x

Iklan

Aisyah ami

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 5 Desember 2021

Rabu, 22 Desember 2021 04:53 WIB

Nilai Moral Novel 99 Cahaya di Langit Eropa, Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa

Nilai moral yang dijadikan pedoman bagi manusia dalam berbagai hal seperti halnya pendidikan, kehidupan sosial, kebudayaan, toleransi, keselarasan, dan sebagainya. Nilai moral pada novel 99 Cahaya di Langit Eropa mengingatkan kembali tentang nilai-nilai kehidupan Islam yang semakin terkikis oleh perkembangan zaman. seperti minimnya rasa hormat terhadap orang tua, solidaritas sesama masyarakat, dan kurangnya keyakinan terhadap Tuhan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hal yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan apresiasi karya sastra pada novel islami 99 Cahaya di Langit Eropa karangan Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra adalah karena memiliki tema yang menarik yang tentunya mengandung pesan moral yang perlu diketahui untuk disampaikan, terutama kepada generasi muda. Novel 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan novel yang menceritakan catatan perjalanan atas sebuah pencarian jati diri si penulis sendiri, yaitu Hanum Salsabiela Rais dan suaminya Rangga Almahendra.

Tujuan novel ini sendiri tidak hanya mengungkap fakta menarik tentang Eropa, tetapi juga berisi saran dan pesan moral yang menurut saya sangat membantu dalam menyuburkan semangat pembaca. Tema novel ini adalah tentang perjalanan Hanum menjelajahi sejarah peradaban Islam di Eropa, baik dimasa lalu maupun dimasa sekarang. Ketika muslim di Eropa sedang menghadapi realitas yang semakin sulit. 

Muslim di Eropa memang dipandang sebelah mata oleh masyarakat disana, bagaimana tidak, mereka beranggapan bahwa Islam adalah agama teroris dan mayoritas masyarakat disana dikenal dengan prinsip profesionalisme yang lebih melihat karya atau prestasi. Novel ini juga mengajarkan hal yang disampaikan tentang hijab. Dimana hijab merupakan cara Islam untuk melindungi kehormatan seorang Muslimah. Karena, wanita diibaratkan sebagai mutiara yang berharga, maka dengan hijablah sebagai pelindung disana agar kaum pria lebih segan dan menghargai untuk tidak sembarangan menyentuhnya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum masuk lebih dalam, saya mengajak pembaca untuk mengenali karakter dalam novel ini terlebih dahulu yang meliputi 14 karakter dengan karakteristik perwatakan yang berbeda, diantaranya:

  1. Hanum, merupakan tokoh yang palig menonjol karena dia sendiri yang menceritakan kisah yang terdapat dalam novel ini.
  2. Fatma Pasha, merupakan tokoh utaa yang kehadirannya membantu rangkaian dan jalannya cerita sebagai teman kelas kursus bahasa Jerman Hanum.
  3. Rangga, merupakan tokoh tambahan yang berperan sebagai suami Hanum yang sedang melanjutkan pendidikan doctoral di Wina, Austria.
  4. Ayse, merupakan tokoh tambahan yang berperan sebagai anak semata wayang Fatma Pasha yang berusia 3 tahun.
  5. Selim, merupakan seorang pria asal Turki sekaligus sebagai suami Fatma yang mempunyai toko elektronik di Wina.
  6. Latife, merupakan teman dekat Fatma.
  7. Imam Hasyim, merupakan seorang imam di Vienna Islamic Center yang berusia sekitar 60 tahun.
  8. Marion Latimer, merupakan seseorang yang menjembatani petualangan Hanum dalam mencari jejak Islam.
  9. Khan, merupakan seorang muslim asal India yang menjadi teman kuliah Rangga.
  10. Marjaa, merupakan mahasiswi berkebangsaan Austria yang menjadi saingan Khan dan Rangga dalam menguasai microwave yang tersedia di kampus.
  11. Stefan, merupakan penduduk asli Wina dan melanjutkan pendidikan di kampus yang sama.
  12. Gomez, merupakan seorang laki-laki keturunan muslim berkebangsaan Cordoba (Spanyol) namun ia tidak memiliki agama (atheis).
  13. Hassan, merupakan seorang laki-laki berkebangsaan Aljazair yang merantau di Spanyol.
  14. Sergio, merupakan seorang tour guide Mezquita dan melayani para turis selama bertahun-tahun.

Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju dan memiliki gaya bahasa hiperbola, personifikasi, serta simile. Kisah dalam novel ini mengambil dari beberapa tempat seperti Wina (Austria), Granada dan Cordoba (Andalusia/Spanyol), Paris (Perancis), dan Istanbul (Turki). Ketika membaca dan menikmati novel ini, pembaca akan mengagumi dan merasakan seolah-olah sedang mengelilingi Eropa dengan berbagai model pendeskripsian dari penulis yang menghadirkan gambaran Eropa dalam imajinasi kita.

Buku ini, dapat menguatkan kita sebagai seorang muslim bahwa dari belahan dunia, dimanapun kita berada, menghormati aqidah muslim berarti kita siap menjadi seorang muslim sejati yang memiliki wawasan rahmatan lil ‘alamin. Menumbuhkan kembali kecintaan umat Islam terhadap Al-Qur’an akan menjadi dasar pembaharuan peradaan islam terdahulu dimana Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, namun juga dipelajari apa dan bagaimana maknanya. Orisinalitas novel ini terihat pada gambaran penulis yang memperlihatkan tiap sudut keindahan tempat-tempat yang dikunjunginya dan tak lupa sejarah yang ditulis sederhana untuk mengenal jejak Islam secara luwes dan gamblang.

Adapun pesan moral yang saya dapatkan setelah memahami alur cerita dalam novel ini adalah:

  1. Mampu menghargai diri sendiri. Bagi umat manusia yang masih percaya akan adanya Tuhan serta memeluk agama dapat dijadikan pedoman dalam menjalani hidup yang tertata dan baik. Bahwa jadikan Tuhan menjadi kekuatan diatas segala yang terjadi pada kehidupan kita. Dengan menghargai diri sendiri Hanum dan Rangga merasa bersyukur karena memiliki tugas untuk memandu mereka menjalani hidup.
  2. Memiliki jati diri, memiliki nilai moral terhadap diri sendiri dan juga sesama. Seseorang yang mampu mengendalikan diri, menunjukkan diri yang baik, dan mampu bersikap bijaksana serta menghargai sesama.
  3. Dapat memahami kekurangan diri sendiri, dimana setiap orang memiliki kekurangan dan kita dapat belajar dengan orang lain untuk menutupi kekurangan diri kita. Sedangkan apabila kita memiliki kelebihan, maka sebaiknya menyalurkan kelebihan kepada orang lain agar menebar kebermanfaatan dalam hidup kita.
  4. Kejujuran pada diri sendiri, keberanian, tanggung jawab, dan kemandirian moral. Ketika kita melakukan sesuatu, dan menginginkan sesuatu maka patutlah keberanian rasa tanggung jawab dan kemandirian dengan sungguh untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
  5. Kerukunan, tolong menolong, saling menghormati dan toleransi antar umat beragama, serta keselarasan menjadi satu padu disajikan hangat dalam novel ini.

Novel ini sukses diangkat menjadi sebuah film yang mengantarkan penikmat pada pemahaman yang baik tentang ajaran agama Islam yang sebenarnya jauh dari kesan doktrinasi atau justifikasi. Harus diakui bahwa novel ini merupakan karya yang sangat memikat. Bahkan gaya penyampainnya sangat baik, sehingga pembaca terbawa dalam alur ceritanya. Novel ini telah memberikan inspirasi kepada yang membacanya dan karya-karya berikutnya dari Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.

Ikuti tulisan menarik Aisyah ami lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

13 jam lalu

Terpopuler