x

Iklan

Avi Rosyidah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Mei 2020

Kamis, 21 Mei 2020 13:56 WIB

Masjid Tiban, Makna Relijius di Balik Kisah Mistis Situs Wisata Religi

Kisah mistis yang menyelimuti situs wisata religi Masjid Tiban sangat menarik perhatian masyarakat. Wisatawan yang berkunjung ke masjid ini kebanyakan didorong oleh rasa penasaran akan hal tersebut. Tapi ternyata, dibalik kisah itu, terdapat makna yang sangat dalam dan hikmah yang patut untuk diteladani.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dari luar, masjid ini tampak megah dan mencolok di antara bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Tidak heran, bangunan yang menjulang tinggi dengan arsitektur dominan berwarna putih dan biru ini sangat mudah ditemukan, meskipun letaknya berada di tengah permukiman warga. Masjid yang mulai terkenal pada tahun 2000-an ini berlokasi di Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Malang.

Meskipun berada jauh dari pusat kota, masjid ini dapat menarik banyak pengunjung. Tercatat rata-rata kunjungan wisatawan perhari bisa mencapai tiga ribu orang, dan pada akhir pekan bisa mencapai lima ribu orang. 

Masjid ini terkenal karena memiliki arsitektur mewah bergaya perpaduan Eropa, China, dan Arab. Tiang-tiang yang menjulang sangat kental bergaya Eropa, di beberapa bagian masjid diberi detail ornamen berwarna emas bernuansa arsitektur Cina, tidak ketinggalan berbagai hiasan kaligrafi bergaya Arab. Perpaduan warna dan bentuk bangunan yang unik dengan cepat tersebar di media sosial dan menjadi objek wisata religi yang dikenal masyarakat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain keindahan dan keunikan arsitektur Masjid Tiban, daya tarik lain yang sangat terkenal adalah cerita mistis di balik pembangunan masjid ini. Kabar yang beredar luas di masyarakat bahwa masjid ini muncul secara tiba-tiba di tengah permukiman warga. Dari sini lah masyarakat sekitar menamai masjid ini dengan nama Masjid Tiban, yang berarti “mendadak muncul”. 

Masyarakat sekitar percaya bahwa masjid ini dibangun oleh pasukan jin dalam waktu semalam. Bukan tanpa alasan, sebab selama pembangunan masjid masyarakat sekitar tidak pernah melihat adanya alat-alat berat yang keluar dan masuk area masjid. Ketika dibuka pada tahun 2008, secara mengejutkan masjid setinggi 10 lantai ini berdiri gagah dengan arsitektur yang sangat mewah.

Apa Kata Pengelola?                                                       

Pihak pengelola menuturkan bahwa Masjid Tiban yang dikunjungi oleh wisatawan ini merupakan bagian dari Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri'asali Fadlaailir Rahmah. Pendiri sekaligus pemilik pondok pesantren ini adalah KH Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam atau lebih dikenal dengan Romo Kiai Ahmad.

Pengelola menampik kabar mengenai pembangunan masjid yang dilakukan oleh pasukan jin. Pihak pengelola sekaligus pengurus pesantren mengungkapkan kebenaran di balik kisah mistis itu. Menurut keterangannya, masjid ini dibangun dengan dukungan dana dari para donatur yang berasal dari santri pondok pesantren serta keluarganya. Proses pembangunan masjid ini juga dilakukan dengan gotong-royong para santri tanpa menggunakan alat berat, semua dikerjakan manual dengan tenaga manusia. 

Mengenai arsitekturnya yang mewah, pengelola menjelaskan bahwa wujud masjid yang sekarang dikenal masyarakat itu dirancang oleh Romo Kiai Ahmad. Beliau selalu melaksanakan salat Istikharah sebelum mengambil keputusan berkenaan dengan pembangunan masjid, mulai dari bentuk bangunan, warna, hingga ornamen dan hiasan.

Jadi, tidak heran apabila pembangunan masjid ini tidak diketahui oleh masyarakat sekitar. Dalam proses pembangunannya, semua dikerjakan secara mandiri, baik tenaga maupun dana yang digunakan. Pengurus pondok pesantren tidak ingin meminta sumbangan tenaga dan dana kepada masyarakat sekitar dan berusaha membangun masjid dengan sumber daya mandiri, bertujuan agar menjadi manfaat bagi masyarakat.

Pondok Tombo Ati (Obat Hati)

Pesantren mengajarkan kepada para santrinya untuk menghindari sifat iri, dengki, riya’, dan takabur dengan berusaha menanamkan perilaku mawas diri, berprasangka baik kepada orang lain, dan menghormati manusia. Pondok pesantren menganut aliran ahlus sunnah wal jamaah, yang berarti tidak merasa paling benar di antara golongan yang lain.

Ajaran pembersihan penyakit hati ini juga berusaha disampaikan kepada wisatawan melalui wisata religi. Masjid yang dibangun dengan kerja keras para santri mengajarkan kita untuk gigih dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan buah manis dari usaha kita. Selain itu, pembangunan masjid ini mengajarkan kita untuk ikhlas dalam melakukan sesuatu, bahwa apabila kita berbuat baik tidak seharusnya sesumbar dan sombong. 

Salah satu bentuk arsitektur berupa jam besar di ruangan utama masjid merupakan simbol bahwa hidup manusia di dunia bersifat sementara. Jam besar tersebut merupakan ‘cermin’ kehidupan agar manusia selalu ingat untuk berbuat baik dan bermanfaat selama hidup di dunia. Sungguh makna yang sangat indah apabila kita sebagai wisatawan melihat Masjid Tiban secara lebih mendalam dan menghayatinya.

Catat Hal Ini Jika Ingin Berkunjung

Terlepas dari kisah mistis yang menyelimuti dan makna di balik pembangunannya, Masjid Tiban masih menjadi objek wisata religi yang menarik, tidak hanya bagi wisatawan daerah tetapi juga wisatawan yang berasal dari luar daerah. Pihak pengelola dalam hal ini adalah pengurus pondok pesantren menyambut pengunjung yang datang ke kompleks Masjid Tiban dengan senang hati.

Namun, ada beberapa hal yang patut diingat oleh para wisatawan yang ingin mengunjungi kompleks masjid ini. Sudah menjadi kewajiban wisatawan untuk menaati peraturan yang dibuat oleh pengelola, apalagi objek wisata yang dituju merupakan rumah ibadah, tempat yang disucikan oleh pemeluk agama.

Pertama, berpakaian sopan dan bertutur kata yang baik selama berada di area kompleks Masjid Tiban. Wisatawan yang memasuki area Masjid Tiban patut menjaga sikap dan perkataan layaknya tamu yang berkunjung ke rumah orang lain. Unggah-ungguh dan sikap saling menghormati keyakinan umat beragama harus dijunjung tinggi oleh wisatawan religi. Pengelola menuturkan bahwa siapa pun boleh berkunjung ke area masjid, tidak hanya umat Islam. Apabila wisatawan ingin memasuki area masjid, alas kaki wajib dilepas dan dibawa sendiri karena pengelola tidak menyediakan penitipan.

Kedua, menjaga kebersihan. Masjid Tiban seperti objek wisata lain pada umumnya juga menyediakan berbagai fasilitas penunjang aktivitas pariwisata. Terdapat tempat parkir kendaraan, stan penjual makanan, toilet, dan pusat oleh-oleh. Pengelola juga sudah menyediakan tempat sampah di berbagai sudut kompleks masjid. Maka dari itu, wisatawan diharapkan tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan selama berwisata.

Ketiga, menghormati orang-orang yang tinggal di dalam kompleks masjid. Masjid Tiban merupakan bagian dari pondok pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri'asali Fadlaailir Rahmah sehingga para santri dan pengajar banyak yang tinggal di sini. Proses belajar mengajar juga dilakukan di kompleks pondok pesantren, baik kegiatan sehari-hari maupun acara-acara yang diadakan pada hari-hari besar. Wisatawan diimbau untuk menghormati kegiatan dan tidak mengganggu aktivitas penghuni pondok pesantren.

Keunikan yang dimiliki Masjid Tiban memang patut dikagumi dan diambil hikmahnya. Adanya wisata religi dengan segala kelebihan dan kekurangannya, pengelola berharap wisatawan akan mendapatkan manfaat dari kunjungan wisatanya. Di awal mungkin wisatawan merasa penasaran dengan kisah mistis yang mereka dengar, tetapi seiring waktu pengelola memberikan pengetahuan mengenai masjid ini, wisatawan bisa mengambil hikmah dari kunjungannya. Harapannya Masjid Tiban ini tidak hanya dikenal sebagai masjid dengan kisah mistis, tetapi juga dikenal sebagai simbol kegigihan dan keikhlasan.

Ikuti tulisan menarik Avi Rosyidah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler