x

Pahlawan

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 11 November 2021 14:58 WIB

20 Tahun Lagi, Siapakah Pemimpin Hari Ini yang Dipahlawankan?

Apakah tidak di setiap masa pasti ada pahlawan? Pahlawan menurut siapa? Apakah kita masih membutuhkan pahlawan? Ataukah kepahlawanan sudah selesai karena tidak lagi ada tragedi?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Kita semua berawal dari nol. Begitu kita ambil keputusan yang tepat, jadilah kita pahlawan.”

-- Govinda, aktor India

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Sembari minum teh dan menyantap ketan putih bertabur parutan kelapa, saya bertanya-tanya dalam hati: “Siapakah pemimpin hari ini yang akan di-pahlawan-kan 20 tahun lagi?” Adakah pemimpin saat ini yang membayangkan bakal jadi pahlawan 20 tahun mendatang—ditetapkan jadi pahlawan oleh pemimpin yang menempati posisi-posisi penting di masa depan.

Bila kita bayangkan, anak-anak muda masa sekarang akan memimpin bangsa ini kira-kira 20-30 tahun lagi—memimpin dalam kapasitas sebagai sosok yang dihormati masyarakat karena integritasnya maupun yang memimpin karena ia sedang memegang jabatan yang memengaruhi kehidupan masyarakat [setidaknya, ia pejabat publik, bila bukan pemimpin dalam pengertian sejati].

Mungkin kita bisa berimajinasi dengan membuat daftar siapa saja di antara pemimpin saat ini yang bakal dijadikan pahlawan puluhan tahun mendatang. Di-pahlawan-kan, dalam konteks ini, siapa yang diakui sebagai pahlawan oleh pemerintah—mewakili negara—berdasarkan kriteria tertentu dan pertimbangan tertentu.

Nah, 20 hingga 30 tahun mendatang pun boleh jadi cara kerja dalam menentukan siapa yang akan dipahlawankan mungkin tetap serupa. Pemimpin di masa mendatang itu adalah anak-anak muda di masa sekarang. Gairah muda saat ini sangat mungkin akan berbeda dengan ketika mereka duduk di kekuasaan, sehingga siapa yang jadi pahlawan bagi mereka saat ini boleh jadi bukan pahlawan menurut mereka saat mendatang.

Lazimnya, ada pertimbangan politis, suka dan tidak suka, ada kepentingan untuk menarik hati kelompok masyarakat tertentu, serta pertimbangan lain yang membuat penentuan siapa jadi pahlawan menjadi tidak sepenuhnya genuine, ikhlas, tulus, murni. Pertimbangan seperti itupun niscaya dibuat oleh pemimpin mendatang yang saat ini gairah kepahlawanannya mungkin masih murni. Walaupun, banyak anak muda saat ini yang sudah tercemar oleh pesona kekuasaan.

Tapi, bisa pula pemimpin 20-30 tahun mendatang akan bingung menemukan sosok pemimpin masa sekarang yang layak di-pahlawan-kan: siapa ya? Untuk menemukannya, mereka akan menyusuri jejak-jejak historis ke masa sekarang—tahun 2020an, belum ketemu, mundur ke awal abad 21, belum ketemu juga, mundur lagi ke masa Orde Baru, lalu mundur lagi ke masa Orde Lama, belum ketemu juga. Hingga akhirnya sampai ke masa seputar kemerdekaan dan awal abad 20.

Apa yang terjadi? Mungkin pemimpin masa depan itu akan memeras otak untuk menemukan jawaban mengapa begitu sukar menemukan pemimpin yang layak dijadikan sosok pahlawan untuk diteladani? Apakah kriterianya terlampau ketat? Ataukah harus berjalan terus hingga ke masa sekitar kemerdekaan dan mencari figur-figur yang belum ditetapkan jadi pahlawan? Akankah kesulitan itu sungguh terjadi dan tak terpecahkan, sehingga mereka berujar: “Alangkah sukarnya mendapati pahlawan setelah masa-masa perjuangan kemerdekaan. ”

Bila mereka menyusuri jejak-jejak sejarah hingga jauh ke belakang untuk menemukannya, apakah ini karena tidak di setiap masa pasti ada pahlawan? Kalaupun ada, pahlawan menurut siapa? Sejujurnya, apakah kita masih membutuhkan pahlawan? Ataukah kepahlawanan sudah selesai karena tidak lagi ada tragedi? >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu