebut mulai menyerang secara masif, padahal sebelumnya tak sedikit pemerintah di dunia memandang remeh serangan wabah tersebut. Karena itu, sekali lagi, kesigapan pemerintah Indonesia di pusat maupun di daerah menangani dan mengantisipasi perluasan penyebaran virus tersebut, akan menjadi penentu tingkat kerugian yang diakibatkannya. Masyarakat Indonesia dan dunia internasional akan melihat sejauh mana pemerintah sigap dan mampu menghadapi pandemi ini.

Kemampuan itu juga akan menentukan apakah pariwisata Bali akan segera menggeliat kembali, atau akan terpukul semakin parah. Di sana dipertaruhkan hajat hidup jutaan masyarakat karena kelesuan satu sektor penting dalam ekonomi akan membawa efek domino ke berbagai sektor lain.

Ikuti tulisan menarik Putu Suasta lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler