x

Film Yuni merupakan sebuah film yang mengangkat trend isu budaya patriarki dan kebebasan hak pada perempuan yang berlaku pada masa lampau. Hingga kini paradigma tersebut masih saja digunakan oleh masyarakat Indonesia ataupun dunia. Film Yuni juga telah berhasil masuk daftar nominasi diputar diberbagai Festival Film Dunia juga memenangkan penghargaan bergengsi. Diantaranya, platform Prize dalam Toronto International Film festival (TIFF) 2021 lalu lanjut perjalanannya dalam meraih penghargaan dan screening film ke beberapa festival lain seperti Vancouver International Film Festival 2021 (VIFF), Busan International Film Festival, Amerika: ChiFilmFest 2021 dan masih banyak lainnya, pun juga dalam negeri menjadi pemenang kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik dari festival Film Indonesia 2021.

Iklan

Muafan Zaldi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 4 Juli 2022

Rabu, 20 Juli 2022 17:39 WIB

Sastra Bandingan Film dan Novel Yuni

Film Yuni merupakan sebuah film yang mengangkat trend isu budaya patriarki dan kebebasan hak pada perempuan yang berlaku pada masa lampau. Hingga kini paradigma tersebut masih saja digunakan oleh masyarakat Indonesia ataupun dunia. Film Yuni juga telah berhasil masuk daftar nominasi diputar diberbagai Festival Film Dunia juga memenangkan penghargaan bergengsi. Diantaranya, platform Prize dalam Toronto International Film festival (TIFF) 2021 lalu lanjut perjalanannya dalam meraih penghargaan dan screening film ke beberapa festival lain seperti Vancouver International Film Festival 2021 (VIFF), Busan International Film Festival, Amerika: ChiFilmFest 2021 dan masih banyak lainnya, pun juga dalam negeri menjadi pemenang kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik dari festival Film Indonesia 2021.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Film Yuni merupakan sebuah film yang mengangkat trend isu budaya patriarki dan kebebasan hak pada perempuan yang berlaku pada masa lampau. Hingga kini paradigma tersebut masih saja digunakan oleh masyarakat Indonesia ataupun dunia. Film Yuni juga telah berhasil masuk daftar nominasi diputar diberbagai Festival Film Dunia juga memenangkan penghargaan bergengsi. Diantaranya, platform Prize dalam Toronto International Film festival (TIFF) 2021 lalu lanjut perjalanannya dalam meraih penghargaan dan screening film ke beberapa festival lain seperti Vancouver International Film Festival 2021 (VIFF), Busan International Film Festival, Amerika: ChiFilmFest 2021 dan masih banyak lainnya, pun juga dalam negeri menjadi pemenang kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik dari festival Film Indonesia 2021.

Sebagai penikmat film dan  novel, tentunya tidak heran jika salah satu diantaranya menemukan sebuah perbedaan baik film yang diadaptasi ke novel ataupun sebaliknya dari novel diadaptasi ke film. Dengan hal ini, untuk menemukan perbedaan itu kita harus bisa menggunakan dan mengkajinya dalam sebuah teori. Ada dua teori yang dapat digunakan dalam sastra bandingan karya sastra yakni Alih Wahana (de-ekranisasi) dan ekranisasi.

Alih wahana dalam buku karya Sapardi Djoko Damono adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Karya sastra tidak hanya bisa diterjemahkan, yakni dialihkan dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga dialihwahanakan, yakni diubah menjadi jenis kesenian lain.  Wahana berarti kendaraan, jadi alih wahana adalah proses pengalihan dari satu jenis kendaraan ke kendaraan lain. Sebagai kendaraan suatu karya seni merupakan alat yang bisa mengalihkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. Wahana juga dapat diartikan sebagai medium yang bisa dipergunakan untuk mengungkapkan, menciptakan atau memamerkan gagasan atau perasaan. Dalam arti yang lebih luas merupakan cakupan pengubahan dari berbagai jenis ilmu pengetahuan menjadi sebuah karya seni.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedangkan Ekranisasi merupakan sebuah teori untuk membedah film hasil dari adaptasi karya sastra atau prosa. Teori ini diperkenalkan oleh Pamusuk Eneste (1991) dalam bukunya Novel dan Film. Pembahasan dalam ekranisasi mencakup mengenai perubahan dalam bentuk penambahan, pengurangan atau penciutan dan perubahan dengan berbagai variasi. Teori yang dikemabangkan oleh Pamusuk Eneste bisa dikatakan masih sangat dangkal isi dan jangkauan namun teorinya tetap memberikan satu khasanah baru dalam teori manapun kajian sastra ke film maupun adaptasi secara umum.

Melalui Alih Wahana dan Ekranisasi telah ditemukan kurang lebih adalah 13 data perbedaan antara versi film dan novel “Yuni”. Data- data tersebut diklasifikasikan atas 1 data berupa bagian film yang mengalami penciutan dalam versi novelnya, 8 data berupa bagian film yang mengalami penambahan dalam versi novelnya, dan 4 data lainnya berupa bagian film yang mengalami variasi (penambahan, penciutan, dan penggantian) pada versi novelnya.

Rincian data tersebut dapat dijelaskan bahwa dari film Yuni yang diadaptasi ke novel memiliki kurang lebih satu adegan mengalami penciutan seperti adegan Rika dan Yuni yang bertemu di warung bu Kokom, pertemuan itu membahas tentang keingina Yuni untuk melanjutkan pendidikan ke universitas namun versi novelnya tidak terangkan dialog yang ada dalam filmnya.

Kemudian ditemukan 8 bagian berupa penambahan, seperti pembukaan film nya yang berbeda dengan versi novelnya, kedua tidak ada penambahan dialog dalam filmnya saat Yuni dan Sarah kehujanan saat berangkat sekolah, ketiga penulis novel menambahkan dialog seusai upacara imbauan "INDONESIA BERSIH PACARAN" dalam versi filmnya hal itu tidak dimunculkan ketika Yuni sedang menginjaki duduk sekolah dasar, keempat penulis menambahkan kalimat pelengkat dalam dialog yang terpotong oleh durasi seperti ketika bu Kokom, Ningsih sedang membicarakan tentang pernikahan, kelima penulis menambahkan dialog ketika Yuni dan Ibunya sedang melakukan video call yang membahas mengenai kuliah musiknya, keenam saat Yuni pulang terlalu malam, dan bu Ndek menasihatinya karena wanita dilarang menyapu malam-malam katanya pamalli, dalam adegan tersebut Yuni menjawab terus dan membatahnya, dalam film hal itu tidak ditemukan, data ketujuh disaat Sarah meminta maaf kepada Yuni, usai pemberitaan mengenai dirinya yang dijodohkan telah menyebar luas di lingkungan sekolah, hal itu sarah pun mengaku tidak menceritakan kepada siapapun, sedangkan Yuni telah menceritakan hal itu kepada Sarah dan Tika beberapa penambahan dialog yang tidak ditemukan dalam versi filmnya.

Data terakhir mengenai adanya variasi, seperti adanya perubahan atau penggantian pada sebuah cerita dalam data pertama ditemukan penulis mengubah set lokasi pemindahan parkir motor Yuni yang didekat kolam renang dengan dibawah pohon rindang, data kedua perubahan waktu yang terjadi dalam film ketika Yuni sedang meenelpon ibunya dalam versi novelnya latar waktunya tersebut terjadi pada siang hari sedangkan filmnya terjadi pada waktu malam, data ketiga disaat Yuni mendapati Pak Damar sedang mengenakan jilbab, lalu Yuni pergi meninggalkannya dan Pak Damar segera melepas jilbab dan mengejarnya, hal itu berbeda dalam versi filmnya, data keempat yakni ending cerita yang mengalami perubahan dalam versi filmnya ditutup dengan puisi Hujan Bulan Juni dari Sapardi Djoko Damono yang ia berikan kepada Pak Damar sedangkan dalam versi novelnya Yuni didapati sedang bernyanyi bersama cilegenk dan bernyanyi sebuah lagu yang berjudul mimpi dari Anggun.

Itulah beberapa hal yang ditemukan dalam sastra bandingan film dan novel Yuni. Jika ada kekurangan, dan kelebihan yang tidak ada dalam artikel ini, saya meminta maaf kepada pihak manapun yang merasa  bahwa artikel ini tidak sesuai dengan apa yang kalian tahu. Terima Kasih.

Ikuti tulisan menarik Muafan Zaldi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

6 jam lalu

Terpopuler