x

Janggal

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 2 Juli 2022 12:00 WIB

Event SSB, Izin, dan Rekomendasi

Banyak event SSB, yang diselenggarakan tanpa izin dan rekomendasi stakeholder terkait karena berbagai alasan. Maka, ada yang eventnya diam-diam tidak terpublikasi atau memang tidak ada media yang tahu atau tidak tertarik meliput. Ada juga yang belum ada kepastian izin dan rekomendasi, tetapi pihak yang hendak membuat event sudah mengumbar promosi di media sosial. Mengapa bisa begitu? Karena memang penyelenggaranya tidak terdidik, atau belum terdidik, atau karena hal lainnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banyak event SSB, yang diselenggarakan tanpa izin dan rekomendasi stakeholder terkait karena berbagai alasan. Maka, ada yang eventnya diam-diam tidak terpublikasi atau memang tidak ada media yang tahu atau tidak tertarik meliput. Ada juga yang belum ada kepastian izin dan rekomendasi, tetapi pihak yang hendak membuat event sudah mengumbar promosi di media sosial. Mengapa bisa begitu?

Karena memang penyelenggaranya tidak terdidik, atau belum terdidik, atau karena hal lainnya?

Dalam rangka 23 tahun Sekolah Sepak Bola (SSB) bergaung di Indonesia, sudah wadahnya belum ada peraturan dan undang-undang (regulasi) yang mengatur dan sekadar untuk gaya-gaya-an, banyak pula event SSB yang serampangan, seenaknya saja, tidak mengikuti prosedur yang benar, tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas dan metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Biasanya yang seperti itu, siapa yang ada di baliknya atau siapa yang menyelenggarakan dapat diterka siapa mereka. Dari langkahnya akan terbuka spidometer keilmuan dan pengalamannya.

Kasus Trofeo Ronaldinho

Ada kisah menarik yang baru saja terjadi persepak bolaan tanah air, yang akhirnya terbongkar keilmuan dan pengalaman penyelenggaranya.

Trofeo Ronaldinho dapat terlaksana, bahkan acaranya disiarkan langsung oleh televisi swasta nasional. Dari apa yang publik sepak bola nasional lihat baik di layar kaca atau media sosial sang empunya acara, ada tiga hal terkait penyelenggaraan Trofeo yang kelihatannya berhasil, tetapi gagal.

Pertama, penyelenggara tentu sudah melakukan audensi dengan berbagai pihak terkait, sehingga stakeholder terkait, semua nampak mendukung acara hingga selesai dan boleh dibilang lancar.

Kedua, pihak pemyelenggara tentu telah melakukan audiensi dengan pihak keamanan, sehingga pihak keamanan dalam hal ini Kepolisian, mengeluarkan Surat Izin penyelenggaraan Trofeo Ronaldinho.

Ketiga, pihak penyelenggara seharusnya mendapatkan Surat Rekomendasi dari PSSI. Dalam Surat Rekimendasi akan ada saran dan arahan agar Trofeo Ronaldinho berjalan sesuai latar belakang, tujuan, dan sasaran.

Sayang, saya menduga, pihak penyelenggara tidak mengajukan Surat Rekomendasi ke PSSI sebagai organisasi resmi yang memayungi, sehingga tidak mendapatkan masukan, arahan, dan saran secara resmi yang tertuang dalam isi Surat Rekomendasi. Terutama menyoal laga trofeo, tetapi bukan laga serius seperti Piala Presiden atau Kompetisi Liga 1. Tidak ada arahan/briefing terutama kepada semua pelatih dan pemain dari tiga Klub yang dilibatkan.

Buntutnya, publik sepak bola nasional menghujat Trofeo Ronaldinho dan kasihan kepada sang Legenda. Bahkan, ada video viral yang menyorot Ronaldinho.seperti orang hilang, di lorong Stadion, tanpa di dampingi oleh panitia. Seharusnya, sang legenda diajak duduk di tribun bersama para penyelenggara yang malah asyik sendiri. Lebih parah, sang juara Trofeo pun mengembalikan Piala karena baper disebut main kungfu.

Kesimpulannya, penyelenggara wajib belajar lagi dan mencari ilmu menyelenggarakan event yang menghadirkan legenda sepak bola dunia, seharusnya bagaimana. Bila benar dugaan saya, penyelenggara tidak meminta Surat Rekomendasi ke PSSI, maka ini wajib menjadi perhatian bagi siapa pun yang akan menyelenggarakan event sepak bola sesuai latar belakang, tujuan, dan sasaran. Sebab, izin dan rekomendasi adalah paket dan syarat mutlak dari penyelenggaraan sebuah event.

Wadah SSB jadi profesi, kerja sampingan, jabatan, hobi?

Dari contoh kisah Trofeo Ronaldinho, tidak dapat dipungkiri, kini wadah SSB dan sejenisnya sudah menjadi profesi bagi para pegiatnya untuk mencari nafkah, sebagai pekerjaan utama, bukan sampingan. Namun, banyak pegiat sepak bola akar rumput yang masih bersembuyi di balik event-event yang di buat. Padahal tujuan utamanya, adalah demi mendapatkan uang. Namun, masih ada yang terjun dan menjadi pegiat di SSB hanya sekadar untuk hobi. Tetapi banyak juga yang melakukan demi jabatan dalam kedinasan.

Setali tiga uang dengan kisah Trofeo Ronaldinho, masih banyak pegiat sepak bola akar rumput yang belum kompeten dalam hal pendidikan, kepemimpinan, dan keorganisasian. Sehingga, demi mendapatkan uang, maka mereka menyelenggarakan event-event dengan cara potong kompas. Menabrak aturan dan etika kepemimpinan dan keorganisasian tanpa melakukan prosedur yang benar dan berlaku, di negeri ini.

Tak terhitung jumlah event-event SSB, terutama yang diberi tajuk festival atau turnamen atau kompetisi, tetapi diselenggarakan tanpa audiensi, tanpa izin, dan tanpa rekomendasi dari stakeholder terkait.

Hal ini terjadi karena para pelakunya tak punya ilmu kepemimpinan dan keorganisasian, serta tidak kompeten dalam hal event dan segala hal yang melingkarinya.

Audiensi, izin, dan rekomendasi

Sesuai KBBI, audiensi adalah kunjungan kehormatan. Izin adalah pernyataan mengabulkan (tidak melarang dsb), persetujuan membolehkan. Sementara, rekomendasi adalah minta perhatian bahwa orang yang disebut dapat dipercaya, baik (biasa dinyatakan dengan surat), penyuguhan atau saran yang menganjurkan (membenarkan, menguatkan).

Sebab olahraga sepak bola di dunia ada organisasi resmi yang mengatur bernama FIFA, dan di setiap negara juga ada yang mengatur. Di Indonesia bernama PSSI. Lalu PSSI memiliki kepanjangan tangan di tingkat provinsi bernama Asosiasi Provinsi (Asprov), di tingkat kabupaten Asosiasi Kabupaten (Askab), dan tingkat kota Asosiasi Kota (Askot), maka berbagai bentuk event sepak bola baik yang diselenggarakan oleh instansi, institusi, kelompok, golongan, perorangan, dan lainnya, wajib mendapatkan Izin dan Rekomendasi dari Organisasi PSSI sesuai wilayah dan cakupan penyelenggaraanya.

Fungsi izin dan rekomendasi jelas, yaitu Surat yang menyatakan persetujuan dan menguatkan bahwa sebuah event sepak bola disetujui dan di arahkan oleh organisasi PSSI di walayahnya. Selain itu, Surat Izin juga dikekuarkan oleh Kepolisian setelah penyelenggara mendapat izin dan rekomendasi dari PSSI.

Surat izin dan rekomendasi, dijadikan bukti kepada panitia, peserta event, dan semua yang terlibat, bahwa event yang diselenggarakan telah resmi disetujui dan diizinkan oleh organisasi yang berwenang. Surat Izin dari Kepolisian, juga menguatkan pihak penyelenggara, bahwa event disetujui karena latar belakang, tujuan, dan sasarannya, serta teknik penyelenggaraannya dinilai sesuai dan aman.

Selain itu, siapa pun yang menyelenggarakan event, akan dibantu dan diarahkan sesuai isi rekomendasi agar event berjalan sesuai dengan latar belakang, tujuan, dan sasaran serta ada laporan hasil event.

Bentuk, waktu, dan tempat pelaksanaan event akan menentukan, ke mana pihak penyelenggara mengajukan surat izin dan rekomendasi. Bila event dilaksanakan di suatu kota, maka izin dan rekomendasi wajib ditujukan kepada Askot PSSI kota bersangkutan. Atau bila tingkat eventnya nasional, mengajukan izin dan rekomendasi ke PSSI pusat, lalu ada tembusan ke PSSI provinsi/kabupaten/kota, tempat event dilaksankan.

Event sepak bola sangat rentan dengan masalah cidera dan keselamatan yang terlibat (panitia, tim ofisial dan pemain, orangtua, penonton/suporter, dll) baik di dalam perjalanan menuju event, di tempat event, sampai ke perjalanan pulang setelah event. Jadi, tidak ada pihak penyelenggara event yang potong kompas, tidak melakukan prosedur audiensi, perizinan, dan rekomendasi.

Para orangtua SSB juga wajib jeli, saat SSBnya ikut sebuah event. Pastikan event yang diikuti bukan event abal-abal, tetapi jelas latar belakangnya, tujuannya, sasarannya, berizin dan terekomendasi.

Berikut, adalah contoh isi Surat Rekomendasi, setelah pihak penyelenggara event mengajukan sekurangnya dua bulan sebelum hari pelaksanaan event. Sangat vital dan mengarahkan langkah-langkah panitia penyelenggara demi event berjalan sesuai latar belakang, tujuan, sasaran, ada prosedur operasional pelaksanan kegiatan, dan dijamin keamanan dan keselamatannya untuk semua pihak yang terlibat. Terukur.

Contoh isi Surat Rekomendasi, 1. PSSI/Asprov/Askab/Askot memberikan izin dan Rekomendasi Event yang diajukan oleh penyelenggara sesuai Proposal Kegiatan. 2. PSSI/Asprov/Askab/Askot mewajibkan penyelenggara event untuk: a. Memastikan semua pihak yang terlubat dalam event sehat (Tidak terpapar Covid-19). b. Pelaksanaan sesuai skenario pelaksanaan event (SPE), termasuk dari segi keamanan keramaian. c. Mendapatkan izin dari pihak Kepolisian/keamanan. d. Mendapat izin dari pihak pengelola tempat pelaksanaan event. e. Melaksanakan protokol kesehatan tetap. f. Mematuhi segala peraturan baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten/Provinsi/Pusat. g. Penugasan wasit, berkoordinasi dengan Komisi Perwasitan Askot/Askab/Asprov setempat. h. Melaporkan hasil pelaksanaan event kepada Askot/Askab/Asprov sesuai peraturan. i. Rekomendasi BATAL dengan sendirinya bila poin-poin (a) hingga (h) tidak dilaksanakan/tidak terpenuhi.

Itulah hal-hal terkait penyelenggaraan event sepak bola, khususnya di ranah sepak bola akar rumput Indonesia, yang seharusnya dilakukan oleh siapa pun yang menjadi penyelenggara.

Namun, faktanya banyak pihak Askot/Askab yang tidak dimintai izin dan rekomendasi oleh pihak penyelenggara karena tidak kompetennya yang membuat acara dan juga sering ada faktor lain, sehingga penyelenggara sudah merasa aman, tanpa perlu minta izin dan rekomendasi Askot/Askab. 

Di sini, penyelenggara jelas sudah membohongi publik dan telah memberikan teladan buruk di sepak bola akar rumput, sebagai pondasi sepak bola nasional dan wadah yang akan melahirkan SDM/ generasi yang dibanggakan bangsa. Tidak mendidik, pun membahayakan semua pihak yang terlibat dalam hal keamanan dan keselamatan jiwa.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler