x

Potret Kota Osaka di siang hari. (Sumber: pixabay)

Iklan

Muthyarana Darosha

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 April 2020

Selasa, 28 April 2020 12:07 WIB

Pandemi dan Ramadan di Jepang, Pemerintah Beri Tunjangan Rp 15 Juta

Ramadan sudah jalan empat hari, juga di Jepang, negara yang termasuk paling awal terjangkit Covid-19. Hingga kini, Osaka masih dijaga ketat sehingga berpengaruh pada pola aktivitas sehari-hari. Agung Pratama, seorang perantau Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Ehle Gakuen, Osaka, Jepang, menceritakan pengalaman puasa di Negeri Sakura, di tengah pandemi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Biasanya setiap bulan puasa kami selalu nyempatin untuk buka bersama. Hitung-hitung jadi ajang pelepas rindu-lah. Tapi sepertinya tahun ini nggak bisa, karena aturan untuk di rumah aja,” ungkap Agung.

Salat tarawih di masjid, menjadi hal yang paling Agung rindukan saat bulan puasa tahun ini. Ia mengatakan, biasanya, salat tarawih diadakan di kantor kedutaan atau di Masjid Osaka. Namun, lagi-lagi karena Covid-19 yang tengah melanda, agenda salat tarawih dibatalkan.

Empat hari berpuasa, Agung mengatakan aktivitasnya hanya sebatas belajar, main handphone, tidur, dan ke tempat kerja jika ada jadwal kerja. “Sejauh ini aku cuma belajar, main hanphone, tidur, atau sesekali ke resto tempat aku kerja part time. Tapi itu juga hanya beberapa jam, karena jadwal kerjanya dipersingkat,” ujar Agung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di pembicaraan malam itu, Agung bercerita, biasanya salat Idul Fitri dilakukan di tempat yang luas, bersama muslim-muslim lainnya. Akan disuguhkan berbagai bentou atau makanan, mulai dari makanan Indonesia, India, dan berbagai makanan lain sebagai bentuk jamuan bagi orang-orang yang merayakan dari keduataan.

"Untuk tahun ini, belum ada kepastian lebih lanjut mengenai perayaan Idul Fitri," tutur Agung.

Diberi Tunjangan

Sebulan lebih berkegiatan di rumah saja, Agung mengaku belum menemukan kedala yang berarti. Ia sama sekali tidak kesulitan dalam mencari bahan makan, bahkan saat memasuki bulan puasa. Pabrik-pabrik di Jepang tetap memproduksi bahan makanan guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Jepang, kata Agung.

Bahkan, Agung mengatakan pemerintah Jepang akan memberikan tunjangan ganti rugi untuk masyarakat karena tidak diperbolehkan bekerja selama sebulan belakangan.

“Tiap orang Jepang dan perantau, akan diberikan uang sekitar 14 -15 juta rupiah sebagai ganti rugi karena sudah sebulan dilarang bekerja. Namun, untuk pencairan dibutuhkan dokumen-dokumen tertentu, jadi diperkirakan akan cair di pertengahan Mei atau awal Juni,” jelas Agung.

Rindu Kampung Halaman

Walaupun tidak ada kendala yang berarti, Agung mengaku tetap merindukan Susana Ramadhan di kampung halaman. Agung bercerita, ia teramat rindu berbuka puasa dengan keluarga. Ia rindu ngabuburit bersama teman sejawat di kampung halaman. Dan juga rindu mendengarkan suara adzan. "Di Osaka sangat jarang mendengar suara adzan," kata dia.

“Tak ada tempat yang paling nyaman selain rumah, dan nggak ada orang yang lebih aku rindukan selain keluarga. Aku rindu puasa di rumah,” ujar Agung menutup perbincangan malam itu.

Ikuti tulisan menarik Muthyarana Darosha lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu