x

Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Prostoleh

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Kamis, 24 Maret 2022 06:54 WIB

Kamu Punya Sayap, Terbanglah.

Orang tua harus memiliki kemampuan mengembangkan potensi anak anaknya. Orang tua harus bisa menunjukkan dan mengembangkan sayap anak anaknya agar mereka bisa terbang. Artikel ini membahas topik tersebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh Bambang Udoyono

You were born with wings, why prefer to crawl through life?  Kamu dilahirkan dengan memiliki sayap, mengapa memilih merangkak dalam kehidupan?   Demikian arti kalimat mutiara dari Maulana Jalaludin Rumi di atas.  Tidak susah menebak maksudnya.  Saya yakin anak SMP juga sudah bisa memahaminya.  Tapi mari kita bahas dari sudut pandang parenting agar pola asuh kita jadi baik.

Pada  artikel terdahulu kita sudah membahas pemikiran Rumi tentang potensi anak.  Menurut Rumi pada setiap anak sudah ada potensi masing masing.  Semua orang sudah memiliki bakat dan minatnya.  Tugas orang tua adalah membantu anaknya mengembangkan potensi tersebut.  Meskipun demikian sering kita lihat anak yang sebenarnya memiliki potensi besar malah tidak berkembang maksimal.  Apa sebabnya?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mungkin ada beberapa sebab.  Tapi saya yakin penyebabnya antara lain adalah pola asuh yang keliru pada keluarganya dan ada sistem pendidikan yang kurang mendukung. 

Salah satu kekeliruan orang tua adalah tidak mengenali dengan baik bakat, minat dan potensi anaknya.  Banyak orang tua belum menyadari teori kecerdasan ganda.  Setiap anak memiliki kecerdasannya sendiri, paling tidak satu.  Kalau orang tua tidak memahami maka bisa jadi masalah.  Lebih parah lagi kalau orang tua memaksakan kehendaknya agar anaknya mengejar impian yang diingini orang tuanya.  Tidak sedikit orang tua terkesan dengan orang lain yang dianggapnya sukses lalu memaksa anaknya meniru profesi orang lain tersebut sedangkan bakat, minat dan potensi anaknya berbeda.  Alih alih memotivasi, orang tuanya justru melumpuhkan potensi anaknya sendiri.

Perlakuan guru dan masyarakat juga berpengaruh.  Beberapa hari yang lalu saya sudah menulis artikel yang mensitir pendapat Michio Kaku, seorang pakar Amerika keturunan Jepang yang mengajar di New York.  Menurut dia setiap anak punya potensi jadi ilmuwan tapi sayang masyarakat menghancurkan rasa ingin tahunya.

 

Jadi sebaiknya para orang tua mempelajari dengan seksama kiat kiat mengasuh anak, tidak hanya ketika anak bayi tapi sampai remaja dan bahkan dewasa.  Sila pelajari bagaimana cara memperlakukan mereka agar potensinya berkembang maksimal.  Jika cara anda mengenali dan mengembangkan sudah tepat maka mereka akan memiliki ‘sayap’ untuk terbang tinggi.

 

Kiat memperlakukan anak remaja tentu berbeda dengan memperlakukan anak kecil.  Anak remaja kekinian sudah memiliki sumber informasi yang lebih luas daripada orang tuanya di usia yang sama.  Mereka sudah memiliki akses internet di kota kota. Maka wawasan pikiran mereka juga sudah lebih luas daripada remaja jadul.  Oleh karena itu pendekatan dialogis lebih tepat untuk mereka.

 

Ajaklah anak anak Anda berialog dua arah.  Tentu saja orang tua boleh boleh memberi masukan atau katakanlah kotbah kepada anak anaknya.  Mendidik dan memberi masukan soal agama atau ilmu apapun itu memang kewajiban orang tua. Meskipun demikian ketika anak anak menginjak usia remaja pendekatan wacana dua arah sudah harus mulai dikembangkan.

 

Dengan berwacana dua arah maka kemampuan anak anak untuk menyampaikan opini dan pendapatnya akan diberi ruang. Dengan demikian mereka akan mempunyai kesempatan mengembangkan kemampuan berkomunikasi sekaligus menyusun argumen yang logis adan rasional. Kedekatan antara orang tua dengan anak anaknya juga akan terbangun.  Orang tua juga akan mengetahui dengan lebih rinci kemampuan dan pengetahuan anak anaknya. Itulah beberapa keuntungan berwacana dua arah.

 

Pengetahuan tentang potensi anak ank itu menjadi bekal untuk pengembangan diri mereka selanjutnya. Setelah minat dan bakat mereka nampak jelas, orang tua bisa memberi masukan dan saran ke mana mereka sebaiknya kuliah.  Tentu saja keputusan itu diserahkan kepada anak tapi  orang tua juga melatih proses pengambilan keputusan. Inilah pendidikan yang tidak diajarkan di sekolah.  Kemampuan mengambil keputusan ini juga akan sangat bermanfaat untuk masa depan mereka.

 

Mulai saja dengan melatih anak anak mengambil keputusan sederhana seperti memilih tempat makan malam keluarga misalnya.  Tuntun mereka mengumpulkan informasi yang penting.  Lalu tuntun mereka melakukan penalaran berdasarkan logika. Kalau ini dilakukan secara teratur maka mereka akan terlaih mengambil keputusan.

 

Dengan kata lain proses ini adalah proses orang tua menunjukkan dan mengambangkan ‘sayap’ anak anaknya.  Setelah mereka punya ‘sayap’ yang kuat maka mereka akan ‘terbang’.  Jadi motivasilah anak anak Anda untuk ‘terbang’ tinggi dengan memakai ‘sayap’ mereka. Semoga kita semua mampu melakukannya.

 

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB