x

Light Bomber Ki-48 Kawasaki-sokei

Iklan

Herman Sjah Tahir

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 4 April 2020

Rabu, 22 April 2020 08:43 WIB

Bomber Kawasaki Ki-48 Sokei-Lily, Kisah Jendral Soedirman dan Pilot Atmo

Panglima TRI Jendral Soedirman terbang dengan Bomber Ki-48 Kawasaki Sokei

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketika Pangkalan Udara Bugis milik Kaigun ( Angkatan Laut Jepang ) jatuh ketangan BKR Malang pimpinan Imam Soedja’I pada 18 September 1945 , ditemukan pula jumlah yang cukup besar pesawat-pesawat terbang milik Kaigun walaupun sebagian besarnya dalam keadaan rusak atau telah lama tidak terbang. Dari beberapa jenis pesawat tersebut hanya 3 jenis pesawat yang tercatat dalam sejarah penerbangan Militer Indonesia.

Pesawat tersebut adalah :

  • Pesawat Latih Lanjut Ki-55 Tachikawa Army Type 99 diberi nama “ Ida “ oleh Sekutu dan dikenal dengan nama “ Cukiu “.
  • Pesawat Pembom Ringan Ki-48 Kawasaki-Sokei Army Type 99 diberi nama “ Lily “ oleh Sekutu.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Light Bomber Ki-48 Kawasaki-sokei

 

Light Bomber Ki-48 Kawasaki-sokei , Kaigun Jepang

 

  • Pesawat Pembom Ki-49 Nakajima Ki-49 Donryu Army Type 100 diberi nama “ Helen “ oleh Sekutu.

Dengan usia Republik Indonesia baru berusia 1 bulan, BKR Malang sudah bisa menguasai Lapangan Terbang lengkap dengan pesawatnya (ini tidak dialami oleh BKR lainnya) timbullah heroisme, tekad dan kreatifitas. BKR berhasil mengumpulkan para tehnisi pesawat terbang dan berapa pilot Jepang.

Ada catatan pada 30 September 1945, atas desakan Bung Tomo 2 Pilot Jepang yang tidak tercatat nama Jepangnya tapi lebih dikenal sebagai “Atmo dan Ali “, berhasil menerbangkan dua pesawat Cukiu yang telah diperbaiki oleh para tehnisi, untuk terbang menyebarkan pamflet pengumuman ajakan menjadi penerbang, karena direncankan Pangkalan Udara Bugis akan didirikan sekolah Penerbangan.

Keberhasilan dari para tehnisi di pangkalan Bugis yang paling membanggakan adalah ketika pada awal Februari 1946, mereka mempersiapkan test flight untuk Pesawat Ki-48 Kawasaki dan Pilot Atmo berhasil menerbangkan pesawat tersebut. Mungkin sudah direncanakan, persiapan yang dilakukan oleh para tehnisi dalam rangka menyambut Panglima TRI Jendral Soedirman yang akan melakukan inspeksi ke Pangkalan Bugis.

Jendral Soedirman direncanakan akan melakukan acara di Malang pada tanggal 28 April 1946 dengan akan menginspeksi tawanan tentara Jepang yang sudah dilucuti TRI. Para tawanan yang sebelumnya ditahan di Penjara Lowok Waru, Malang, hendak diberangkatkan ke Surabaya untuk diserahkan kepada pihak Sekutu yang akan memulangkan mereka ke Jepang.

Pada 27 April 1946, kunjungan istimewa sang jenderal itu ditemani sejumlah pejabat Jawa Timur. Selain Gubernur Jawa Timur RMT Ario Soerjo, turut pula Panglima Divisi VII/Oentoeng Soeropati Jenderal Mayor Imam Soedja’i, Ketua KNI Surabaya Doel Arnowo, dan Ketua Barisan Pemberontak Repoeblik Indonesia (BPRI) Soetomo alias Bung Tomo.

Jendral Soedirman dan Mayor Jendral Imam Soedja'i Pangkalan Udara Bugis

Jendral Soedirman di Pangkalan Udara Bugis

Jendral Soedirman dan Bomber Ki-48 Kawasaki Sokei

Pembom Ki-48 dan Ki-49 telah diberi nama Pangeran Diponegoro I (PD-I) dan Pangeran Diponegoro II (PD-II) setelah siap terbang usai diperbaiki dan diujicobakan sebelumnya. Mulanya, Jenderal Mayor Imam Soedja’i menawarkan Panglima Soedirman untuk menjajal PD-II. Namun Jendral Soedirman lebih tertarik menjajal PD-I alias pesawat pembom ringan Sokei Ki-48.

Menariknya, Jenderal Soedirman justru ingin “Atmo “ sebagai pilot (karena mengetahui bahwa Atmo sudah melakukan test flight PD-I), ketimbang dipiloti Halim atau Abdulrachman Saleh yang sudah diakui keandalannya sebagai penerbang. Dan ketika itu juga barulah Jendral Soedirman tahu kalau Atmo seorang penerbang Jepang.

Pilot Atmo dan juru teknik Moch. Oesar, sesuai permintaan Jendral Soeirman, menerbangkan pesawat keatas kota Banyuwangi, lalu ke arah Bali. Kemudian kembali lagi ke Pangkalan Bugis setelah terbang tiga perempat jam.

Light Bomber Ki-48 Kawasaki-sokei , Museum Penerbangan di China

Sejarah memang tidak mencatat Atmo sebagai pilot militer pertama Indonesia, tetapi dialah yang mungkin orang pertama yang menjadi pilot dari seorang Panglima Tentara Indonesia.

Pesawat Pembom Ringan Ki-48 Kawasaki-Sokei, kemudian tidak banyak tercatat lagi, karena bertugas sebagai operasional TRI dan pada akhirnya hancur di Pangkalan Maguwo Jogja pada Agresi Militer Belanda, Desember 1948. Tetapi sejarah mencatat bahwa Panglima TRI Jendral Soedirman pernah terbang dengan pesawat pembom bukan dengan pesawat jenis lain.

 

   

Ikuti tulisan menarik Herman Sjah Tahir lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

7 jam lalu

Terpopuler