x

Iklan

Salma Fairuz Hasanah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 April 2022

Minggu, 1 Mei 2022 07:56 WIB

Lahirnya Kesusastraan di Indonesia

Sejarah Lahirnya Sastra di Indonesia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebelum memasuki materi kita harus tau terlebih dulu apa pengertian dari sejarah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Oleh karena itu, dengan kita mempelajari sejarah kita akan berupaya untuk menyampaikan apa yang sudah terjadi di masa lampau.

Sejarah juga menunjukkan bahwa jenis-jenis sastra mengalami perkembangan. Misalnya, awal pertumbuhan dan perkembangan novel tidak sejalan dengan puisi ataupun drama. Sedangkan sejarah sastra juga termasuk ke dalam bagian Ilmu sastra. Dalam Pemandu di Dunia Sastra, Hartoko dan Rahmanto memberikan pengertian ilmu sastra bahwa ilmu sastra meliputi semua pendekatan ilmiah terhadap gejala sastra. Objek ilmu sastra adalah unsur kesustraan yang menyebabkan sebuah ungkapan bahasa termasuk sastra. Di samping unsur-unsur bahasa (struktur, gaya, fungsi, politik) faktor-faktor historiko pragmatik dan psikososial juga memainkan peranan (misalnya unsur rekaan dalam komunikasi bahasa, perkembangan antara pengertian sastra dan sebagainya).

Melalui sejarah sastra para pengarang dapat melihat jelas dan menghayati karya-karya pengarang sebelumnya baik sifat-sifat maupun coraknya sehingga dapat menciptakan karya sastra baru dengan melanjutkan atau menyimpangi konvensi-konvensi karya sebelumnya. Hal itu sesuai kata A. Teeuw, “bahwa karya sastra selalu merupakan ketegangan antara konvensi dan pembaharunya”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Jakob Sumardjo, Sastra Indonesia ialah sastra berbahasa Indonesia yang sudah berkembang abad ke-20 sebagaimana tampak penerbitan pers (surat kabar dan majalah) dan buku, baik dari usaha swasta maupun pemerintah kolonial. Dengan demikian penulisan Sejarah Kesusastraan Indonesia pada buku ini tidak dimulai oleh penerbitan-penerbitan Balai Pustaka tetapi ditarik mundur ke tahun 1850-an sejak hadirnya karya-karya para aktivis pergerakan nasional yang dikenal dengan bacaan liar dan penulis para Tionghoa yang dikenal Sastra Indonesia Tionghoa atau sastra Melayu Tionghoa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kesusastraan adalah ilmu atau pengetahuan tentang segala hal yang bertalian dengan susastra. Sedangkan Susastra adalah karya sastra yang isi dan bentuknya sangat serius, berupa ungkapan pengalaman jiwa manusia yang ditimba dari kehidupan kemudian direka dan disusun dengan bahasa yang indah sebagai sarananya sehingga mencapai syarat estetika yang tinggi.

 

Beberapa Pendapat Mengenai Kelahiran Sastra Indonesia

Menurut Umar Junus, sastra ada sesudah bahasa ada.  “Sastra X baru ada setelah bahasa X ada, yang berarti bahwa sastra Indonesia baru ada setelah bahasa Indonesia ada,” katanya.  Karena bahasa Indonesia baru lahir saat adanya sumpah pemuda pada tahun 1928, maka Umar Yunus berpendapat bahwa kesusastraan Indonesia baru lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Sehingga menurutnya, karya sastra yang terbit sebelum tahun 1928 dianggap bukan digolongkan sebagai hasil satra Indonesia. Melainkan sebagai hasil karya Sastra Melayu saja.

Sedangkan Ajip Rosidi, mempunyai pendapat yang berbeda. Menurut Ajip, Ajip memang mengakui bahwa sastra tidak mungkin ada tanpa bahasa. Akan tetapi, sebelum sebuah bahasa diakui secara resmi, tentulah bahasa itu sudah ada sebelumnyua dan sudah pula dipergunakan orang. Oleh sebab itu, Ajip tidak setuju diresmikannya suatu bahasa dijadikan patokan lahirnya sebuah sastra (dalam hal ini sastra Indonesia). Di pihak lain, Ajip berpendapat bahwa kesadaran kebangsaanlah seharusnya dijadikan patokan. Berdasarkan kebangsaan ini, menetapkan bahwa lahirnya Keusasraan Indonesia Modern adalah tahun 1920/1921 atau 1922. Ajip memilih tahun 1920/1921 bukan karena pada tahun itu terbit Azab dan Sengsara maupun Siti Nurbaya melainkan karena pada tahun itu para pemuda Indonesia (Muhammad Yamin, Mohammad Hatta, Sanusi Pane, dan lain-lain) mengumumkan sajak-sajak mereka yang bercorak kebangsaaan dalam majalah Jong Sumatra (diterbitkan oleh organisasi Jong Sumatra).

 

Menurut Teuuw, kesusastraan Indonesia Modern lahir sekitar tahun 1920. Alasan Teeuw adalah :

“Pada ketika itulah para pemuda Indonesia untuk pertama kali mulai menyatakan perasaan dan ide yang pada dasarnya berberda dengan perasaan dan ide yang pada dasarnya berbedea daripada perasaan dan ide yang terdapat dalam masyarakat setempat yang tradisional dan mulai demikian dalam bentuk-bentuk sastra yang pada pokoknya menyimpang dari bentuk-bentuk sastra Melayu, Jawa, dan sastra lainnya yang lebih tua, baik lisan maupun tulisan.

Alasan lainnya menurut Teeuw ialah :

“Pada tahun-tahun itulah untuk pertama kali para pemuda menulis puisi baru Indonesia. Oleh karena itu mereka dilarang memasuki bidang politik, maka mereka mencoba mencari jalan keluar yang berbentuk sastra bai pemikiran serta perasaan, emosi serta cita-cita baru yang telah mengalir dalam diri mereka.

Berdasarkan pemikiran tersebut, Teeuw menyatakan lahirnya kesusastraan Indonesia pada tahun 20-an, yaitu pada saat lahirnya puisi-puisi kebangsaan dan bentuk soneta yang digunakan pengarang.

Jadi kesimpulan nya, Sastra Indonesia adalah keseluruhan Sastra yang berkembang di Indonesia. Dalam rentang Sejarah Sastra Indonesia, tercatat beberapa teks sastra yang bisa dikatakan “menembus zaman” yang artinya tidak hanya dibaca oleh generasi semasa karya sastra diterbitkan, tetapi juga dibaca oleh generasi selanjutnya.

Ikuti tulisan menarik Salma Fairuz Hasanah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu