x

Didi Kempot menghibur di Goa Pindul, Gunung Kidul, Yogyakarta, 22 Juni 2019. Tempo/Imam Sukamto

Iklan

joko yugiyanto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 Mei 2020

Senin, 11 Mei 2020 15:37 WIB

Kejeniusan Didi Kempot Mempromosikan Wisata Kepada Kaum Milenial

Tangan dingin Didi Kempot mampu menceritakan satu objek wisata dalam bentuk lagu dan di gandrungi milenial. Hampir semua lagu bercerita tentang wilayah dan patah hati.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam beberapa hari terakhir nama Didi Kempot senantiasa muncul di berbagai media. Bahkan tak sekali menjadi trending topik di Twitter. Saya pun yang semula bukan sobat ambyar tergelitik untuk mencari informasi lebih dalam.

Benar saja dari banyak informasi saya dapat bahwa pria kelahiran Ngawi ini sungguh fenomenal. Bagaimana ia merintis karir dari bawah hingga sukses saat ini.

Bermula ngamen di jalanan hingga ngamen di luar negeri. Lagunya pun menggema seantero jagad. Bahkan kita akan dengan mudah mereka, orang barat pun bisa menyanyikan lagu ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kaum milenial yang jaman dulu kita kenal tak tahu dengan lagu berbahasa Jawa, kini mereka fasih menyanyikannya. Tiap kali di gelar pertunjukan maka penonton akan tumpah dengan air mata.

Sangat mudah menemukan mereka hingga menangis histeris bahwa lagu tersebut mewakili perasaan mereka. Penonton diajak hanyut dan berjoget atas rasa sakit hati mereka.

Lebih dari itu akan sangat banyak lagu diciptakan berdasar nama daerah atau tempat. Paling booming tentu saja Stasiun Balapan yang saat ini pun muncul petisi untuk di bangun monumen The GodFather of Brokenheart.

Tak hanya itu saja, saya yang orang Jogja pun takjub bagaimana ia mampu menciptakan lagu Banyu Langit. Lagu yang bercerita tentang Gunung Api Purba Nglanggran Gunungkidul.

Saya yang kebetulan pernah ada di puncak Gunung Api tersebut pun merasakan suasana syahdu tersebut. Hanya saja tidak mampu mengangkat dalam sebuah lirik yang begitu apik.

Dari informasi yang saya dapat ternyata beliau hanya sesaat berada di Nglanggeran saat peluncuran Nglanggeran Mart pada tahun 2013. Luar biasanya meski sesaat mampu menggambarkan kondisi alam yang begitu dingin. Kini berkat lagu tersebut banyak wisatawan yang penasaran dan ingin melihat lebih dekat .

Di Jogja sendiri tak hanya bercerita tentang dinginnya Gunung Api Purba, tapi dalam catatan masih ada lagu tentang Parangtritis, Malioboro, dan Jogja itu sendiri.

Menurutnya Jogja adalah barometer musik nasional, dan bila bisa diterima di kota budaya itu maka besar kemungkinan di terima di tempat lain.

Membuat sesuatu yang biasa menjadi luar biasa mungkin itu adalah darah beliau. Menarik masa ke tahun 2000 awal mungkin kita tidak akan bisa menemukan anak muda yang akrab dengan gawai menyanyikan lagu campursari.

Tapi kini hampir tiap sudut kota bila ada pertunjukan musik lagu Didi Kempot tak pernah absen meski dengan aransemen baru. Bahkan lagu ini bisa menghipnotis ketika di ubah dengan iringan akustik atau koplo.

Membuat siapa saja ingin berjoget meski sebatas menggoyangkan tangan. Daya magis itu begitu terasa, saya pun yang sebelumnya tidak begitu familiar dengan lagu beliau kini begitu menikmati.

Tak kurang dari 700 lagu telah di ciptakan. Mayoritas bercerita tentang hati yang terluka dan mentautkan dengan satu daerah atau wilayah. Kalau boleh tahu lagu favorit kamu yang mana.

 

Ikuti tulisan menarik joko yugiyanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler