x

Foto udara kawasan Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB di Mataram, 11 Mei 2017. ANTARA FOTO

Iklan

Priscilla Meyda

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2020

Selasa, 19 Mei 2020 09:19 WIB

Perubahan Motivasi Wisata Religi di Era Modern

Tidak hanya di Indonesia, wisata religi juga menjadi sebuah kegiatan yang populer di seluruh dunia. Data UN World Tourism Organization menyatakan sebanyak 300 juta orang mengunjungi situs religi di seluruh dunia setiap tahunnya. Jumlah ini adalah sekitar seperempat dari seluruh kedatangan wisatawan internasional. Di tengah era kemajuan teknologi seperti sekarang, makna wisata religi itu sendiri telah mengalami pergeseran.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia memang terkenal dengan keberagamannya. Tak heran, selain wisata budaya, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang terkenal memiliki banyak situs wisata religi. Sebut saja Masjid Istiqlal di Jakarta, Gua Maria Laudres di Kediri, hingga Pura Besakih di Bali.

Wisata religi selama ini memang menjadi sebuah kegiatan yang cukup populer di Indonesia, hal ini tentunya tidak terlepas dari pengaruh budaya beragama yang tumbuh dan mengakar dengan kuat pada masyarakatnya.

Tidak hanya di Indonesia, wisata religi juga menjadi sebuah kegiatan yang populer di seluruh dunia. Negara yang terkenal dengan wisata religi seperti Arab Saudi dengan Mekkah sebagai lokasi ibadah umat Muslim hingga Israel dengan Yerusalem sebagai pusat tiga agama besar dunia, tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan, data dari UN World Tourism Organization menyatakan bahwa sebanyak 300 juta orang mengunjungi situs religi di seluruh dunia setiap tahunnya. Jumlah ini adalah sekitar seperempat dari seluruh kedatangan wisatawan internasional.

Bagi sebagian besar orang, kegiatan wisata religi selalu identik dengan kegiatan ziarah dan mengunjungi berbagai tempat yang memiliki kaitan dengan agama atau religiusitas. Tapi, di tengah era kemajuan teknologi yang semakin pesat seperti sekarang, makna wisata religi itu sendiri telah mengalami pergeseran. Tak lagi sekadar tentang agama, saat ini wisatawan yang mengunjungi situs religi memiliki banyak tujuan lain seperti mencari ketenangan, mempelajari budaya tertentu, hingga mempelajari arsitektur.

Fenomena ini disebut-sebut terjadi akibat cara pandang dan berpikir manusia yang semakin rasional, sehingga lebih mengedepankan logika daripada intuisi semata. Situs wisata religi yang sebelumnya didominasi oleh para pelancong dengan motif keagamaan telah memperluas pasarnya dengan menarik wisatawan dengan banyak motivasi yang terkesan lebih duniawi.

  1. Menghindari Depresi

Dalam kehidupan masyarakat pada era teknologi saat ini, terutama kalangan milenials, nampaknya mental illness menjadi sebuah masalah yang kerap kali ditemui. Tekanan yang didapatkan dari media sosial dan pergaulan seolah memicu untuk terus berlomba-lomba menjadi yang paling populer. Hal seperti ini tentu sudah tidak asing di telinga kita bahwa dapat memicu depresi dan mengganggu kesehatan mental seseorang.

Tidak hanya terjadi pada kalangan milenials, banyak generasi yang lebih tua juga mengalami depresi akibat beberapa hal, seperti PHK, masalah rumah tangga, ataupun masalah ekonomi. Nah, sehubungan dengan hal tersebut, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa banyak dari pengunjung situs wisata religi di dunia pergi ke sebuah situs religi untuk mencari ketenangan jiwa saat berada dalam masa yang sulit, mencari keberuntungan, maupun mencari kesembuhan. Namun, wisatawan tersebut mengaku tidak berafiliasi dengan agama tertentu.

  1. Mendapatkan Status Sosial

Alasan kedua ini sebenarnya masih berhubungan dengan alasan sebelumnya. Tekanan sosial yang ada di tengah masyarakat seolah selalu menuntut seseorang untuk berada pada kasta teratas dalam pergaulannya. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa ada wisatawan religi yang melakukan perjalanan religi dengan motif status sosial sebagai alasan utama. Contohnya, dalam sebuah lingkungan tertentu, seseorang yang memiliki gelar haji menjadi seseorang yang lebih dihormati dan dianggap berada dalam kasta yang lebih tinggi karena telah mampu untuk berangkat ibadah Haji.

Walaupun akan sulit bagi orang yang melakukannya untuk mengakuinya, hal ini dapat menjadi motivasi utama seseorang saat berangkat ibadah Haji. Tak hanya dalam lingkungan masyarakat, ibadah Umrah juga seringkali dilakukan oleh politikus saat mencalonkan diri dalam tingkat tertentu. Lagi-lagi, meskipun akan sulit untuk diakui, salah satu alasan dalam melakukan ibadah Umrah ini adalah untuk mendapatkan perhatian tersendiri dari masyarakat yang memilih.

  1. Belajar Budaya dan Arsitektur

Situs religi biasanya merupakan situs yang memiliki cerita dan sejarah di baliknya. Saat ini, banyak wisatawan yang berkunjung ke situs religi untuk sekadar mengagumi maupun mempelajari arsitektur yang ada pada sebuah situs religi. Contohnya adalah Hagia Sophia di Turki. Situs ini merupakan bekas basilika dan masjid yang saat ini memiliki fungsi utama sebagai museum. Bangunan Hagia Sophia memiliki arsitektur yang begitu menakjubkan sehingga disebut sebagai salah satu lambing arsitektur gaya Romawi.

Di Indonesia, salah satu situs religi yang sekaligus menjadi objek wisata budaya adalah Candi Borobudur yang merupakan kuil Buddha terbesar di dunia. Meskipun kegiatan utama di Candi Borobudur saat ini merupakan kegiatan wisata, akan tetapi pada hari raya besar umat Buddha, Candi Borobudur masih tetap aktif digunakan. Makannya, saat berkunjung ke Candi Borobudur kita harus menggunakan pakaian yang sopan serta selalu menjaga sikap.

  1. Kesenangan

Seperti kegiatan wisata pada umumnya, banyak orang mengunjungi situs religi sekadar untuk kepentingan leisure dan tidak memiliki motif khusus. Wisatawan dengan motif ini bisa saja secara tidak sadar bahwa dirinya sedang melakukan kegiatan wisata religi. Hal ini dikarenakan banyaknya situs religi yang telah menjadi landmark wilayah atau negara tertentu, sehingga tidak sah rasanya jika mengunjungi sebuah destinasi tanpa berkunjung ke negara tersebut.

Salah satu contohnya adalah Pura Tanah Lot di Bali. Mungkin kalian yang membaca juga baru sadar bahwa Pura Tanah Lot merupakan sebuah situs religi. Saat study tour ke Bali, objek wisata tersebut merupakan salah satu objek yang tidak mungkin untuk dilewatkan, bukan? Itu menjadi salah satu bukti bahwa seringkali situs religi telah menjadi landmark suatu destinasi.

Wisata religi telah menjadi salah satu industri dalam dunia pariwisata yang hingga saat ini terus berkembang pesat. Beragam cara pandang dan pemaknaan baru terhadap situs wisata religi menjadi salah satu pemicunya. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pariwisatanya, mengingat begitu banyak situs religi yang ada di tanah air. Untuk itu, pariwisata Indonesia harus selalu berbenah diri terutama dalam situs wisata religi yang seringkali belum dianggap begitu potensial di Indonesia. Maju terus pariwisata Indonesia!

Ikuti tulisan menarik Priscilla Meyda lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler