x

Iklan

Indonesiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 8 Juni 2020 18:27 WIB

Indonesiana Gelar Diskusi Saintisme dan Filsafat

Indonesiana akan menggelar diskusi mengenai hal itu pada Selasa, 9 Juni, mulai pukul 11.00. Diskusi ini digelar juga untuk merespon polemik Sains vs Agama yang amat riuh rendah di jagat media sosial belakangan ini. Sebuah diskusi yang bermula dari perdebatan antara novelis AS Laksana berhadapan dengan budayawan Goenawan Mohammad. Perdebatan itu lalu memicu banyak pemikir lain urun rembug, antara lain: Nirwan Ahmad Arsuka, F Budi Hardiman, Ulil Abshar, Taufiqurrohman, Hamid Basyaib, dan lain-lain.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Revolusi Ilmiah pada abad ke-17 memang telah memberi sumbangan besar bagi pemahaman manusia atas dunia. Juga dalam hal mengatasi masalah seperti penyakit. Perkembangan pesat teknologi akhirnya juga memudahkan manusia.
 
Tetapi seperti pisau bermata dua, tak selamanya perkembangan itu berwajah tunggal. Karena bersamaan dengan itu lahir saintisme yang terlalu percaya pada kekuatan sains dalam memecahkan masalah kehidupan. Bahkan ada yang menggap sains (ilmu alam) sebagai satu-satunya pengetahuan yang nyata.
 
Di masa Pencerahan bahkan sains bisa dianggap menggantikan agama. Pandangan ini berpuncak pada positivisme Comte yang mengandaikan ilmu alam menjadi model semua ilmu, termasuk filsafat dan humaniora, dan agama tersingkir.
 
Bagaimana perdebatan sains dan saintisme ini dalam filsafat dan sains? Bagaimana kita menempatkannya dalam menyelesaikan masalah manusia, misalnya pandemi corona. 
 
Indonesiana akan menggelar diskusi mengenai hal itu pada Selasa, 9 Juni, mulai pukul 11.00. Diskusi ini digelar juga untuk merespon polemik Sains vs Agama yang amat riuh rendah di jagat media sosial belakangan ini. Sebuah diskusi yang bermula dari perdebatan antara novelis AS Laksana berhadapan dengan budayawan Goenawan Mohammad. Perdebatan itu lalu memicu banyak pemikir lain urun rembug, antara lain: Nirwan Ahmad Arsuka, F Budi Hardiman, Ulil Abshar, Taufiqurrohman, Hamid Basyaib, dan lain-lain.
 
Dari seluruh penyumbang gagasan itu hampir semua berlatar belakang budaya atau filsafat. Belum ada yang memiliki latar belakang sebagai saintis. Nah, dalam diskusi yang didukung juga oleh Koran Tempo, Tempo,co, dan Majalah Tempo, ini akan tampil Profesor Dr Agus Budiyono, sorang mantan profesor bidang aerospace di RMIT University, technopreneur, dan penulis buku.  Agus  Budiyono menyelesiakan S1-nya dari ITB dan mempeoroleh gelar doktornya di Massachusetts Institute of Technology (MIT) bidang aerospace.  
 
Sedangkan Dr Fransico Budi Hardiman saat ini mengajar filsafat di Universitas Pelita Harapan. Dia memperkenalkan pemikiran kritis Jurgen Habermas ke dalam masyarakat Indonesia lewat dua bukunya, Kritik Ideologi dan Menuju Masyarakat Komunikatif. Setelah menerbitkan kedua karyanya itu ia belajar filsafat di Munich Jerman untuk meneliti Teori Diskursus yang dirumuskan oleh Habermas.
 
Diskusi via online dan tak berbayar ini bisa diikuti lewat Instagram (Tempodotco), Facebook (https://www.Facebook.com/Tempomedia/Live .
 
 
 
 
 
 

Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler