x

Iklan

rukoyah hadir tangkil

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Desember 2021

Minggu, 5 Desember 2021 06:02 WIB

Penerapan Strategi Pembelajaran STEM pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar pada Materi Kalor dan Perpindahannya


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rukoyah Guru Sekolah Dasar Negeri 1 Tangkil, Kabupaten Cirebon.
Saya adalah seorang guru di salah satu Sekolah Dasar di Desa Tangkil, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Saya sudah mengajar selama 10 tahun lebih di Sekolah Dasar Negeri 1 Tangkil. Banyak kenangan mengajar dalam mengabdi di sekolah ini dengan berbagai karakter siswa yang saya hadapi setiap tahunnya dalam pembelajaran dalam kelas saya. 
Pendidikan sejatinya adalah proses melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Pendidikan adalah suatu proses manusiawi berupa tindakan komunikatif dialogis, bersifat transformatif antara para peserta didik dan pendidik yang bertujuan etis dimana dalam sebuah proses pendidikan dapat menambah pengembangan kepribadian kepada peserta didik yang seutuhnya dalam konteks lingkungan alamiah dan berkebudayaan yang berkeberadaban Tilaar (dalam Herlambang, 2018, hal. 96). 
Saat ini saya mengajar di kelas V SDN 1 Tangkil. Permasalahan yang dihadapi dalam kelas saya adalah rendahnya nilai mata pelajaran IPA, dimana dalam pelajaran tersebut siswa banyak yang mendapatkan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM). Banyak siswa yang masih belum memahami pada materi kalor dan perpindahannya dan menganggap materi kalor adalah materi yang sulit. Materi kalor dan perpindahannya adalah materi yang dianggap sulit oleh siswa (Madyani et al, 2019). Miskonsepsi siswa yang terjadi dalam konsep perpindahan kalor disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam memahami fenomena yang tidak diamati prosesnya secara langsung (Lelilita & Zuhdi, 2020). Banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar sains pada materi kalor dan pada sub materi perpindahan kalor, dimana dalam pembelajaran kalor dan perpindahannya masih dilakukan secara verbal dan hanya menggunakan buku pegangan siswa (Lelilita & Zuhdi, 2020). Hal ini dikarenakan siswa menganggap pelajaran IPA adalah salah satu pelajaran yang dianggap sulit.  
Rendahnya nilai dan prestasi siswa dalam pelajaran IPA disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah pembelajaran sains/IPA yang berlangsung selama ini siswa hanya menerima fakta-fakta yang harus dihafal, namun aplikasi dalam kehidupan sehari-hari kurang diperhatikan, hal ini yang menyebabkan salah satu kurangnya minat siswa dalam belajar sains/IPA karena pembelajaran sains/IPA selama  ini kurang memberikan kebermaknaan belajar, siswa menganggap belajar sains/IPA  membosankan dan kurangnya mengaitkan masalah kehidupan nyata dengan konsep bidang IPA itu sendiri. Proses pembelajaran IPA yang bersifat monoton dan kegiatan pembelajaran sains yang masih bersifat pada teacher centered menyebabkan siswa kurang aktif dalam kegiatan proses pembelajaran dan berdampak pada menurunnya minat dan motivasi siswa dalam belajar sains (Handayani et al, 2019). 
Untuk menyelesaikan permasalahan di atas yaitu dimana dalam pelajaran IPA banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, saya mencoba suatu strategi pendekatan pembelajaran dalam mengajar materi kalor dan perpindahannya dengan menggunakan pendekatan STEM (Science, Technolody, Engineering, and Mathematics). Tujuan pembelajaran STEM diantaranya adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam memecahkan masalah tentang pemahaman siswa tentang bagaimana sesuatu dapat bekerja dan dapat meningkatkan pemanfaatan teknologi yang dilakukan oleh siswa, serta mengenalkan engineering kepada siswa sebelum siswa masuk ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 
Pendekatan integrasi STEM ini sangat penting diterapkan di sekolah dasar, karena pemahaman sains dan matematika khususnya lebih mudah dirangsang pada usia muda dan dapat membangun keterampilan pada tahap perkembangan usia SD. Hal ini dapat membantu siswa untuk lebih siap dalam menghadapi mata pelajaran yang lebih sulit pada level selanjutnya (Trivena, et al., 2018), karena usia SD mudah menerapkan sikap antusias dan masih berpikiran terbuka pada pembelajaran dalam mengeksplorasi pembelajaran dan siswa usia Sekolah Dasar masih mudah untuk memahami konsep pengetahuan dengan cara mengintegrasikan beberapa bidang STEM sehingga siswa Sekolah Dasar terbiasa dalam berpikir secara integrasi atau holistik dalam memecahkan masalah atau tantangan  STEM yang dihadapi, karena jika sudah di sekolah tinggi mungkin terlambat untuk memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran sains (Orengo, et al., 2018). 
Strategi pendekatan pembelajaran yang saya coba dalam mengatasi rendahnya nilai siswa pada pelajaran IPA pada materi kalor dan perpindahannya adalah dengan menerapkan pembelajaran STEM di kelas saya. STEM menurut Aydin (2020) adalah suatu proses pembelajaran dalam bidang sains, tekonologi, matematika, dan engineering dalam bentuk dasar STEM yang menerapkan metode pengajaran yang menargetkan pembelajaran sains dan matematika pada kemampuan pembelajaran abad 21 dengan mengintegrasikan teknologi yang menekankan pada kemampuan engineering berdasarkan konsep sains dan matematika dalam proses untuk menghasilkan produk yang menyediakan solusi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang berawal dari sebuah masalah dan menyelesaikan dalam bentuk akhir produk pada proses engineering akan memperkaya pengetahuan konten saintifik siswa dan bertambahnya pengetahuan STEM siswa. Dimana saya mencoba membuat permasalahan yang berkaitan dengan materi yang saya ajarkan untuk dipecahkan oleh siswa, Dengan pembelajaran STEM siswa didorong untuk berpikir menyelesaikan sebuah masalah tentang kalor yang sering siswa hadapi dan ditemui dalam kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran STEM terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap pikir, tahap desain, tahap membuat prototipe/model, tahap menguji prototipe/model, dan tahap redesign. Pada tahap pikir adalah berupa penyajian masalah atau tantangan yang diberikan kepada siswa dalam pembelajaran dibentuk dalam sebuah LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi sebuah permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa dimana permasalahan tersebut dikaitkan dengan materi dan kehidupan yang dialami oleh siswa. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa pun akan meningkat dan mencoba berusaha untuk menciptakan penyelesaian permasalahan tadi dalam pembuatan produk sederhana yang mampu menyelesaikan masalah kalor tadi. Tahap desain pada pembelajaran STEM adalah dengan mengintegrasikan teknologi yang ada disekitar siswa,berupa handphone yang siswa miliki, siswa mencari informasi tentang alat dan bahan yang sederhana yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari siswa untuk merangkai sebuah alat yang mampu menyelesaikan masalah kalor tersebut dengan pembuatan termos sederhana. Tahap yang ketiga adalah tahap membuat prototipe/model dari alat dan bahan yang sudah dicari oleh siswa sebelumnya untuk membuat sebuah alat teknologi sederhana dari penyelesaian masalah di awal pembelajaran. Melalui pembuatan produk teknologi sederhana berupa termos sederhana siswa merasa senang karena ikut terlibat aktif dalam pembelajaran dan percobaan secara langsung yang siswa lakukan sendiri. Hal ini akan memberikan pengalaman yang menarik untuk siswa dalam memahami materi pelajaran melalui percobaan yang dilakukan bersama-sama dengan teman sekelasnya. Tahap selanjutnya dalam pembelajaran STEM adalah tahap menguji prototipe/model untuk menguji keberhasilan dari proses pembuatan model tersebut. Tahap terakhir adalah tahap meredesign yaitu apabila masih terdapat ketidakberhasilan dalam pembuatan model, maka siswa diberikan untuk memperbaiki kekurangan dari model tersebut, sehingga akan terbentuk sebuah model yang dapat digunakan untuk dapat menyimpan air panas dalam jangka waktu lama sesuai permasalahan yang awal dalam pembelajaran. Penerapan pembelajaarn STEM di kelas diperlukan peran aktif siswa dan bimbinga dari guru untuk dapat belajar dalam setiap tahapan STEM sehinggan siswa dapat membuat sebuah alat teknologi sederhana dari bahan-bahan yang ada di sekitar siswa dan mampu memahami materi pembelajaran dengan baik.
Perubahan yang terjadi dalam pembelajaran IPA siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran IPA, dan pemahaman materi pelajaran pun lebih mudah dipahami secara langsung oleh siswa melalui percobaan tersebut. Pendekatan pembelajaran STEM juga bisa diterapkan untuk materi pelajaran IPA yang lainnya tidak hanya untuk materi kalor dan perpindahannya saja. Dengan memulai penyajian masalah atau tantangan yang diberikan kepada siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa, siswa akan merasa sennag dalam belajar IPA karena menganggap bahwa pelajaran IPA adalah pelajaran yang mempunyai makna dalam kehidupan sehari-hari siswa dan dengan pendekatan STEM siswa merasa bahwa pelajaran IPA tidak sulit lagi. Melalui proses percobaan yang dilakukan siswa, adanya keterlibatan dan keaktifan siswa dalam belajar dibandingkan hanya mendengarkan ceramah materi dan penugasan saja sehingga siswa menjadi tidak bosan dalam belajar. 
Setelah penerapan pembelajaran STEM pada pelajaran IPA pada materi kalor dan perpindahannya, siswa menjadi antusias dan merasa senang dalam mengkuti belajar IPA lagi, dan setelah diadakan pengayaan hasil nilai ulangan siswa banyak yang meningkat dibandingkan yang lalu. Pembelajaran STEM tidak hanya dapat digunakan pada materi kalor saja tetapi bisa digunakan pada materi-materi IPA yang lain, dan juga tidak hanya IPA saja tapi bisa juga untuk mata pelajaran matematika. 

Ikuti tulisan menarik rukoyah hadir tangkil lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler