x

Iklan

Almanico Islamy Hasibuan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 November 2021

Senin, 13 Februari 2023 08:18 WIB

Water-Diamond Paradox dan Emotional Spiritual Quotient Serta Penerapannya

Paradoks yang sering dibahas oleh para ekonom terutama terkait pembahasan sumberdaya dan kaitannya dengan pengetahuan emosional dan spiritual serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari untuk keberlangsungan lingkungan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

            Jika kita sekilas membaca judulnya, sedikit dari kita mungkin tidak tahu. Bagi anak ekonomi, Water-Diamond Paradox mungkin sudah pernah didengar sebelumnya. ESQ juga mungkin sudah awam bagi kita. Pada artikel ini, saya ingin mengaitkan dari dua hal tersebut dan bagaimana penerapannya di kehidupan kita sehari-hari dan yang akan datang.

            Pertama, kita akan membahas Water-Diamond Paradox terlebih dahulu. Paradoks ini sering dibahas oleh para ekonom terutama terkait pembahasan sumberdaya. Paradoks ini intinya adalah kontradiksi antara air dengan berlian, di mana air merupakan sesuatu yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup kita namun memiliki harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan berlian yang memiliki harga yang jauh lebih mahal tetapi tidak terlalu dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup kita. Hal ini dapat dijelaskan dengan biaya perolehannya. Biaya perolehan berlian jauh lebih mahal daripada biaya perolehan air bersih. Hal inilah yang memunculkan paradoks ini. Biaya perolehan yang mahal membuat harga berlian juga mahal. Kita dapat membayangkan jika berlian sangat mudah didapatkan, harganya pasti akan menurun drastis. Hal ini sama dengan air, air sangat mudah untuk kita dapatkan sehingga harganya juga terjangkau.

            Jika kita sedikit berpikir ke belakang, air dulunya gratis dan tanpa bayar. Air kemudian memiliki harga, bisa dalam bentuk kemasan maupun truk. Kita dapat menyimpulkan satu hal dari peristiwa ini. Air bersih sudah mulai sulit untuk kita dapatkan. Kesulitan atau kelangkaan inilah yang membuat air pada akhirnya diberi label harga yang sebelumnya gratis. Bahkan, ilmuan sudah memprediksi bahwa dunia akan mengalami krisis air bersih pada tahun 2025. Kelangkaan akan semakin meningkat, begitu juga dengan harganya. Harga air bisa jadi akan sama dengan harga berlian atau bahkan melewatinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Berdasarkan permasalahan di atas, ada satu pemikiran penting yang harus kita terapkan untuk mencegah kelangkaan tersebut. Pemikiran ini tidak hanya didasarkan oleh pemikiran ilmiah, tetapi juga dengan emosi dan spiritual. Di sini lah peran ESQ muncul. ESQ sendiri berarti kecerdasan intelijen, emosional, dan spiritual. Kecerdasan ini akan memberikan solusi bagi kita, salah satunya untuk mencegah terjadinya kelangkaan air.

1) Intelligence Quotient (IQ)

            Jika kita hanya menerapkan IQ dalam pemecahan masalah ini, kita hanya sebatas tahu dan hanya memberikan solusi tanpa dijalankan dan diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita hanya menganggap kelangkaan air bersih itu tidak boleh sampai terjadi, namun tidak menerapkannya di kehidupan kita sehari-hari.

2) Emotional Quotient (EQ)

            Jika kita menerapkan IQ dan juga EQ, kita tahu, memberikan solusi, dan menerapkannya di kehidupan kita sehari-hari. Tahapan ini sudah sangat bagus dan memberikan banyak kontribusi terhadap pencegahan kelangkaan air bersih. Kita tahu dan melakukannya.

3) Spiritual Quotient (SQ)

            Jika kita menerapkan IQ, EQ, dan SQ, kita tahu, menerapkan, mengantepi, dan mengajarkannya di kehidupan kita sehari-hari. Kita tahu akan kelangkaan air bersih, kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya dan yakin bahwa jika kita tidak melakukannya hal buruk akan terjadi, dan kita amalkan atau ajarkan kepada sesama kita untuk lebih peduli akan hal itu. Kita juga tidak lupa bersyukur akan nikmat air bersih yang kita masih bisa dapatkan, sehingga kita tidak akan berani untuk boros air dan mengotori air. Kita akan takut akan konsekuensinya. Kita akan menerapkan dan mengamalkannya di kehidupan kita sehari-hari.

            Bisa jadi, salah satu faktor mengapa kita menghadapi krisis air bersih adalah karena kita yang masih kurang menerapkan ESQ atau kecerdasan intelijen, emosional, dan spiritual kita masing-masing. ESQ bukanlah materi yang hanya bisa dipelajari saat usia kita masih muda. ESQ masih bisa kita pelajari dengan usia berapa pun, kapan pun, dan dimana pun saja.

Ikuti tulisan menarik Almanico Islamy Hasibuan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

8 jam lalu

Terpopuler