x

Warga mengantre mendapatkan makan siang yang dibagikan gratis salah satu perusahaan di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin, 20 April 2020. Bentuk kepedulian terhadap sesama dengan berbagi makan siang atau sembako gratis dilakukan saat penerapan PSBB di Jakarta. TEMPO/Muhammad Hidayat

Iklan

Victor Rembeth

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 6 Mei 2020 05:45 WIB

Anak Bangsa Pejuang Covid-19 dan Kita

Kisah Ketangguhan Anak anak bangsa dalam Era Covid 19

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 "Untuk ribuan anak bangsa yang diwakili Yuli, Sanusi, Stive dan Fredy di era Covid 19"

               Mampukah Indonesia menghadapi dampak serbuan Covid-19 yang siap menghancurkan semua sendi kehidupang bangsa ini? Ketika banyak keraguan ditujukan kepada duty bearer, dalam hal ini Pemerintah Indonesia dari tingkat pusat sampai daerah, apakah kita masih memiliki harapan? Bukan saja ancaman primer kesehatan yang belum bisa dipastikan akan bisa diatasi, tetapi juga yang sudah siap mengintip adalah ancaman sekunder ekonomi yang lebih memperparah situasi.

               Di mana mana sudah terdengar dimulainya pemutusan hubungan kerja secara masal. Hilangnya mata pencaharian para pekerja harian dan sektor informal akibat kebijakan #dirumahaja yang memaksa penghentian kegiatan semua sektor. Karena semua negara mengalami hal yang sama, maka sudah pasti rentetan efek domino kelesuan ekonomi di dunia kita yang tanpa batas semakin menghantam siapapun di semua pelosok negeri ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

               Sembari mengharap kepada kebijakan kebijakan ekonomi yang kreatif dari pemerintah saat ini, rasanya semua elemen bangsa ini tidak bisa berdiam diri berpangku tangan. Memang ada tersemat keraguan kepada kinerja pemerintah apakah dapat mengatasi masalah ini dengan kebijakan yang tepat guna. Namun sampai saat ini yang terkesan tindakan yang diambil masih karitatif dan tidak terstruktur. Hal ini dipersulit dengan ketiadaan data yang cukup dan sulitnya koordinasi lintas sektor dan antar jenjang, pusat dan daerah.

               Karena tidak mau berpangku tangan itulah hadir geliat geliat yang menunjukkan bangsa ini tidak mau kalah. Hal ini tergambar dengan hadirnya perilaku berbagi dan peduli kepada banyak anak anak bangsa dalam situasi yang prihatin ini. Tidak salah jika Indonesia dikategorikan sebagai negara yang bisa bertahan oleh sebuah media Amerika The Diplomat, kendati dianggap akan gagal oleh media media di Australia. Media ini menyoroti untuk apa yang dimiliki oleh the people of Indonesia yang menjadikan ada asa untuk ketangguhan menghadapi ancaman ekonomi karena dampak COvid 19.

               Menyitir 2019 Legatum Prosperity Index, Indonesia diposisikan sebagai negara di urutuan kelima untuk modal sosial (Social Capital) dan bahkan nomor satu untuk partisipiasi warga dan sosial yaitu dalam hal kerelawanan dibandingkan negara manapun. Survey lain yang dikutip, 2018 Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index, Indonesia menempati tingkat paling atas dalam hal frekeuensi berdonasi dan kerelawanan. Perilaku bangsa ini masih menyimpan harapan untuk makna ketangguhan sosial yang sesungguhnya.

               Hal ini dibuktikan dalam diri anak anak bangsa yang tidak mau kalah dengan gempuran ancaman ekonomi karena Covid 19. Dalam sebuah forum yang apik dikemas Pokja Pelibatan Masyarakat Covid 19 berjudul “Bersama Melawan Covid 19” sekelompok penggiat kemanusiaan berusaha menghadirkan “Kisah inspiratif Baik dari Komunitas”. Dalam diskusi itulah dibukakan sebuah kenyataan bahwa survei perihal ketangguhan bangsa dan modal sosial itu bukanlah isapan jempol belaka. Selain berbagai inisiatif Organisasi Masyarakat Sipil, berbagai organisasi berbasis iman, ataupun upaya upaya kerelawanan lain, masih ada banyak orang orang kreatif yang mau berbagi di tengah bangsa yang sedang menderita saat ini.

               Yang pertama adalah Fredy Chandra yang menggagas Gerakan Solidaritaskeluarga.id. Dari keresahan terhadap nasib para pengemudi taksi online di hari hari awal merebaknya Pandemik, ia menggagas. sebuah Gerakan sosial yang mengajak keluarga membantu sesama keluarga yang membutuhkan bantuan. Solidaritaskeluarga.id menggunakan teknologi crowd-mapping dan platform online untuk menghubungkan keluarga dari kelompok masyarakat rentan yang terdampak COVID-19, bencana alam, dan persoalan ekonomi kepada keluarga yang bersedia membantu. Ada keluarga keluarga yang berbagi dan ada keluarga keluarga yang didukung dihubungkan dalam platform online yang akuntabel

               Ada juga Stive Recardo dari Komunitas Manyala di Tobelo Halmahera Utara yang dengan teknologi membantu mengkomunikasikan risiko Covid 19 ke 14 desa. Hal ini adalah Gerakan dengan menggunakan media visual sebagai upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran Covid 19 ke masyarakat.  Mereka juga melakukan penterjemahan buku buku ke Bahasa local kepada anak anak yang tidak bisa belajar secara online karena keterbatasasn akses internet. Bukan hanya itu, mereka juga menggunakan teknologi drone untuk penyuluhan dan sosialisasi Covid.

               Dari timur pulau Jawa ada Perkumpulan Suar Indonesia di Kediri yang menghadirkan tokohnya yang bernama Sanusi.  Mereka adalah penggiat yang secara khusus melakukan edukasi kepada para pekerja seks komersial perihal pencegahan dan pengendalian Covid 19. Bersama dengan Jaringan Peduli Kemanusiaan mereka memperhatikan mereka yang tereksklusi dari masyarakat pada umumnya. Bersama dengan perempuan muda Nahdlatul Ulama, Fatayat NU, mereka melakukan sosialiasi cuci tangan dan pembagian masker, serta sekaligus melakukan kerja kreatif pembuatan masker oleh para pekerja seks untuk dibagikan kepada masyarakat.

               Jakarta yang padat dan sering susah memanusiakan manusia lain juga memiliki champion yang mau berbagi dalam kondisi era krisis Covid 19 ini. Adalah Yuli Patmisari, seorang guru PAUD Cahaya Prima di Jakarta Barat mau melakukan hal penting untuk tetap bertahan dalam segala limitasi yang ada. Ia menggerakan guru guru dan komunitas sekitarnya untuk membuat bahan ajar mengenai Pandemik ini kepada warga dan para orangtua murid. Sudah tentu para orangtualah yang kemudian mengajarkan kepada para anak anak mereka. Yuli juga mengajarkan pembuatan bahan ajar sederhana yang bisa didapat dengan mudah untuk prakarya sekolah.

               Yuli, Sanusi, Steve dan Fredy adalah realitas ketangguhan kita bangsa Indonesia. Mereka tidak mau kalah dengan ancaman yang ada. Ketika ide-ide cemerlang yang mereka lakukan ditengah kesesakan akibat ancaman primer dan sekunder Covid 19 tidak mendapat perhatian dari pemilik modal, organisasi besar dan atau bahkan pemerintah, mereka tetap melakukan panggilan mereka untuk berbagi kebaikan. Keterbatasan sumber daya tidak meredupkan nyala api kemanusiaan mereka untuk menjadi terang ditengah keremangan atau bahkan kegelapan pengelolalan dampak Covid 19.

               Mereka juga hampir pasti tidak diliput oleh media apalagi melakukan publikasi dengan jaringan yang membutuhkan dana dan sumber daya yang besar. Namun mereka inilah yang banyak hadir dalam kejumudan birokrasi tata kelola bantuan kemanusian yang sering tidak sampai pada waktunya dan tidak tepat sasaran. Hanya keyakinan dan ketangguhan merekalah yang bisa melahirkan inisiatif inisatif untuk bisa hadir kepada mereka yang memerlukan. Untuk mereka yang hampir kalah secara ekonomi, untuk mereka yang terpencil, untuk mereka yang terbuang dan untuk mereka yang terbatas, para pejuang ini hadir dan berkarya baik.

               Merekalah modal sosial Indonesia yang berketangguhan. Mereka bukan hanya empat orang ini, tetapi mereka ada di kampung kampung, komunitas, masjid, gereja, vihara, pura dan banyak lagi tempat yang tidak bisa kita petakan secara sederhana. Mereka berbagi bukan karena berkelebihan. Mereka juga melakukan aksi bukan karena sumber daya yang pasti. Mereka melakukan dengan Nurani dan panggilan kepada sesama yang membutuhkan. Ibu Pertiwi pasti tersenyum melihat anak anaknya yang bernurani baik dan berketangguhan. Jayalah "the kind hearted people of Indonesia".

 Terima kasih Fredy, Steve, Sanusi dan Yuli, kalian sudah menjadi Indonesia yang manusiawi.

#Pulihbersama

#Menitbertahanhidup

#ProtectAGeneration

#Siapuntukselamat

Ikuti tulisan menarik Victor Rembeth lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler