x

Salah seorang siswa memimpin kegiatan diskusi dalam materi Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila

Iklan

Kisaur Panjaitan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Maret 2022

Senin, 21 Maret 2022 19:25 WIB

Hambatan dan Kunci Sukses Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka yang memerdekakan semuanya, baik guru, siswa, sekolah swasta maupun negeri, berorientasi pada pengembangan karakter dan budaya Indonesia. Pelaksanaannya tentu tidak mudah, terutama menumbuhkan kesadaran kepada masing-masing sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Tapi, inilah tantangannya. Sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project punya tanggung jawab menularkan keberhasilannya kepada sekoah-sekolah lain.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Ki Dr. Saur Panjaitan XIII, Panitera Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah memasukkan kebudayaan ke dalam diri anak dan memasukkan anak ke dalam kebudayaan supaya anak menjadi makhluk yang insani. Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, kebudayan dapat dikembangkan sekolah melalui kegiatan ektrakurikuler maupun kokurikuler yang diikuti siswa. Kegiatan tersebut dipilih siswa dengan merdeka, sesuai dengan keinginan mereka. Konsep merdeka yang diusung dalam Kurikulum Merdeka Belajar ini sesuai dengan Azas Tamansiswa 1922 yaitu hidup merdeka.

Proses pendidikan, menurut Ki Hadjar, diibaratkan sebagai proses bertani. Pengandaian ini selaras dengan kondisi Indonesia yang mayoritas penduduknya saat itu sebagai petani. Kita dapat mengambil kesimpulan, pendidikan harus berjalan sesuai dengan kondisi masyarakatnya, sesuai dengan perkembangan zaman dan disesuaikan untuk menyipkan siswa dalam kehidupannya di masa yang akan datang. Pendidik, kata Ki Hadjar, seperti petani karena akan merawat bibit dengan cara menyiangi huma di sekitarnya, memberi air, memberi pupuk agar tanamannya subur, dan buahnya melimpah. Namun, petani tidak mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan kehendak kaum pendidik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk mencapai pendidikan yang memerdekakan, maka pendidikan hendaknya dapat menjadikan manusia merdeka pula. Sebagaimana Ki Hadjar menyampaikan bahwa mendidik anak akan menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka fikirannya, dan merdeka tenaganya. Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik  saja, akan tetapi harus juga mendidik si murid mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, pemerintah menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Program Merdeka Belajar, salah satunya menggulirkan Kurikulum Merdeka. Ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang menitikberatkan kepada keaktifan murid dalam mengembangkan minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan mereka. Kurikulum ini membuka kesempatan inovasi dan kreasi pembelajaran bagi guru, yang berorientasi untuk pengembangan karakter serta budaya Indonesia.

Harapan Kurikulum Merdeka

Sejak Program Kurikulum Merdeka ini digulirkan oleh pemerintah, begitu besar harapan terhadap keberhasilan pada kurikulum ini. Sebagai kurikulum merdeka, baik siswa, guru, dan satuan pendidikannya, tidak ada paksaan atau keharusan semua satuan pendidikan langsung menerapkan program Kurikulum Merdeka. Apalagi dampak pandemi Covid-19 sejak 2 Maret 2020 masih sangat dirasakan dan membuat masyarakat Indonesia mengalami perubahan tata kelola kehidupan. Tentulah pemerintah menjadikan kesehatan sebagai fokus utama, tentu berdampak juga pada kebijakan pendidikan.

Dalam kondisi pandemi, pemerintah sadar perlu adanya perubahan pada sistem pendidikan dengan melibatkan teknologi dan kurikulum yang fleksibel terhadap perubahan zaman. Agar tidak terjadi perubahan secara mendadak, pemerintah melaksanakan pilot project untuk mengimplementasikan kurikulum alternatif di sekolah-sekolah yang dipilih. Pemerintah lebih dulu memberi pelatihan kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan. Kurikulum yang dipraktikkan oleh Sekolah Penggerak ini bernama Kurikulum Merdeka, pada dasarnya sudah dicetuskan oleh Ki Hadjar 100 tahun silam.

Kurikulum Merdeka Belajar memberikan porsi yang besar dalam proses pembelajaran. Nilai yang diberikan kepada siswa lebih banyak memperhatikan proses siswa dalam menjalankan pembelajaran melalui asesmen diagnostik dan formatif. Konsep ini selaras dengan pemikiran Ki Hadjar mengenai pendidikan yang bermakna menuntun segala  kekuatan kodrat pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan serta menggapai kebahagiaan setinggi-tingginya. Ini bermakna pendidikan dijalankan sesuai keinginan dan potensi yang dimiliki siswa. Karena terjalin kecocokan, maka mereka merasa senang dalam belajar sehingga menghasilkan kebahagiaan.

      Satuan pendidikan, guru dan siswa yang diberikan kebebasan dalam Kurikulum Merdeka Belajar akan menghasilkan inovasi dan kreasi dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan. Sehingga pendidikan menjadi solusi yang bisa menyelesaikan masalah pada siswa maupun masyarakat di lingkungan satuan pendidikan.

Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan, guru, dan peserta didik dalam mengembangkan pembelajaran. Peserta didik memiliki kodrat (bakat) alami, guru sebagai pendidik harus merawatnya sesuai dengan kodrat yang dimiliki peserta didik. Mendidik anak sama dengan mendidik masyarakat.

Dalam Kurikulum Merdeka dengan memberikan pembelajaran Project Based Learning memberikan ruang kepada guru dan peserta didik untuk melihat masalah dalam keseharian dan mencoba menemukan solusi dari masalah tersebut. Sekolah harus memberikan inovasi baru dalam segi fasilitas pembelajaran, kegiatan, ektrakurikuler, kegiatan pembelajaran bekerja sama dengan lingkungan/perusahaan, Guru harus berinovasi dalam pembelajaran, untuk menumbuhkan inovasi dari peserta didik. Dengan lingkungan seperti ini maka pembelajaran menjadi sesuatu yang dirindukan oleh siswa.

Inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran merupakan penerapan dari pemikiran Ki Hadjar yatu Tri-N (Niteni, Nirokke, Nambahi). Niteni menunjuk pada kemampuan untuk secara cermat mengenali dan menangkap makna (sifat, ciri, prosedur, kebenaran), berarti proses pencarian dan penemuan makna suatu obyek yang diamati melalui sarana inderawi sesuai dengan proses kognitif yang disebut cipta oleh Ki Hadjar. Cipta adalah daya berpikir, yang bertugas mencari kebenaran sesuatu dengan jalan mengamati dan membanding-bandingkan sesuatu obyek, sehingga dapat mengetahui perbedaan dan persamaannya.

Nirokke dan nambahi dapat diterjemahkan sebagai meniru dan mengembangkan/menambah. Ki Hadjar memasukkan dalam ranah “kemauan atau karsa” yang selalu timbul di samping atau seolah-olah sebagai hasil buah pikiran dan perasaan. Perbedaan di antara keduanya terletak pada kadar dan proses kreaktifnya. Nirokke atau meniru, menurut Ki Hadjar, merupakan kodrat pada masa kanak-kanak. Nambahi atau menambahkan/mengembangkan adalah proses lanjut dari nirokke. Dalam proses ini ada proses kreatif dan inovatif untuk memberi warna baru pada model yang ditiru. Proses nambahi inilah yang diharapkan terjadi dalam diri peserta didik. Dalam hal ini, Ki Hadjar menyatakan bahwa kita tidak meniru belaka, tetapi mengolah. Mengolah dengan memperbaiki, menambah, mengurangi, mengubah, dan mengolah sesuatu obyek yang ditiru.

Kurikulum Merdeka mengeksplore kemampuan siswa dengan memperbanyak project yang pada gilirannya  menjadikan siswa lebih mandiri. Khusus untuk sekolah-sekolah SMK lebih meningkatkan keterampilan mereka karena memperbanyak kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri serta menghadirkan guru tamu dari pada profesional.

Dengan memperhatikan kondisi masing-masing daerah dan kesiapan sekolah, pemerintah melaksanakan secara bertahap dan memberikan kebebasan (kemerdekaan) untuk kapan dapat memulainya. Sebagai pilot project, sudah beberapa sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka, dengan harapan dapat menggerakkan sekolah-sekolah lain di sekitarnya. Pengimbasan sangat diharapkan untuk keberhasilan kurikulum merdeka ini, baik untuk sekolah negeri maupun  sekolah swasta.

Tantangan Kurikulum Merdeka

Namun demikian Kurikulum Merdeka yang memerdekakan semuanya, baik guru, siswa, sekolah swasta maupun negeri, berorientasi pada pengembangan karakter dan budaya Indonesia. Pelaksanaannya tentu tidak mudah, terutama menumbuhkan kesadaran kepada masing-masing sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.  Inilah tantangannya.

Keberhasilan pilot project supaya memberikan imbas, sangat memerlukan kesadaran dan kebersamaan rasa kekeluargaan dengan menghilangkan ego sektoral. Sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project di satu sisi merasa bangga karena telah dipercaya oleh pemerintah. Namun demikian, di sisi lain diperlukan rasa tanggung jawab untuk menularkan keberhasilannya kepada sekoah-sekolah lain.

Oleh karena itu, kata kuncinya dalam kesuksesan Kurikulum Merdeka ini adalah diperlukan kesadaran  semua pihak, stakeholder, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, baik  provinsi, kabupaten/kota serta yayasan penyelenggara sekolah swasta. Terutama lagi adalah para kepala sekolah dan para guru-guru yang mengimplementasikannya di lapangan.

Tidak mudah juga untuk melakukan perubahan sebuah sistem. Selama ini sudah terlalu lama berbagai kebijakan dilaksanakan secara terkomando dari atas ke bawah. Semua melaksanakan secara serempak tanpa pengecualian. Sehingga dengan memberikan “kemerdekaan” seperti sekarang ini perlu diikuti dengan penumbuhan dan peningkatan kesadaran semua pihak dalam melaksanakannya.

Setiap perubahan kebijakan akan memberikan dampak, baik skala kecil maupun besar khususnya kepada para guru di lapangan. Sebagai contoh kecil, yaitu terkait dengan sertifikasi guru (untuk beberapa guru mata pelajaran tertentu). Ada beberapa mata pelajaran yang berkurang dan dihilangkan, sehingga pemenuhan jam mengajar sebagai syarat utama mempertahankan/mendapatkan sertifikasi menjadi terganggu. Tentulah hal ini menjadi faktor pengganggu yang negatif dalam keberhasilan program Kurikulum Merdeka, karena kenyamanan guru sebagai pelaksana terusik dengan kehadiran program ini.

Faktor senioritas para guru juga bila tidak dikelola dengan baik, bisa memicu faktor negatif di lapangan. Di satu sisi para guru yang yunior memiliki semangat, motivasi, kreativitas dan inovasi  yang sangat tinggi dan lebih banyak menguasai teknologi sebagai tuntutan kurikulum merdeka. Sementara di sisi lain para guru senior cenderung berkurang dalam penguasaan teknologi, sehingga mempengaruhi keberhasilan program kurikulum merdeka ini. Terdapat gap antara guru senior dengan guru yunior.

Khusus untuk sekolah swasta, persoalan yang paling klasik adalah ketidakstabilan jumlah siswa yang dikelolanya. Sehingga program Kurikulum Merdeka menjadi terganggu dan terkendala manakala jumlah siswanya tidak stabil. Bahkan di banyak daerah terjadi penurunan sangat besar, salah satunya dampak pandemi yang berkepanjangan. Fokus dari sekolah-sekolah swasta pada umumnya dimulai dari PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), bagaimana memperoleh murid baru, dan minimal mempertahankan jumlah siswa. Sehingga berbagai kehadiran   kebijakan baru dari pemerintah, termasuk Kurikulum Merdeka senantiasa dikaitkan dengan masalah utama yaitu dampak kepada jumlah siswa yang dikelolanya. Barulah setelah itu, diikuti dengan usaha-usaha lain.

Kebijakan yang Komprehensif

Dengan demikian, karena setiap kebijakan baru tentulah berimbas dan memberi dampak kepada situasi dan kondisi yang ada. Sehingga perlu diikuti perubahan kebijakan lain yang dapat meminimalkan dampak dari Kurikulum Merdeka. Diperlukan kebijakan secara komprehensif dari hulu hingga ke hilir, menyasar semua yang berhubungan dengan kesuksesan program Kurikulum Merdeka.

Kebijakan yang mempermudah dan memotivasi para guru dalam melaksanakan tugas sehari-harinya, merupakan salah satu yang utama karena gurulah sebagai unjung tombak di lapangan. Demikian juga ketersediaan sarana dan prasarana sebagai pendukung program Merdeka Belajar tidak kalah penting untuk menjadi kebijakan yang harus diselesaikan sejak awal. Khususnya sekolah swasta yang pada umumnya masih minim dan belum memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

Selanjutnya, evaluasi perlu dilakukan secara terus menerus dan lebih intens untuk mengetahui secara lebih mendalam di mana kelebihan dan kekurangan tingkat pelaksanaan kurikulum merdeka. Dengan mengindentifikasi berbagai kekurangannya, diharapkan mempermudah untuk menerbitkan berbagai kebijakan yang komprehensif dalam mensukseskan program Kurikulum Merdeka.  

Pada giliriannya kesuksesan Kurikulum Merdeka ini akan menjadikan pendidikan yang memerdekakan sebagaimana yang disampaikan oleh Ki Hadjar sejak satu abad lalu dengan menitikberatkan pada keaktifan murid dalam mengembangkan minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan mereka. Kurikulum ini membuka kesempatan inovasi dan kreasi pembelajaran bagi guru, yang berorientasi untuk pengembangan karakter dan budaya Indonesia dalam mendidik anak menjadi manusia merdeka batinnya, merdeka fikirannya, dan merdeka tenaganya. Semoga.

Ikuti tulisan menarik Kisaur Panjaitan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler