x

Iklan

Johanes Sutanto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 31 Agustus 2020 18:07 WIB

Generasi yang Hilang di Tengah Pandemi Covid-19; Siapakah Mereka?

Akibat Covid-19 yang tak kunjung berakhir, tetapi justru berpotensi terus naik, kini bermunculan generasi anak muda yang disebut dengan generasi yang hilang. Siapa kah generasi yang hilang tersebut? Mereka adalah lulusan perguruan tinggi, sekolah kejuruan dan sekolah menengah atas yang tidak bisa mendapatkan pekerjaaan sama sekali.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Wabah Covid-19 membawa banyak perubahan karena tidak sedikit yang kehilangan pekerjaan. Sebagai konsekuensinya, mereka ini menggunakan uang tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah pandemi Covid-19.

Akibat Covid-19 yang tak kunjung berakhir, tetapi justru berpotensi terus naik, kini bermunculan generasi anak muda yang disebut dengan generasi yang hilang. Siapa kah generasi yang hilang tersebut?

Mereka adalah lulusan perguruan tinggi, sekolah kejuruan dan sekolah menengah atas yang tidak bisa mendapatkan pekerjaaan sama sekali. Boro-boro dapat pekerjaaan, mereka yang sudah bekerja saja justru banyak yang dirumahkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka yang baru lulus, kebanyakan anak muda yang lahir di tahun 1980-an hingga 2000-an, yang biasa disebut generasi millenial atau generasi digital native harus menelan pil pahit karena saat begitu lulus, peluang pekerjaannya sangat sedikit.

Karena susah dalam mendapatkan pekerjaan, tak heran mereka ini tidak bisa memanfaatkan tingkat pendidikan. Ilmu yang mereka pelajari selama ini belum bisa diterapkan di dunia kerja karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan dan terlebih mereka ini telah kehilangan pengalaman kerja nyata. Mereka menjadi pengangguran langsung begitu lulus karena kesempatan yang tertutup oleh Covid-19.

Mereka tak hanya menjadi generasi yang hilang, tetapi juga terpaksa menjadi generasi bumerang. Bukannya pergi meninggalkan rumah untuk bekerja begitu lulus, mereka ini justru kembali hidup bersama orangtua.

Milenial kembali menjadi beban keluarga di tengah kondisi Covid-19, padahal seharusnya mereka ini mulai belajar menjadi mandiri tak hanya dalam hidup secara fisik, tetapi secara konkret secara finansial.

Selepas menamatkan pendidikan, sudah sepantasnya milenial mulai belajar menjadi mandiri dengan mengatur setiap pengeluaran sedemikian rupa berdasarkan pada pendapatan (gaji) bulanan yang didapatkan.

Namun kondisi mengatakan lain. Hidup tetap harus masih bergantung pada keuangan orangtua. Milenial yang demikian tak perlu berkecil hati.

Di tengah kegalauan menjadi generasi yang hilang ini, tak ada salahnya menjadikan kondisi nganggur sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, seperti mendalami ilmu investasi yang saat ini sudah sangat mudah dan bisa dinikmati dengan dana yang sangat terjangkau.

Ilmu investasi di era digital ini sangat penting untuk pengelolaan keuangan milenial yang bijak. Mencoba mulai belajar investasi dengan dana cekak sebesar Rp.100.000 saja sudah bisa dilakukan, semisal investasi saham melalui aplikasi IPOT, yang bakal memberikan pengalaman penting dalam investasi yang memang harus dimulai sejak dini oleh para milenial.

Memulai investasi saham dengan dana cekak buat generasi yang hilang di tengan pandemi Covid-19 ini bakal membuat milenial tetap berdaya, karena di saat memiliki banyak waktu luang ada banyak hal yang bisa dimaknakan.

Ikuti tulisan menarik Johanes Sutanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler