x

cover buku Biosketsa Darwin Karyadi

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 13 April 2020 18:59 WIB

Darwin Karyadi - Menguji Gizi, Menuai Senyum Prestasi

Peran Darwin Karyadi dalam masalah gizi di Indonesia, khususnya dalam hal kelembagaan, studi defisiensi vitamin A dan penelitian tempe.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Darwin Karyadi – Menguji Gizi Menuai Senyum Prestasi

Penulis: Rudi Pekerti

Tahun Terbit: 2007

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Helen Keller International                                                                    

Tebal: xxviii + 166

ISBN:

 

Persoalan gizi pertama kali menjadi perhatian di Indonesia adalah saat Pemerintah Hindia Belanda menyadari berkurangnya tenaga kerja untuk melaksanakan kebijakan Tanam Paksa. Kelaparan dan penyakit telah membuat banyak penduduk bumi putera yang meninggal atau mengungsi ke daerah lain. Padahal tenaga kerja adalah faktor pembatas utama dalam produksi tanaman eksport yang dibudidayakan melalui kebijakan Tanam Paksa. Faktor pembatas itu bukan lahan. Bukan juga iklim atau hama. Kekurangan tenaga kerja berarti melambatnya proses produksi.

Gagal panen dan penyakit melanda Jawa pada tahun 1848-1850. Kejadian yang melanda Jawa ini termasuk di wilayah Demak dan Grobogan. Kejadian ini mengakibatnya berkurangnya secara drastis jumlah pekerja yang bisa dipekerjakan di kebun-kebun milih Pemerintah Hindia Belanda. Kelaparan hebat ini kemudian memicu penelitian pangan pertama di Jawa. Untuk merespon kurangnya tenaga kerja akibat kurangnya bahan makan, Pemerintah Hindia Belanda melakukan penelitian jenis-jenis sumber bahan makanan. Pada tahun 1863 L.F. Praeger melakukan penelitian berfokus pada pemetaan keragaman bahan makanan. Penelitian kemudian dilanjutkan oleh Christian Eijkman pada tahun 1896 yang menemukan penyebab penyakit beri-beri, yaitu kekurangan vitamin B.

Dua penelitian penting tersebut kemudian menjadi tonggak penelitian tentang gizi di Indonesia. Tidak salah kedua tokoh tersebut, yaitu Praeger dan Eijkman sebagai tokoh ilmu gizi di Indonesia, sebelum muncul tokoh-tokoh di era kemerdekaan seperti Prof. Dr. Poorwo Soedarmo, Prof. Dr. Muhilal dan Prof. Dr. Darwin Karyadi. Sehingga tidak berlebihan jika Lembaga Makanan Rakyat kemudian berganti nama menjadi Lembaga Eijkman.

Biosketsa Darwin Karyadi ini tidak banyak memuat latar belakang kehidupan masa kecil. Rudi Pekerti hanya menampilkan sedikit saja masa remaja Darwin Karyadi, yaitu sebagai anak yang dikeluarkan dari sekolah saat SMA karena sering membolos dan lebih suka membaca buku di luar sekolah. Latar belakang yang sangat minim ini setidaknya bisa memberi kesan bahwa Darwin Karyadi adalah seorang swapembelajar. Seorang yang mempunyai sifat ingin tahu yang luar biasa tinggi. Sifat inilah yang membuatnya berhasil menekuni profesinya sebagai seorang ahli gizi.

Dalam kariernya Darwin Karyadi banyak memimpin berbagai Lembaga yang bergerak di bidang gizi. Diantara Lembaga yang pernah mendapatkan jasa dari Darwin Karyadi adalah Akademi Pendidikan Nutrisionis, Balai Penelitian Gizi unit Semboja dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Darwin Karyadi juga aktif dalam kegiatan proyek gizi, seperti proyek Bank Dunia, SEAMEO dan FAO. Karier Darwin Karyadi menjadi lengkap karena beliau juga berkiprah dalam organisasi profesi seperti Organisasi Peminat Gizi dan Pangan, Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia dan Perhimpunan Atherosklerosis dan Penyakit Vaskuler Indonesia.

Selain perannya dalam managerial di berbagai lembaga dan peran di organisasi profesi, Darwin Karyadi adalah ilmuwan gizi yang mempunyai karya ilmiah. Bersama dengan Prof. Dr. Muhilal, Doktor dari Fakultan Kedokteran Universitas Indonesia ini adalah pelopor penanggulangan masalah kekurangan vitamin A.

Darwin Karyadi adalah pecinta tempe. Beliau sangat senang dengan tempe, karena enak rasanya dan tinggi gizinya. Perhatiannya kepada tempe ini membuat Guru Besar IPB ini mendapat berbagai penghargaan. Diantara penghargaan yang didapatnya karena perhatiannya pada tempe adalah Penghargaan Centhini Kencana (1997) dan Bintang Mahaputra Naraya Buat Gizi (2005). Bintang Mahaputra Naraya disematkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Darwin Karyadi adalah seorang yang mempunyai motivasi belajar yang sangat tinggi, fokus kepada apa yang diinginkannya. Beliau tidak mengeluh karena kurang dukungan. Darwin Karyadi mempunyai kemampuan managerial yang luar biasa dan seorang yang berperan dalam organisasi-organisasi profesi, baik di dalam maupun di luar negeri. Sehingga dimanapun ia ditempatkan, selalu ada kemajuan dari organisasi yang dipimpinnya.

Karena buku ini adalah biosketsa, maka banyak detail yang belum muncul di dalamnya. Semoga suatu saat biografi Prof. Dr. Darwin Karyadi bisa ditulis, sehingga latar belakang dan suka dukanya bisa diketahui. Sehingga kita latar belakang dan suka duka perjalanan hidup beliau dengan lebih utuh.

 

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler