x

Mental pemenang

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 11 September 2020 06:02 WIB

Level Timnas Harus Bermental Pemenang, Meski dalam Proses!

Intinya, barangkali mulailah membentuk Timnas U-19 dengan optimis dan cermat, bangun mental pemenang, tidak memaksakan kehendak dan terus mengungkap kata proses. Publik sepak bola nasional butuh hiburan timnasnya tidak terus dipermalukan karena dari 27 pemain yang ada di Kroasia ada yang dapat diandalkan untuk itu. Apa salah dalam berproses menang?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Kendati Shin Tae-yong (STy) lebih paham menyoal bagaimana level pemain yang sesuai standar untuk level pesepak bola tingkat dunia karena pengalaman membesut timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018,  tetap saja untuk urusan materi pemain Timnas U-19 Indonesia yang juga cikal bakal Timnas U-20 untuk Piala Dunia U-20 2021, untuk sementara STy masih kalah jauh pemahamannya dibandingkan dengan para pengamat, praktisi, dan publik pecinta sepak bola nasional.

Karenanya, atas masih jauhnya pemahaman STy terhadap belantara pemain U-19 Indonesia, meski dengan berbagai penjelasan, alasan, sampai bentuk pujian terhadap dua kekalahan uji coba di Kroasia dan tetap dengan sembunyi dibalik kata "proses", sejatinya hanya dengan melihat dua laga uji coba, publik sepak bola nasional juga sudah menduga dengan apa yang akan terjadi dengan Timnas U-19.

Harus dipahami oleh STy, cikal bakal pemain Timnas U-19 yang berkualitas dan sudah teruji dan dipahami oleh publik sepak bola nasional, sudah dibentuk dengan spartan oleh Fakhri Husaini sejak Timnas U-15/16, melalui proses seleksi ketat, dengan sistem promosi dan degradasi, publik sepak bola nasional juga menjadi saksi bagaimana Fakhri berjuang melahirkan cikal bakal Timnas U-19 yang dipenuhi pemain terpilih dan terbaik, serta memenuhi standar pemain timnas yang cerdas teknik, intelegensi, personaliti, dan speed (TIPS) dan terbungkus dalam sebutan skill pemian yang berkualitas.

Sehingga, bila STy berbesar hati, maka seharusnya tinggal meneruskan saja kerangka tim utama bentukan Fakhri yang tidak instan, lalu melakukan sistem degradasi dan promosi pemain demi menambah pemain pendamping yang kelasnya selevel.

Karenanya, saya sangat memahami kekecewaan publik sepak bola nasional yang terus disuguhi kekalahan laga timnas yang selalu bersembunyi dibalik kata proses.

Sebagai pelatih kelas dunia yang dibayar dari uang rakyat oleh Indonesia, tidak ada salahnya STy memberikan rasa optimis kepada publik sepak bola nasional yang haus prestasi sepak bola. Meski dalam laga uji coba, berikan rasa bahagia untuk publik sepak bola nasional dengan minimal timnas tidak kalah apalagi jadi lumbung gol.

Mengapa Bulgaria dan Kroasia yang juga sama-sama sedang berporses, bahkan belum tentu lolos ke Piala Dunia U-20 di Indonesia, sangat percaya diri dan optimis untuk meraih kemenangan meski dalam uji coba? Itulah mental juara yang sejak berproses saja sudah ditempelkan pada segenap pemain bahwa meski uji coba, jangan kalah.

Itulah paradigma pelatih Bulgaria maupun Kroasia yang sejati. Mental menjadi pemenang sudah terpatri sejak awal tim berproses. Sehingga hasilnya signifikan menang karena pemain sudah digerus mental pemenang, bukan pecundang.

Tanpa disadari, ungkapan dan pembelaan STy yang selalu bersembunyi dibalik kata masih proses, kalah menang bukan ukuran, sungguh ini sangat mengganggu semangat dan perjuangan para pemain dan pada faktanya STy juga belum begitu paham kualitas 27 pemain yang dibawa ke Kroasia.

Lihat Bulgaria dan Kroasia, dalam menghadapi Indonesia, mereka sama sekali tidak meremehkan karena Indonesia sudah lolos ke Piala Dunia, dan kedua pelatih mereka juga menurunkan pemain terbaiknya sejak menit awal. Baru setelah tim sukses, para pemain pengganti diberikan kesempatan turun. Itulah mental juara. Dalam berproses pun tak main-main dan tak sedikit pun ada pemikiran meremehkan lawan.

Karenanya, sejarah telah mencatat, Bulgaria sudah kalahkan cikal bakal Timnas U-20 Indonesia yang sudah lolos Piala Dunia dengan tiga gol tanpa balas. Pun Kroasia berhasil menjadikan pasukan STy lumbung gol.

Untuk itu, bila Timnas U-19 didoktrin, diberikan mental sebagai pemenang, dapat dimulai dari laga versus Arab Saudi besok malam.

Maaf, bila STy bertanya kepada salah satu pecinta sepak bola nasional untuk memilih 11 pemain terbaik dari 27 pemain yang kini ada Kroasia, pasti seseorang pecinta sepak bola nasional kita akan dapat menentukan yang terbaik karena sudah memahami tipikal dari 27 pemain yang ada. Apalagi bila STy bertanya kepada para pelatih sepak bola di Indonesia atau pengamat atau praktisi.

Intinya, barangkali mulailah membentuk Timnas U-19 dengan optimis dan cermat, bangun mental pemenang, tidak memaksakan kehendak dan terus mengungkap kata proses. Publik sepak bola nasional butuh hiburan timnasnya tidak terus dipermalukan karena dari 27 pemain yang ada di Kroasia ada yang dapat diandalkan untuk itu. Apa salah dalam berproses menang?

Ini levelnya timnas yang sedang menuju Piala Dunia, bukan level pembinaan seperti di sepak bola akar rumput. Gengsi dan martabat bangsa dipertaruhkan karena tercatat dalam sejarah sepak bola dunia di media massa, meski dalam laga uji coba sekalipun.

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB