x

SSB Sukmajaya

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 2 Juli 2022 08:53 WIB

Apa Kabar SSB yang Sekolah?

Sudah dunia pendidikan formal masih gagal. SSB atau Akademi atau Diklat dan sejenisnya pun hanya sekadar ikut-ikutan produk luar negeri. Nama tidak sesuai isi dan jauh dari ekspetasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jangan biarkan suatu kesalahan menjadi benar karena terus ditularkan oleh yang belum punya ilmu dan pengalaman atau kurang ilmu dan pengetahuan, kepada yang belum punya ilmu, pengetahuan, dan pengalaman (Supartono JW.01072022)

Pendidikan di +62 melalui sekolah formal dan nonformal sesuai peraturan dan undang-undang masih terbilang gagal. Bagaimana dengan yang abal-abal (tidak sesuai mutu)? (Supartono JW.01072022)

Kendati nama Sekolah Sepak Bola (SSB) telah digaungkan di Indonesia sejak 1 Juli 1999 oleh PSSI di bawah kepemimpinan Agum Gumelar, dan dalam komando Ronny Pattinasarani, Direktur Pembina Usia Muda PSSI, saat itu, hingga usia SSB memasuki usia ke-23 pada 1 Juli 2022 dalam gaungnya di Indonesia, belum pernah lahir REGULASI tentang SSB yang benar dari PSSI. PSSI tak ada melibatkan stakeholder terkait yang kompeten dalam bidang pendidikan dan sekolah. PSSI pun belum pernah memiliki Training Center (TC) untuk Timnas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wajar salah kaprah?

Wajar bila, para pegiat sepak bola akar rumput terus salah kaprah dalam mengelola keberadaan SSB yang tidak berstandar, karena PSSI sendiri belum dapat menjadi contoh, akibatnya, Shin Tae-yong (STy), pelatih Timnas Indonesia sekarang, merasakan betul jauhnya standar TIPS pemain Indonesia, hingga dia harus memoles pemain Timnas di berbagai level dari nol lagi. Padahal ribuan SSB menjamur di Indonesia.

Paradigma salah jadi benar

Kondisi yang seolah sengaja dibikin salah kaprah ini, sampai mencuat paradigma "Yang salah jadi benar", karena kesalahan terus dilakukan oleh sumber daya manusia (SDM) yang tidak kompeten di bidangnya, seolah kompeten dan terus menularkan ilmu dan praktik yang salah di dunia sepak bola akar rumput, baik kepada para anak mau pun orang tuanya.

Setali tiga uang, ini pun adalah deskripsi dari kegagalan pendidikan Indonesia selama ini yang tetap menyisakan SDM Indonesia yang individunya masih banyak yang TIDAK TAHU bahwa DIRINYA TIDAK TAHU, karena kurang ilmu, kurang pendidikan, kurang pengalaman, dan paket kurang lainnya, tapi tetap sok-sok-an, gaya-gaya-an, hingga yang salah jadi benar karena ditularkan oleh SDM yang tak tidak/kurang ilmu, pengetahuan, dan pengalaman di bidangnya.

Bila individu SDM yang menggeluti suatu bidang sudah dalam level TAHU bahwa DIRINYA TAHU, maka paradigmanya adalah Yang salah dibenahi menjadi benar dan yang belum tahu, didiik dan diajar menjadi tahu. Hasil didikan adalah karakter budi pekerti. Hasil ajaran adalah tahu ilmu pengetahuan sesuai bidangnya. Pun akan ada paradigma "Selamat tinggal salah kaprah".

Sekolah sepak bola belum ada di KBBI

Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti sepak bola adalah olahraga permainan beregu di lapangan, menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain, berlangsung selama 2 x 45 menit, kemenangan ditentukan oleh selisih gol yang masuk ke gawang lawan.

Sementara, makna sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada) dasar, lanjutan, tinggi (menurut jurusannya, ada) -- dagang, -- guru, -teknik, -pertanian, dan sebagainya.

Sekolah juga bermakna waktu atau pertemuan ketika murid diberi pelajaran, usaha menuntut kepandaian (ilmu pengetahuan), pelajaran, pengajaran.

Dijelaskan pula ada sekolah agama, yaitu sekolah yang memberi pendidikan dalam hal keagamaan. Ada sekolah ambah, sekolah pertukangan pada zaman Hindia Belanda. Sekolah dagang, yaitu tempat orang belajar dan mengajarkan ilmu dagang (niaga). Sekolah dasar, tempat memperoleh pendidikan sebagai dasar pengetahuan untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Sekolah dasar kecil, adalah lembaga pendidikan dasar yang didirikan di daerah terpencil dan berpenduduk sedikit, jumlah murid sedikit (minimal tiga orang).

Berikutnya, sekolah kejuruan, yaitu tempat belajar bidang tertentu, seperti ekonomi, pertanian, dan teknik. Lalu, sekolah kesenian, tempat memberi pendidikan dalam suatu cabang kesenian.

Kemudian, sekolah laboratorium (dasar dan menengah) yang langsung di bawah pengawasan suatu lembaga pendidikan guru untuk mengadakan latihan praktik, peragaan, dan sebagainya. Sekolah lanjutan, yaitu selepas sekolah dasar, sebelum perguruan tinggi. Sekolah lanjutan tingkat atas, yaitu sekolah menengah tingkat atas. Ada sekolah menengah kejuruan, adalah sekolah menengah setingkat sekolah menengah umum.

Ada juga sekolah penerbangan, yaitu sekolah tempat belajar seluk-beluk ilmu penerbangan (tentang hal terbang, pesawat terbang). Sekolah pertukangan, tempat belajar berbagai kepandaian bertukang. Sekolah guru, yaitu yang menyelenggarakan pendidikan ilmiah dan/atau pendidikan profesional dalam satu disiplin ilmu tertentu, untuk menjadi guru sesuai bidangnya.

Nah, meski sudah bergaung 23 tahun di Indonesia, ternyata sekolah sepak bola belum masuk dalam KBBI. Bagaimana ini PSSI, pemerintah?

Kalau begitu, definisi sekolah sepak bola saya gabung saja, perpaduan dari sekolah dan sepak bola. Artinya, sekolah sepak bola adalah tempat atau bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada) dasar, lanjutan, tinggi. Ada waktu atau pertemuan ketika murid diberi pelajaran, usaha menuntut kepandaian (ilmu pengetahuan), pelajaran, pengajaran dalam hal olahraga permainan beregu di lapangan, yang menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain, berlangsung selama 2 x 45 menit, kemenangan ditentukan oleh selisih gol yang masuk ke gawang lawan.

Sehingga, sekolah sepak bola adalah tempat mendidik siswa agar mampu menjadi pemain sepak bola dalam sebuah regu/tim, mendidik mampu bermain dalam 2x45 menit dan tahu tentang arti sebuah kemenangan.

Bila dibedah lagi, bagaimana seorang siswa sampai masuk dalam tim sepak bola, tentu melalui proses pendidikan dan pelatihan yang terprogram, terstruktur, dan dididik oleh guru atau pelatih yang memenuhi syarat, kompeten, profesional.di bidangnya.

SSB peraturan dan undang-undang sekolahya bagaimana?

Apakah selama 23 tahun, SSB yang berserakan di Indonesia mengikuti kaidah sekolah sesuai KBBI? Mengikuti standar dan para pegiat yang terlibat di dalamnya kompeten, memahami pengertian, sejarah, unsur, fungsi dan Jenjang sekolah? Dan memahami apa itu pendidikan?

Sebab SSB terlanjur ada di Indonesia dan sudah resmi sejak 23 tahun lalu, maka siapa pun yang berkiprah di dalamnya juga wajib memahami apa itu pendidikan yang wajib ada di dalam sekolah.

Tujuan Pendidikan Nasional ditulis dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakat.

Sementara arti pendidikan yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dan, sekolah adalah tempat mendidik.

Karenanya, sekolah adalah lembaga pendidikan yang sifanya formal, non formal dan informal, pendiriannya dilakukan oleh negara maupun swasta dengan tujuan untuk memberikan pengajaran, mengelola dan mendidik para murid melalui bimbingan yang diberikan oleh para pendidik atau guru.

Sampai di sini, apakah PSSI, para pegiat sepak bola akar rumput memahami tentang hal sekolah dan pendidikan yang benar, hingga sampai sepak bola ditempeli kata sekolah sampai menjamur?

Ada beberapa hal yang wajib dipahami oleh siapa pun yang berkegiatan pakai embel-embel kata sekolah.

PERTAMA, sejarah sekolah di dunia. Dari berbagai literasi, Plato dan Aristophanes adalah orang pertama yang meninggalkan catatan tertulis menegnai ruang kelas dan sekolah. Sekolah pertama orang Athena Kuno memang sederhana. Sekolah itu hanya merupakan tambahan dari suatu program pendidikan yang dititik beratkan pada latihan kemiliteran, atletik, musik, dan puisi.

Pengajaran membaca, menulis dan berhitung boleh dikatakan hanya sebagai pertimbangan sampingan. Karenanya, hal itu masih belum bisa disebut sekolah, tetapi masih baru cikal bakal sekolah.

Catatan lainnya, sekolah modern pertama kali didirikan di Mesir Kuno sekitar tahun 3000 hingga 500 sebelum Masehi (SM). Tetapi dilihat dari model pembelajarannya masih sangat berbeda dengan saat ini, karena proses pembelajaran saat itu masih sangat sederhana. Kegiatan pembelajaran pada saat itu dilaksanakan di sebuah lapangan terbuka yang mirip kampanye atau rapat terbuka saat ini.

Berikutnya, setelah berkembangnya, dunia pendidikan di Mesir Kuno dan bangsa-bangsa lain pun, tidak ketinggalan. Misalnya di India, sekolah berdiri pertama kali sekitar tahun 1200 SM dengan materi pendidikan berisi ajaran Kitab Weda, Ilmu Pengetahuan, tata bahasa dan filsafat.

Selain itu, sekolah di China, diperkenalkan pertama kali pada masa Dinasti Han pada sekitar tahun 143 – 141 sebelum Masehi. Di dirikan oleh Gubernur bernama Wen Wang. Diberi nama Chengdu Shishi yang memiliki arti “Stone House” karena bahan konstruksi yang digunakan untuk sekolah ini dari batu.

Chengdu Shishi High School ini sempat hangus karena kebakaran tapi direnovasi kembali oleh Dinasti Ming pada tahun 194 setelah Masehi. Namun, pendidikan formal (pengajaran)nya diperkirakan muncul pada masa Dinasti Zhou berkuasa, yaitu antara tahun 770-256 sebelum Masehi. Konfusius, Mensius, Laotzu, termasuk di antara guru-guru pertama di Cina Kuno.

Selanjutnya, di Yunani Kuno, tempat asal Filsafat Barat, kaum Shopis mulai mengajar di Athena sekitar tahun 400 sebelum Masehi. Socrates, yang meninggal tahun 399 sebelum Masehi, boleh jadi orang pertama yang mengatakan bahwa, “true knowledge existed within everyone and needed to be brought to consciousness”. Dengan dalil ini pendekatan Socrates adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan penggalian (probing questions) untuk memicu pikiran-pikiran murid-muridnya guna memahami makna kehidupan, kebenaran, dan keadilan secara lebih mendalam (inside out method). Setelah Socrates, Plato mendirikan Academy di tahun 387 sebelum Masehi, dan 52 tahun berikutnya Aristoteles mendirikan sekolahnya sendiri bernama Lyceum, juga di Athena.

Di abad yang sama, Socrates mengembangan metode pendidikan untuk mempersiapkan para orator yang bekerja di kantor-kantor pemerintah. Ia diyakini ikut mempengaruhi secara langsung para ahli pendidikan Romawi seperti Cicero, penulis De Oratore, dan Quintillian, yang membagi pelajaran-pelajaran secara khusus berdasarkan pentahapan di awal tahun Masehi.

Pada tahap primary school diajarkan soal membaca dan menulis. Lalu di secondary school para budak Yunani (dipanggil pedagogues) ditugaskan untuk mengajar tata bahasa Latin dan Yunani kepada anak-anak Romawi waktu itu (khususnya laki-laki).

KEDUA, sejarah sekolah di Indonesia..Bila diungkap semua, akan panjang sekali catatan sejarah tentang sekolah ini. Tetapi, di Indonesia sendiri, ada sejarah awal tentang sekolah. Dia adalah Taman Siswa, didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid).

Awalnya sekolah Taman Siswa diberi nama “National Onderwijs Institut Taman Siswa”, yang merupakan realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru dikenal sebagai Patrap Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh Suwardi setelah ia mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh Maria Montessori (Italia) dan Rabindranath Tagore (India/Benggala). Patrap Triloka memiliki unsur-unsur (dalam bahasa Jawa). Dan akhirnya, kita tahu tentang sekolah moderen di Indonesia yang sesuai makna KBBI dan Peraturan Undang-Undang yang dibuat oleh Pemerintah.

KETIGA, para pegiat sepak bola akar rumput yang sudah membikin wadah SSB, wajib memahami 1) Unsur-Unsur Sekolah, yaitu ada bangunan Sekolah. Ada kelas. Ada kurikulum pendidikan yang diacu. Ada perpustakaan sekolah untuk dukungan literasi. Ada ruang labotorium untuk praktik. Ada ruang guru. Ada ruang BP. Ada UKS. Ada toilet. Ada kantin. Ada sarana dan fasilitas yang menujang, dll.

Bila unsur-unsur tersebut belum terpenuhi, maka sesuai sejarah sekolah, SSB tempat pendidikannya minimal ada Lapangan yang memenuhi syarat sebagai pengganti bangunan sekolah, ruang kelas bisa terbuka (alam), dan sekurangnya ada toliet dan fasilitas penunjang yang logis.

2) Sekolah memiliki murid/siswa. Murid atau siswa merupakan unsur sekolah yang paling utama, murid adalah peserta didik yang akan mendapatkan pengajaran dari para tenaga pendidik. (guru/pelatih).

Tidak ada sekolah yang muridnya cabutan, atau merebut atau mengambil siswa dari sekolah lain. Sekolah ibarat tempat menanam. Jadi, sesama sekolah tidak saling memetik. Tetapi mendidik dan melahirkan SDM baru sesuai bidangnya.

3) Guru/pengajar. Guru atau tenaga pengajar adalah unsur sekolah yang sangat penting karena tanpa adanya mereka maka, proses pendidikan dan belajar-mengajar tidak akan terjadi.

Guru/pengajar harus memenuhi kualifikasi tertentu agar dapat memberikan pendidikan dan pengajaran kepada para peserta didik dengan benar sesuai standar mutu.

Kini, sekolah formal yang paling dasar, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) saja banyak yang sudah mendorong agar gurunya sudah berijazah pendidikan S-2, sebab untuk menjadi guru PAUD minimal berijazah Sarjana/S1.

Sekolah juga ada kepala sekolah yang sesuai kapasitasnya, kepala bidang kurikulum, kepala bidang kesiswaan sesuai kemampuan dan keilmuannya. Ada bimbingan konseling (BP). Untuk kepala sekolah sampai pada guru-gurunya ada supervisi, ada pelatihan, ada diklat untuk sertifikasi guru dll, agar kompetensi profesionalnya terus terjaga, terasah, dan berkembang sesuai kemajuan zaman.

Untuk siswanya, selain menerima pendidikan dan pengajaran, juga ada organisasi kesiswaan untuk kaderisasi kepemimpinan dan keorganisasian hingga ada kegiatan ekstrakurikuler dll.

Bagaimana dengan SSB? Apa yang terlibat di dalamnya sampai pelatihnya sudah seperti itu? SSB itu sama dengan PAUD, jadi pelatihnya pun wajib memiliki profesi profesional tentang pendidikan bukan sekadar ilmu sepak bola.

4) Peraturan sekolah. Aturan yang ditetapkan oleh sekolah, tujuannya untuk memberikan batasan aturan kepada para peserta didik, tenaga pendidik/pengajar dan unsur sekolah lainnya.

Apakah SSB dapat menerapkan aturan yang mengikat? Selama ini, di SSB, orang tua dan siswa datang dan pergi sesuka hati. Mendaftar SSB, menjadi siswa dengan mengisi formulir di atas matere pun, banyak orangtua yang tetap tidak menghargai SSB layaknya sekolah yang benar. Sebab, keberadaan SSB sendiri yang belum sesuai peraturan dan undang-undang pendidikan, jadi keberadaannya seperti tempat main-main.

5) Fungsi sekolah. Fungsi sekolah adalah untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada para peserta didik sehingga menjadi individu yang berguna bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Karena itu, fungsi sekolah adalah:

a. Memberikan pengetahuan umum. Tanpa pengetahuan umum, siswa akan sangat sulit beradaptasi dengan lingkungannya, oleh karena itu pendidikan di sekolah mengajarkan banyak hal mengenai pengetahuan umum kepada para pserta didik. Meski yang diajarkan sepak bola, pendidikan umum adalah wajib.

b. Memberikan keterampilan dasar. Keterampilan dasar yang dipelajari di sekolah di antaranya adalah kemampuan belajar, menulis dan berhitung. Ketiga keterampilan dasar ini sangat dibutuhkan manusia agar bisa mendapatkan pekerjaan dan bermanfaat bagi masyarakat. Kalau sekolah sepak bola, apa keterampilan dasarnya? Passing, control, dll?

c. Membentuk pribadi sosial. Manusia ialah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya, melalui sekolah para peserta didik dibentuk menjadi individu yang dapat berinteraksi dan bergaul dengan sesamanya tanpa terhambat oleh adanya perbedaan.

d. Menyediakan dan melahirkan sumber daya manusia. Pendidikan yang didapatkan di sekolah akan memberikan berbagai ilmu pengetahuan bagi manusia. Pengetahuan tersebut akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dibutuhkan oleh dunia kerja dan masyarakat sesuai bidangnya.

E. Alat transformasi kebudayaan Selain memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan, pendidikan di sekolah juga dapat memberikan perubahan dalam kehidupan masyarakat secara umum. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh manusia dapat membantu mereka dalam melakukan inovasi ataupun penemuan baru dalam perkembangan peradaban manusia. Apalagi di dunia sepak bola.

Atas vitalnya fungsi sekolah tersebut, maka mustahil bila para guru/pengajar/pelatih di SSB tidak memiliki kualifikasi sesuai standar keilmuan dan pendidikannya. Tidak sesuai kompetensi dan profesionalismenya.

Jenjang sekolah

Selain itu, sekolah juga memiliki jenjang pendidikan. Yaitu urutan pendidikan yang didapatkan oleh peserta didik berdasarkan tingkat perkembangan, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan sesuai usia dan kurikulumnya.

Sekolah formal menerapkan jenjang pendidikan dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), ialah pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak sejak lahir hingga berusia enam tahun. Pendidikan ini diberikan kepada anak usia dini untuk membantu tumbuh kembang jasmani dan rohani anak menuju jenjang pendidikan berikutnya.

Setelahnya berlanjut ke Pendidikan Dasar Pendidikan dasar ialah tahapan pendidikan awal selama sembilan tahun, yaitu Sekolah Dasar (SD) selama enam tahun dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama 3 tahun. Pendidikan dasar sembilan tahun ini merupakan bentuk Program Wajib Belajar yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia.

Jenjang berikutnya adalah Pendidikan menengah, Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu tahapan pendidikan setelah pendidikan dasar sembilan tahun. Kemudian berlanjut ke jenjang Pendidikan Tinggi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, dengan program pendidikan Diploma (D3), Sarjana (S1), Magister (S2), dan Doktor (S3, Dr).

Terkait jenjang ini, maka SSB juga seharusnya mengadaptasi model standar sekolah formal. Maka, yang disebut masih kategori SSB adalah anak-anak usai PAUD hingga usia SMA.

Kondisi yang kini terjadi, sudah SSB digulirkan tidak menggunakan peraturan dan undang-undang yang benar. Malah bayak yang dikasih nama Akademi atau Diklat, padahal usia anaknya masih usia sekolah (PAUD sampai SMA).

Salah kaprah. Tetapi terus dibiarkan dan seolah menjadi benar, karena banyak yang terjun di dalamnya tak memiliki ilmu dan kompetensi yang cukup. Pun tidak malu berada dalam kesalahan dan kesalahan.

Sampai kapan? Siapa yang akan menertibkan? Siapa yang punya kepedulian? Sementara, Timnas pun terus menerima akibatnya. SDM pemain Timnas bukan hanya belum lulus teknik dan speed. Tetapi terus tidak terdidik ranah intelegensi dan personalitynya. Ujungnya rapor TIPS pemain tak pernah lulus dan menjacapai standar.

Sudah dunia pendidikan formal masih gagal. SSB atau Akademi atau Diklat dan sejenisnya pun hanya sekadar ikut-ikutan produk luar negeri. Nama tidak sesuai isi dan jauh dari ekspetasi.

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler