x

Iklan

Alfonsius

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 11 Desember 2020 10:55 WIB

Jokowi, Gibran, dan Bobby; Apakah Politik Dinasti Selamanya Buruk?

Apakah selamanya politik dinasti buruk? Tentu saja tidak. Beberapa penelitian menunjukkan politik dinasti cenderung memberikan kemajuan untuk daerah asal politikus tersebut. Tuntutan untuk memberikan hasil yang baik ada karena warisan baik yang ditinggalkan orang tua atau keluarga yang memimpin sebelumnya. Tetapi kasus seperti ini di Indonesia sangat kecil.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

  

“Kalau tertarik, jujur saya tertarik politik. Tapi tidak untuk sekarang. Anak muda harus berpolitik, jangan apatis. Meski sekarang belum berpolitik, saya punya pandangan politik,” kata Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo.

Itu adalah kutipan dari wawancara Najwa Shihab bersama dengan Gibran tahun 2018. Saat artikel ini ditulis hasil perhitungan cepat pilkada di Solo dan Medan menunjukkan kemenangan mutlak baik untuk Gibran maupun Muhammad Bobby Afif Nasution (Bobby), menantu presiden, di daerah pemilihan masing-masing. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apakah selamanya politik dinasti buruk? Tentu saja tidak. Beberapa penelitian menunjukkan politik dinasti cenderung memberikan kemajuan untuk daerah asal politikus tersebut. Tuntutan untuk memberikan hasil yang baik ada karena warisan baik (jika ada)  yang ditinggalkan oleh orang tua atau keluarga yang memimpin sebelumnya. Selain itu usaha untuk menjaga kantong suara di daerah pemilihan tersebut bagi partai pendukung juga menjadi sebuah tuntutan bagi pemimpin yang terpilih.

Tetapi kasus ini sangat kecil untuk Indonesia. Kecenderungan dinasti politik yang terjadi adalah memanfaatkan posisi orang tua ataupun keluarga. Membuat motivasi untuk terjun ke dunia politik adalah karena  potensi bisnis (baca: proyek) yang besar di daerah pemilihan. 

Selain itu studi yang dilakukan oleh CSIS (Center for Strategic and International Studies) menunjukkan politik dinasti yang semakin menjamur di Indonesia disebabkan oleh semakin ‘mahal’ nya biaya untuk terjun ke politik di daerah dan juga iklim pemilihan kompetitif. Sementara keluarga yang sudah berada di lingkungan politik sebelumnya memiliki modal untuk terjun berpolitik. Mereka memiliki suara di legislatif, pendanaan dari sponsor, dan fasilitas lainya. Chandni, (2018) Mengungkapkan bahwa publik seringkali meragukan calon yang muncul tiba-tiba tanpa pernah terjun ke lapangan dan juga tanpa pengalaman politik yang terbukti. 

Tampaknya hal ini tidak membuat politik dinasti terhindarkan di Indonesia. Sekarang tinggal pembuktian apakah sesungguhnya motivasi untuk berpolitik adalah untuk rakyat, bisnis semata, atau mungkin memang serakah?  Selamat atas berdirinya kerajaan-kerajaan baru di Indonesia. Bagi kalian penyembah dinasti politik ini, ingatlah kita yang menjalankan kehidupan dan mereka yang berkuasa atas kehidupan kita. 

“Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka” ― Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran

Ikuti tulisan menarik Alfonsius lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu