x

Ilustrasi Kata. Gambar oleh Gordon Johnson dari Pixabay

Iklan

Indonesiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 2 September 2020 11:05 WIB

Kalau Anjay Dilarang, Harusnya Semua Kata Juga Dilarang

Redaktur Bahsa Tempo Uksu Suhardi mengatakan pada dasarnya semua kata memiliki nilai yang sama, jadi sama-sama bisa digunakan untuk memuji ataupun menghina. "Jadi tidak hanya kata "anjay" saja. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Redaktur Bahsa Tempo Uksu Suhardi mengatakan pada dasarnya semua kata memiliki nilai yang sama, jadi sama-sama bisa digunakan untuk memuji ataupun menghina. "Jadi tidak hanya kata "anjay" saja. 

"Mereka yang beranggapan kata 'anjay' negatif, berarti kembali pada konotasi penggunaannya," kata dia kepada Tempo.co, Senin, 1 September. Uksu mencontohkan kata 'cantik' yang biasnaya digunakan untuk memuji, bisa beurbah jadi celaan jika koinotasinya berbeda. 

Contohnya, kata Uksu, saat ada wanita yang semua orang tahu dia tidak cantik tapi dipanggil ‘Hai cantik, mau ke mana?’.  "Artinya itu kan digunakan untuk mencela,” tuturnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Oleh karena itu Uksu berpendapat pembahasan tentang kata anjay tidak perlu dipermasalahkan lebih jauh. “Intinya semua kata punya dua arti baik dan buruk. Kalau sekarang beredar kabar bahwa kata anjay akan dilarang karena maknanya tidak baik, harusnya semua kata juga dilarang karena memiliki potensi yang sama ,” tuturnya

Saat ini masyarakat memang tengah diriuhkan pembahasan soal kata "anjay". Penyebabnya, Youtuber Lutfi Agizal menyatakan bahwa anjay dapat merusak moral bangsa. Setelah itu ada rilis dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yang menyerukan penghentian penggunaan kata "anjay".

Seruan itu disampaikan melalui keterangan resmi yang dirilis, Sabtu, 29/8. "Anjay yang digunakan dalam satu kalimat bermakna merendahkan martabat seseorang dianggap Komnas PA termasuk dalam kekerasan verbal dan dapat dipidanakan," tulis keterangan resmi yang ditandatangani Ketua Umum Komnas PA, Arist Merdeka Sirait dan Sekretaris Jenderal, Dhanang Sasongko itu.

Uksu Suhardi mengingatkan bahwa kata anjay merupakan bahasa gaul yang banyak digunakan oleh anak muda. “Ini muncul bersamaan dengan kata sotoy, lebay, mantul,” katanya. Kata 'anjay', menurut Uksu, merupakan penghalusan atau pengganti dari kata anjing. Meski begitu, awal penggunaannya bukan ditujukan sebagai makian melainkan merupakan bentuk kekaguman, pujian, dan rasa akrab dengan orang lain.

Uksu memberi contoh saat ada pemain bola yang berhasil mencetak gol atau melewati lawan, biasanya digunakan kata anjay. Ini juga bentuk sapaan akrab dengan teman seperti ‘Hey anjing, kemana saja’. Jadi bukan untuk merendahkan martabat atau celaan,” ujarnya.

Wikipediawan dan pencinta Bahasa Indonesia Ivan Lanin menyebut baik tidaknya penggunaan suatu kata dilihat dari berbagai hal, tidak bisa mutlak. "Dalam teori kesantunan bahasa (language politeness), suatu kata yang digunakan dalam pembicaraan tidak berterima ketika kawan bicara 'kehilangan muka'.

"Ini bergantung berbagai hal, antara lain tingkat keakraban dan budaya," kata Ivan, dikutip dari artikel Kompas.com. "Kehilangan muka" menurut Ivan adalah situasi saat lawan bicara merasa dipermalukan atau diserang kepribadiannya.


 

Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler