x

Ilustrasi BPBD, bersama personel TNI, Polri, dan Polhut sedang berjibaku memadamkan 7 Hektare Lahan Gambut di Nagan Raya, Aceh. Foto- Antara.

Iklan

djohan chan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2019

Senin, 30 Mei 2022 06:24 WIB

Untuk Pemadaman Karhutla, Naga Raya Butuh Siraman Air dari Pesawat

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), bersama personel TNI, Polri, dan Polisi Kehutanan (Polhut), dibantu masyarakat setempat, baru berhasil memadamkan 7 hektar, dari 20 hektare lahan gambut yang terbakar api, di Kabupaten Nagan Raya, Aceh.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), bersama personel TNI, Polri, dan Polisi Kehutanan (Polhut), dibantu masyarakat setempat, baru berhasil memadamkan 7 hektar, dari 20 hektare lahan gambut yang terbakar api, di Kabupaten Nagan Raya, Aceh. 

Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Ilyas, kebakaran lahan gambut itu terjadi sejak hari Selasa (24/5/2022) di Desa Puloe, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya,  sempat melanda 7 hektar lahan gambut dikawasan itu.

Berkat kerjasama segenap unsur BPBD, bersama personel TNI, Polri, dan Polisi Kehutanan (Polhut), dibantu masyarakat setempat berjibaku dengan alat manual, diantaranya pompa air ke lokasi kejadian, karena akses jalan menuju ke lokasi kebakaran tidak bisa dilintasi armada pemadam kebakaran. Titik api yang memakan lahan seluas 7 hektare berhasil dipadamkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Setelah lahan seluas 7 hektare di Desa Puloe, berhasil dipadamkan, Pada hari Kamis (26/5/2022) titik api di Desa Kruet, diketahui telah menyala dengan cepatnya. Hingga saat ini, Minggu (29/05/2022) diperkirakan 13 hektare lahan yang dilalap sijago merah itu,” kata Sekretaris BPBD Nagan Raya, Said Nazaruddin.

“Sebab timbulnya Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) gambut di Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Belum diketahui secara pasti, karena masih dalam Penyelidikan Aparat Kepolisian. Untuk itu, kita tidak bisa berandai- andai,” kata Said Nazaruddin kepada wartawan, Minggu pagi (29/05/2022) di Nagan Raya, Aceh. 

Warga masyarakat daerah setempat juga berharap, agar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dapat turut serta berpatisipasi membantu memadamkan Karhutla di Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Dengan menggunakan Pesawat dari udara, karena peralatan BPBD Nagan Raya tidak bisa masuk ke lokasi kebakaran hutan.

“Kalau dibiarkan BPBD bersama personel TNI, Polri, dan Polisi Kehutanan (Polhut), berjibaku dengan alat seadanya, untuk memadamkan api yang memakan lahan gambut di hutan tersebut, dikhawatirkan kebakaran hutan di Kabupaten Nagan Raya, Aceh akan semangkin meluas,” ujar sumber.

Sejak hari Selasa (24/5/2022), 7 hektare hutan di Desa Puloe, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, Aceh terbakar, hingga Minggu pagi (29/05/2022), api telah merambah ke Desa Kruet, dan diperkirakan telah membakar lahan seluas 13 hektar. Dengan demikian, jumlah lahan yang terbakar itu mencapai 20 hektare.

“Sumatra Selatan (Sumsel), Jambi dan Riau, merupakan Provinsi yang tergolong rawan, terhadap Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Untuk meminimalisir dan pencegahannya memerlukan perhatian khusus, dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah daerah dan seluruh pihak,” tutur Sekjen Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Purwadi Soeprihanto.

Lebih jauh, Purwadi mengatakan. Dalam acara pertemuan diskusi Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) yang berlangsung di Lanud Sri Mulyono Herlambang. Kota Palembang, Sumsel. Pada hari Senin (23/5/2022) lalu. Bahwa, Provinsi yang tergolong rawan terhadap Karhutla, perlu Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dari udara, dan Alat Pembatas Pengukur (APP).

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dari udara sangat dibutuhkan disetiap daerah, khususnya pada wilayah APHI, untuk mendeteksi titik panas. Mengingat, aktifitas hotspot dalam dua tahun terakhir menurun cukup tajam. Demikian halnya dengan Alat Pembatas Pengukur (APP), untuk mendeteksi kader kelembapan air dalam tanah gambut.

Kebasahan gambut yang tinggi, merupakan strategi terpenting, untuk meminimalisir karhutla. Untuk mengetahui kader kebasahan lahan gambut dilahan Pengusaha hutan, maka diperlukan Alat Pembatas Pengukur (APP). “ Kalau lahan gambut dilingkungan Pengusaha hutan tidak lembab, atau berubah menjadi kering, maka akan mudah menimbulkan Karhutla, apabila tersentuh dengan api.

Sekjen Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Purwadi Soeprihanto, mengucapkan terimakasih kepada Sinar Mas, melalui unit usahanya PT Wirakarya Sakti (WKS) yang telah membina Sumber Daya Manusia (SDM), dan memiliki APP, serta TMC, yang dibina oleh Agus Wahyudi. Direktur PT. WKS, melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL), diwakili oleh Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera, Ferdian Krisnanto juga menyatakan dukungannya pada program APHI, untuk melakukan upaya pencegahan karhutla dalam berbagai sektor.  

Ferdian Krisnanto juga berharap, peristiwa Kebakaran hutan dan lahan (Karhuta) pada tahun 2015 dan 2019 yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi, menjadi momok menakutkan bagi Indonesia, tidak terulang. Akibat kabut asap yang dihasilkan dari karhutla di Pulau Sumatra tersebut, menyebar hingga ke negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, hingga mengganggu hubungan bilateral antar negara tersebut dengan Indonesia. ***

Ikuti tulisan menarik djohan chan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB