x

Iklan

Vitta Anni Mumtaz

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Maret 2021

Kamis, 1 April 2021 21:23 WIB

Langkah Perjalananku

Aku kagum dan tertarik dari kampus berbasis asrama itu, namun tak pernah terpikirkan untuk bisa kuliah disana. Karena itu jauh. Terletak di pulau jawa, tepatnya di Sukabumi. Dan aku tak pernah jauh dari orangtua. Bahkan saat di tahfidz ini aku sering sekali dijenguk. Nilih bisa terbang dari pulau kelahiranku ini dan jauh dari keluargaku

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kak, panggilku ke salah satu para kakak kakak di asramaku. Memang tak ada yang seumuranku. Aku masuk asrama Julaibib –nama tahfidz yang diberikan langsung oleh donatur- tepat diusia minimal,yaitu 17 tahun. “Iya, ada apa?” sautnya. Kala itu kami sedang isirahat dan berbincang santai.  “Kak ceritain tentang pengalaman kakak di Ar rayyah” jawabku. “Oh, oke siap” jawabnya lagi. Dia salah satu alumni diploma Ar rayyah -dulunya pendidikan disana belum sampai sarjana-. Kak Nashihah panggilannya. Dia salah satu santri baru. Dan aku sekamar dengannya, jadi dia lumayan  sering cerita tentang  kampusnya itu.

Aku kagum dan tertarik dari kampus berbasis asrama itu, namun tak pernah terpikirkan untuk bisa kuliah disana. Karena itu jauh. Terletak di pulau jawa, tepatnya di Sukabumi. Dan aku tak pernah jauh dari orangtua. Bahkan saat di tahfidz ini aku sering sekali dijenguk. Nilih bisa terbang dari pulau kelahiranku ini dan jauh dari keluargaku.

Pagi hari, saat kami berkumpul di ruang setoran terdengar salam. “Assalamualaikum” kata seseorang yang baru saja masuk sambil melepaskan helmnya. “wa’alaikumussalam” jawab kami serentak. Dan dia pun langsung duduk diantara kami, lalu kami lanjutkan menghafal al qur’an. Dia Kak Maryam santri non-muqim dan dia juga pernah kuliah di Ar rayyah. Beberapa kali dia juga bercerita tentang Ar rayyah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Banyak yang bertanya kepada ku, apakah aku sudah lulus SMA atau kenapa bisa masuk di umur semuda ini untuk tahfidz tingkatan lulusan SMA. Berulang ulang kali lisanku menjawab soal soal itu. “Aku belum tamat, kak. Namaku saja terdaftarkan disekolah yang berada di Tanjung Morawa” Waktu berlalu panjang  dan tak terasa aku dipuncak terakhir hafalan Alhamdulillah.

Aku berminat di pendidikan Bahasa Arab. Pikiran tertuju untuk mendaftarkan diri di kampus dekat dari sekolahku. STAI As-sunnah namanya, kampus yang berbasis asrama. Seringnya aku mendengar cerita STIBA Ar rayyah, aku mencari kampus berbasis asrama, agar digunakan bahasanya dalam percakapan sehari hari bak layaknya STIBA Ar rayyah yang aku dambakan. Segala berkas berkas aku siapkan, dan tiba waktu ujian penyeleksian. Setibanya aku disana ditemani Ayah sampai ke gerbang pembatas putri, lalu aku pun melangkah sendiri ke gedung krem yang kuliat dari jauh. “Wah para akhwat sangat banyak”, hati kecilku berbicara. Setelah menunggu beberapa saat dan berkenalan beberapa pendaftar. Ikhibar tahriri atau ujian tulis pun dimulai. Bismillah testing dimulai. Setelah selesai aku menghapiri Ayah yang berada di luar area akhwat. “Gimana, bisakan tadi?” Ayah menanyakanku. Aku tersenyum. “Tinggal menunggu sambil doa yang terbaik.”

Galau, sedih, bingung saat pengumuman itu keluar. “Mau daftar kemana lagi? ya Allah” lagi lagi hatiku berbicara. Aku cemas sambil memikirkan kampus yang memiliki kateria yang aku minati. “Di LIPIA aja”, seorang memberikan ide. LIPIA Medan baru saja dibuka, namun belum ada asrama untuk putri. Terus mencari informasi seadanya, sambil melanjutkan hafalanku. Lalu ku ceritakan pada kakak kakakku, aku menganggap mereka semua kakak kandungku. “Mesir, aku enggak mau pasti Bahasa ammiyah, tidak fushah”jawabku sok tau saat ditawarkan kesana. Hari berganti hari masih dengan kegalauanku. Tiba tiba Pamanku memberi kabar bahwa ada pendaftaran di Princess Nourah bint Abdulrahman University. Universitas di Arab Saudi. Karena mendengar bahwa aku ingin bisa berhasa arab, Pamanku bersemangat memberikan berbagai informasi. Orangtuaku juga berharap aku bisa kuliah di luar negeri. Ku buka web syarat syarat pendaftaran, kalimat demi kalimat ku lihat dengan jeli. Namun saat mataku tertuju oleh tulisan bertulis merah dan tebal. Mahram. Lemas dan pupus harapanku. Aku anak kedua dari 5 bersaudara, dan semua perempuan kecuali adekku terakhir. “Mana bisa, diapun belum baligh. Ayah? Mana mungkin”. Seolah aku berdialog dengan diriku sendiri, sambil membayangkan sudah berada di kampus yang masyaallah megah itu. “Tadi Umi suruh Om pergi kesana untuk jadi mahrom Vivi.” Umi mulai bercerita, dan mengagetkanku. “terus, gimana?”. “ngak mungkin katanya, karena udah punya istri dan 3 anaknya.” Pamanku ini adek Ayah. Jadi mahromku ya… “Nikah aja terus kuliah kesana” sebut ayah dengan cepat. Sepontan makin terkejut, dan terdiam. Saking inginnya aku kuliah kesana. Tapi, Kakakku belum menikah. Tak mau mendahuluinya.

Kembali ke asramaku lagi. Setelah izin pulang sehari. Seperti kemasukan angin kencang menambah kekuatanku. Tekatku memberanikan diri untuk mendaftarkan ke kampus dambaan itu, STIBA Ar rayyah. Ku beri tahu keluarga ku, Ayah dan Umi. Selagi di jenguk kala itu. Dan mereka pun mencari informasi syarat pendaftaran dan lainnya. Sempat tidak diizinin karena jarak yang jauh dan kurangnya pengetahuan mereka terhadap Ar rayyah. Tekatku bulat. Percaya bahwa itu kampus the best hanya mengandalkan cerita cerita tentangnya saja. Segala persyaratan satu satu terpenuhi. Ayah menyiapkan segala berkas menyangkut pendidikan. Aku izin untuk ke rumah sakit untuk rontgen dan tes lainya yang ditemani Kakak tercinta. Tiba saaatnya testing, aku harus pergi dalam sekitar 7 jam lama perjalanan. Lagi lagi aku pun harus izin. Sabtu dan ahad memang libur, tapi aku harus izin karena telah keluar dari asrama. Sabtu pulang ke rumah, lalu malam hari aku dan umi berangkat dengan bus besar. Lhokseumawe tujuan kami, tempat testing yang terdekat kala itu.

Malam yang panjang. Kamipun tertidur. Shubuh, kami sampai dilokasi testing, PT Arun Lhokseumawe, lalu turun dengan langit yang masih gelap. Masuk dengan berjalan menyelusuri lahan yang luasnya sekitar 2 hektar. Bertuju ke sebuah masjid, untuk sholat shubuh. Bingung di tanah nan sepi.  Kami menanyakan arah ke petugas sekali lagi. Dan akhirnya terlihat masjid besar nan indah masyaallah. Masjid Istiqomah PT Arun. Selesai menunaikan sholat shubuh. Duduk istirahat sambil melihat pemandangan sekitar masjid yang indah. Lalu perutku keroncongan. Untung ada sebungkus roti sisa tadi malam, bontot alakadanya, tidak sengaja dari rumah. Lanjut perjalanan kami ke Dayah modern yapena arun, sekolah tempat testing nanti. Bak perumahan, disini tak ada transportasi umum. Langkah demi langkah kami lalui dengan perut kosong. Mana mengenyangkan sepotong roti itu bagiku, seperti perkataan orang, orang Indonesia belum kenyang kalau belum makan nasi. Sambil menderet tas rensel hijau dengan roda. Hufs, lelah.

Sampai sudah, lalu kami menuju masiid. Beberapa menit duduk, aku mencoba menghubungi salah satu kakak yang dari sakan Julaibib yang kebetulan lagi izin pulang juga. “Vi lagi di PT Arun kak”. “Oh sudah sampai mana?” “ini di pesantren PT Arun. Kak kami gak liat jualan sarapan, nasi gurih atau makanan lainnya” jawabku. “oke, tunggu kakak kesana”. Kakak ini tinggal Lhoksumawe tak jauh dari PT Arun. kami bersiap siap, mandi di kamar mandi masjid. Jam 8 pas. Ujian tulis pun dimulai. Ada dua tahap testing ujian tulis dan interview. Ada senggang waktu sebelum interview aku menemui kakak Puput –namanya- bersama umi dan plastik berisi dua bungkus nasi ditangannya. “Ayo makan dulu” aku segera mendatangi mereka. Makan sambil bercerita singkat bagaimana sampainya kami di Lhokseumawe. “Iya, belum ngabari kalau berangkat kemarin. Dan baru ingat kakak lagi disini.” Ujarku saat kak Puput kaget melihat kami sudah tiba disini. Terdengar pemberitahuan bahwa interview segera dimulai, segera kuselesaikan. Beranjak bangkit dan pergi ke ruang tersebut.

Alhamdulillah sudah selesai semua. Kini kami harus pulang. Mulai melangkah berjalan yang panjang itu. “Ibu naik apa kesini?” Tanya Kak Puput ke umiku. “Naik bus, terus jalan kesini.” Sambil berterima kasih dan pamitan. “Ayo saya antarkan aja. Itu jauh.” Hmm.. kan Cuma bawa satu kereta –orang menyebutnya motor-. “kita bisa tartik ni. dengan ukuran badan ini.” Berpikir beberapa detik. Kak Puput menyiapkan kereta maticnya itu. Jreng… jalan yang panjang itu pun terlewati begitu cepat. Lanjut sedikit bercerita dengan Kak Puput. “ini langsung pulang Kak” tak disangka saking baiknya. Kami diantar sampai terminal bus. “Terimakasih kak” saat berpisah kembali. Beli tiket, dan ternyata belum ada pemberangkatan pada jam itu. Menunggu dan istirahat di mushola terminal.

Sesampainya di Medan. Aku harus segera balik ke asrama. Karena cuma izin 2 hari. Halaqoh pagi masih dengan letih yang belum hilang dan dengan perasaan berharap bisa lulus. “mau daftar kemana lagi ya? Sudah ikhtiar, tinggal berdoa dan menunggu hasilnya aja” hatiku seoalah berdialog. “‘audzubillah himinassyaithonirajim” lanjut menghafal. Hari seakan tak berjalan. “Lama kali pengumumannya sih” kesal dalam hati. “udah keluar pengumumannya mi, yah?” Berkali kali ku tanya Umi dan Ayah saat menjengukku. Kegalauan mendatangiku lagi. Terlebih pengunduran pengumuman yang sering kudengar. Tak sadar sudah keluar. “alhamdulillah lulus” seluruh kakak kakak pun ikut senang.

Perpamitan, saling pelukan. Mata pun berkaca kaca. Tak ingin menetes, kuusapkan mataku berkali kali. Berangkat dengan seluruh keluarga ke bandara Kuala Namu Internasional Airport. Aku, Umi, dan kedua adekku berpisah dengan yang lainnya. Hanya kami saja yang akan takeoff. Itu pertemuan terakhir sebelum berangkat ke Sukabumi. Peluk, mata yang berkaca kaca kembali lagi. Dah.. kami ber-empat melambaikan tangan ke mereka. Bandung tujuan kami. Tempat tinggal paman yang memberitahukan kampus di Saudi itu. Sedangkan kedua adikku akan kembali ke pondoknya di Jogja. Selang beberapa hari saja. Keesokan harinya. Dari bandung, kami berempat dan sekeluarga pamanku menuju STIBA Ar rayyah, Sukabumi. Kurang lebih 2 jam perjalanan. Terlihat nyata gerbang kuning yang pernah kulihat di internet. Perasaan bercampur aduk. Sedih bakal jauh dari keluarga. Senang sudah bisa meminjakkan kaki di tempat yang indah ini. Masih dalam diam, heran tak menyangka.

Makan siang dengan bontotan. Lalu ketika hendak mengisi bukti beberapa persyaratan. Aku mulai membuka berkas persyaratan, tapi di sana tidak ada pasphoto. Teringat itu ada di dompetku. Mencari, hingga membongkar koper. Tidak ada… ku jernihkan pikiran. Mungkin belum masuk tas saat berada di rumah pamanku. Terjatuh disela sela koper koper adekku. Pergi ke photocopy terdekat bersama paman dan supir. Memutari kampus Ar rayyah yang ternyata begitu luas dan asri. Menyetak pasphoto. Ternyata satu persyaratan lagi yang belum aku penuhi., SKCK -Surat keterangan catatan kepolisian-.Kesalah pahaman saat membaca persyaratan itu. Ku kira saat testing dibutuhkan. Tapi, kok gak diminta saat itu? Surat SKCK yang berlalu saat testing. Tertulis seperti itu. Jadi belum pernah mengurus itu.

Belum terpenuhi persyaratan menjadi larangan untuk masuk asrama. Berusaha untuk untuk buat surat itu. Pergi ke kantor polisi terdekat, hingga jauh. Aku bersama ukhti panitia yang baru aku kenal. Keluargaku tidak bisa menetap lama, karena kedua adekku harus segera balik ke pondok Ukhti Ulfah orang Sukabumi. Dia sangat baik membantuku. Mana bisa aku menjalani semua ini kalau bukan bantuaannya. Uang terhabiskan untuk angkot.  Pemberian dari umi sebelum pergi. Karna dompetku tertingal. Bukan sehari kami mengurusnya. Kesusahan, aku bukan domisili sini. Ditolak. Hingga di kantor polisi terakhir menyarankan akan menempelkan sidik jariku disana dan mengirimkan ke medan. Lalu diurus di medan. Hingga terbanglah SKCK dari Medan. Alhamdulilah… Selalu bersyukur dan bersabar. Tidak tau akan takdir sebelum itu terjadi. Terus berusaha, berjuang dan diiringi doa. Dan di balik langkahku tak akan berhasil tanpa kehendak Illahi, yang telah mengirimkan manusia manusia baik disekitarku. Terimakasih. Perjuangan belum berakhir.

Ikuti tulisan menarik Vitta Anni Mumtaz lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

15 jam lalu

Terpopuler