x

Iklan

mdjoni abdilah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Maret 2021

Sabtu, 13 November 2021 12:59 WIB

Doa si Gurita Kecil

Seekor gurita kecil yang berpisah dengan ibunya karena adanya hujan badai dan gelombang pasang. Ia berdoa kepada Tuhan agar bisa bertemu lagi dengan ibunya yang terpisah. Ia yakin Tuhan akan menolongnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Badai gelombang laut semakin besar dan meninggi. Hujan angin pun tak mau berhenti. Petir saling bersahutan menggelegar seakan-akan marah terhadap penghuni bumi. Laut yang tadi tenang tiba-tiba berubah menjadi pasang hingga mencapai tinggi pohon kelapa. Langit yang cerah merubah wajahnya menjadi hitam kelam. Suasana malam itu benar-benar mencekam dan membuat takut semua makluk yang ada di bumi, tak terkecuali para penghuni laut.

Gurita kecil yang sedari tadi bermain bersama sang ibu tiba-tiba saja kaget dan takut dengan apa yang sedang terjadi. “Ibu... Aku takut bu...,” kata si gurita kecil. “Jangan takut anakku, ibu akan selalu bersamamu,” balas sang ibu sambil memeluk tubuh mungil si gurita kecil.

Tapi tiba-tiba dari arah yang tak disangka-sangka gelombang pasang yang tinggi menghantam mereka berdua hingga tubuh sang ibu dan anak terpisah. Sang ibu ikut terbawa arus entah kemana sementara tubuh si gurita kecil menabrak karang kecil hingga tersangkut karang tersebut. “Aduh ibu, aku sakit bu...Ibu ada dimana?,” lirih si gurita kecil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tubuh mungil si gurita kecil tampak mengeluarkan darah dan lecet-lecet terkena karang kecil didekat pantai. Si gurita kecil masih saja menahan sakitnya sambil memanggil-manggil ibunya. “Ibu...Ibu ada dimana? Aku takut bu...Toloonnggg...,” pinta si gurita kecil. Tak terasa hari sudah menjelang pagi. Sang fajar pun mau menyingsing. Sinarnya malu-malu menampakkan diri.

Semesta perlahan menjadi terang. Si gurita kecil masih saja sendirian tanpa ada yang menemani. Ia masih ingat betul kejadian semalam yang memisahkan dirinya dengan sang ibu tercinta. Ia dipeluk begitu erat oleh sang ibu agar dapat selamat dari hantaman gelombang pasang yang dahsyat tersebut. Tapi nampaknya Tuhan Yang Maha Perkasa berkehendak lain, ibunya terpisah darinya. Dan ia juga masih ingat kata-kata terakhir yang keluar dari bibir mulia ibunya. “Anakku... Jangan takut dan bersedih ya, ibu akan selalu ada untukmu meski kita tidak bersama-sama lagi. Ibu akan selalu ada dan hadir di hatimu kapan dan dimanapun. Jangan pernah menangis dengan keadaan yang menimpa diri kita. Kita masih punya Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Yakinlah Tuhan pasti akan menolong kita. Tetap semangat dalam menjalani hidup ini. Jangan pernah mengeluh dan patah semangat. Tetap berjuang dan berjuang. Berdoalah... Mintalah pada Tuhan, pasti Tuhan akan mengabulkannya dan menolongmu...Ibu sayang kamu anakku...”

Tak terasa air mata si gurita kecil menetes membasahi pipinya. “Ibu... Aku juga sayang ibu,” katanya lirih. Dengan sisa tenaga yang ada si gurita kecil mencoba untuk berenang ke tepian pantai, tapi samar-samar ia mendengar rintihan suara ada yang minta tolong. Ia pun mencari asal suara tersebut. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Ternyata asal suara tersebut berasal dari paus biru yang ada di belakangnya. “To... Tolooonggg... Tolong akuuu... Ekorku sakit... Aku tertimpa pohon... Tolooonggg...,” rintih si paus biru.

Bergegas si gurita kecil mendekati si paus biru yang sedang kesakitan minta tolong akibat tertimpa pohon besar. “Hei kamu siapa? Kenapa ekormu tertimpa pohon yang besar ini?” tanya si gurita kecil. “Aku si paus biru, ekorku tertimpa pohon besar ini dikarenakan badai dahsyat tadi malam. Aku jadi terdampar disini. Aku terpisah dengan keluargaku... Tolong aku...,” pinta si paus biru.

Dengan sekuat tenaga si gurita kecil menolong si paus biru. “Bismilallahirrohmaanirrohiim... Ayo temanku... Berenanglah...,” kata si gurita kecil. Akhirnya si paus biru dapat terlepas dari pohon besar yang menimpanya dan bisa berenang ke lautan lagi. “Terima kasih teman kecilku... Terima kasih ya.. Aku pergi dulu ya...,” kata si paus biru.

Si gurita kecil hanya bisa memandangi paus biru dengan senyuman. Ia bahagia bisa menolong sesama makhluk Tuhan. Ia pun berdoa, “Ya Tuhanku, tolonglah ibuku... Dimanapun ia berada lindungi ia... Ijinkan aku untuk bisa bertemu dengan ibuku lagi... Terima kasih Tuhanku, ” pinta si gurita kecil sambil berenang ke tengah lautan.

 

Ikuti tulisan menarik mdjoni abdilah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB