x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Minggu, 28 Maret 2021 09:02 WIB

Literasi Humor, Jangan Tinggalkan Tawa Asal Bukan Mentertawakan

Literasi humor. Jangan tinggalkan tawa dalam hidup. Agar lebih menyehatkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kata orang bijak, apa pun dalam hidup jadi lebih indah bila dihadapi dengan humor. Dengan tawa ceria asal tulus. Bukan mentertawakan.

 

Humor dan tertawa bisa jadi aktivitas yang paling menyenangkan. Karena tanpa tawa, hidup siapa pun rasanya hambar dan membosankan. Humor bukan saja murah. Tapi ada pada setiap orang. Lagian, tidak semua hal harus dihadapi dengan serius. Toh, apa yang terjadi di dunia ini sudah dalam skenario-Nya. Rezeki pun tidak akan pernah tertukar. Jadi jangan tinggalkan humor. Ituah substansi literasi humor.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Kadang, hidup itu sendiri sebuah humor. Lucu dan bisa ditertawakan. Ada yang kerja keras tapi tidak kaya-kaya. Ada yang tidak kerja sama sekali tapi tetap bisa hidup. Jadi tetaplah bersahabat dengan humor. Karena humor itu membawa banyak hal positif dalam hidup. Katanya, humor itu bikin sehat. Tekanan darah turun, jantung normal, imunitas bertambah. Apalagi di tengah pandemi Covid-19, banyak orang yang ketakutan dan imunitas-nya drop.

 

Menariknya, humor dianggap dapat mengusir penyakit mental (stress, depresi). Tertawa pun dianggap bisa menambah masa hidup seseorang. Semakin sering tertawa semakin tinggi angka harapan hidupnya. Luar biasa. Selain teman bertambah, humor pun dapat mengusir perbedaan. Karena tawa itu universal dan milik bersama. Tanpa peduli partainya apa, presidennya siapa atau alirannya apa? Humor itu bikin bersatu dan damai. Indonesia pun butuh humor.

 

Seperti di taman bacaan pun butuh humor. Bukan hanya mengurusi anak-anak yang membaca buku. Bukan melulu soal cara taman bacaan tetap eksis. Taman bacaan pun butuh hiburan. Ajaklah anak-anak dan orang dewasa ke taman bacaan dengan humor. Dengan sesuatu yang lucu dan menyenangkan.  

 

Seperti kemarin. Saat matahari terik, saya pun pengen banget minum es campur. Setelah keliling, akhirnya ada juga tukang es campur di pinggir jalan. Penjualnya pun perempuan cantik. Terjadilah dialog antara pembeli dan penjual es campur:

L : Mbak, pesen es campur-nya satu dong…

P : Iyaa Pak, sebentar ya …. (sambil siapkan mangkok)

L : Ehh Mbak, maap ya. Es campur-nya boleh dipisah gak?

P : Lahh, emang kenapa dipisah Pak? (tampang agak kesel, kok es campur dipisah)

L : Soalnya kalo dicampur, saya khawatir gak bisa bedain mana yang tulus mana yang modus mbak.

P : Ohh gitu. Bapak mau sekalian dicampur di mangkok gak?

L : Maap Mbak, kan cuma usul. Jangan marah dong. Ya udah, dicampur aja deh.

 

Mungkin karena Covid-19, pembeli sepi. Tukang es campur saja jadi gampang marah. Mudah lupa pentingnya bercanda, pentingnya humor. Maka jangan tinggalkan humor. Agar lebih rileks dalam menghadapi soal apa pun. Dan tentu, agar lebih sehat dan panjang umur.

 

Ketahuilah, humor itu berkah terbesar yang dimiliki seseorang dan patut disyukuri. Karena humor, tidak ada yang bisa merampasnya. Sekuat apa pun niat dan usaha orang-orang di luar sana. Salam literasi. #KampanyeLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

16 jam lalu

Terpopuler