x

STY

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 3 Juni 2021 10:07 WIB

Menanti Debut Shin Tae-yong Bersama Timnas, Mampukah Pecundangi Thailand?

Sikap optimis terhadap Shin Tae-yong untuk membangkitkan timnas Indonesia wajib dikedepankan. Namun, kita tetap wajib menyadari bahwa dia juga manusia biasa dan bukan dewa dan pesulap yang jadi pahlawan sepak bola nasional secara instan. Pembuktiannya malam nanti saat Timnas bertempur melawan Thailand.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebelum laga lanjutan babak kualifikasi Piala Dunia (BKPD) 2022 di gelar di Uni Emirat Arab (UEA), mental siapakah yang perlu disiapkan? Apakah mental pemain dan para ofisial Timnas Garuda yang kini sudah siap tempur? Mental PSSI? Atau mental publik sepak bola nasional? Seperti diketahui, timnas Indonesia akan bentrok melawan Thailand pada 3 Juni, meladeni Vietnam 7 Juni, dan bersua UEA 11 Juni 2021.

Mengapa kali ini saya bicara mental? Apa yang melatar belakangi? Mengapa urusan mental justru penting diurus? Bila selama ini kita terbudaya melihat timnas senior kalah dalam even resmi, siapa pun pelatih yang menukanginya, merasakan kekalahan bukanlal hal yang disesali. Baik itu oleh  pemain timnas, pelatih, dan pengurus PSSI.

Karenanya, mental kalah bagi pemain timnas, pelatih, dan PSSI itu sudah mendarah daging. Melekat kuat hingga urat malu seolah tak lagi menempel pada mereka.

Mental kalah dan terbiasa kalah, seolah memang menjadi program unggulan PSSI. Lembaga ini selalu bermasalah dalam penunjukkan pelatih. Juga bermasalah dalam pemilihan pemain timnas yang lebih kental dengan punggawa titipan.

Sehingga, tatkala timnas dipermalukan dalam 5 laga awal BKP 2022, ditekuk Malaysia 2 kali di kandang dan saat tandang. Lalu, takluk di kandang dari Vietnam dan Thailand, serta di pecundangi UEA saat tandang, seolah tidak ada penyesalan dan rasa bersalah baik dari PSSI maupun pelatih dan pemain.

Urat malu mereka seperti sudah putus hingga mengganggap 5 kekalahan adalah hal biasa dan tidak memalukan. Meski akibatmya membikin ranking FIFA Indonesia tercecer, bahkan di Asia Tenggara.

Shin Tae-yong ada beban?

Dengan latar budaya tak merasa bersalah dan mental yang buruk itu, maka untuk laga lanjutan BKPD 2022, di tangan Shin Tae-yong (STy), rasanya yang kini harus disiapkan mental adalah publik sepak bola nasional. Mengapa? STy bukan dewa atau pesulap. Dia tak langsung dapat menjamin Evan Dimas dan kawan-kawan membawa timnas meraih kemenangan.

Meski ada sisa 3 laga, dengan tujuan agar ranking FIFA Indonesia naik, tetap saja bukan pekerjaan mudah bagi STy. Karena peluang lanjut di BKPD 2022 sudah tertutup.

STy juga sedang tidak menghadapi timnas sekelas pasukan Korea Selatan yang mampu memecundangi Jerman. Tapi, dia sedang memoles timnas Indonesia yang level pemainnya tak jauh dari para pendahulunya. Sehingga pantas dalam dua laga uji coba mereka  takluk dari Afghanistan dan Oman.

Boleh saja STy beralasan masih coba-coba pemain dan tidak memikirkan hasil akhir laga. Tapi harus diingat saat melawan Oman adalah sebagai laga resmi yang dihitung poin oleh FIFA.

Usai laga STy beralasan ada celah di pertahanan timnas. Tapi belum semua pemain belakang yang di bawa ke UEA dikasih kesempatan merumput. Dari tanda-tanda ini, memang masih ada harapan dalam laga sebenarnya  timnas bisa unjuk gigi.

Namun, juga bukan mustahil STy akan melanjutkan tradisi kalahnya saat bersua musuh besar Asia Tenggara, yakni Thailand dan Vietnam, plus UEA. Bila benar timnas kembali digulung oleh Thailand di laga awal, kira-kira apa, ya, alasan STy nanti?

Publik siap mental

Untuk itu publik perlu tetap harus menyiapkan ruang khusus di relung hatinya guna memarkir lekecewaan. Meski mereka sangat berharap ada keajaiban dan STy dapat membuat timnas mampu menggulingkan Thailand, 3 Juni ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Artinya, sikap optimis terhadap STy yang mampu membikin timnas Indonesia bangkit, tetap wajib dikedepankan. Namun, tetap wajib menyadari bahwa STy juga manusia biasa. Dia bukan dewa dan pesulap yang tiba-tiba jada pahlawan sepak bola nasional secara instan. Andai optimisme kita semua ternyata mampu dijawab STY, publik patut berterima kasih kepadanya. 

Bila STy sudah meracik tim dengan benar, menyusn komposisi dan strategi bermain dengan tepat, namun timnas tetap kalah, publik wajib paham mengapa itu terjadi lagi. Jadi, dalam memyambut laga resmi pertama STy bersama timnas ini, siapkan dua ruang dalam hati kita masing-masing.

Ruang pertama adalah mental untuk menampung kekecewaan dan kepahitan, bila ternyata timnas takluk. Dari ruang ini akan hadir refleksi, mawas diri, dan evaluasi mengapa Indonesia terus gagal. Dan, siapa yang menjadi biang keladinya. Harus diapakan biang keladi kegagalan sepak bola nasional itu?

Ruang kedua adalah mental untuk bersyukur. Bila ternyata timnas mampu menang atas Thailand, publik wajib bersyukur atas kinerja STy, yang mengubah wajah dan harga diri sepak bola nasional di mata bangsa Asia Tenggara, Asia, dan dunia.

Mari kita tunggu, apa komentar pertama STy bila timnas menang dari Thailand. Atau apa komentarnya bila timnas takluk dari Thailand. Kita tunggu debutnya bersama penggawa Garuda.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler