x

sumber https://pixabay.com/photos/young-people-group-friends-3575167/

Iklan

irvan syahril

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Januari 2023

Kamis, 23 Februari 2023 13:29 WIB

Generasi Sandwich Lebih Butuh Pendengar Daripada Healing

Postingan di media sosial saat ini lebih banyak tentang motivasi diri atau selftalk. Fenomena ini menggambarkan kita butuh ruang bercerita kepada sesama manusia. Ruang yang seharusnya mudah tercipta, karena secara naluriah manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dewasa ini kita sangat membutuhkan seseorang yang mau mendengarkan dengan saksama. Terlebih lagi ketika kita tertekan situasi tidak menyenangkan, seperti terjebak macet, pertemanan berantakan, karir anjlok, atau bahkan kondisi keluarga yang tidak sehat. Menceritakan masalah kepada seseorang menjadi salah satu solusi mengurangi beban stres. Meskipun tidak menyelesaikan masalah seutuhnya, tetapi dengan bercerita kita merasa lebih lega dari sebelumnya.  Kita merasa tidak menghadapi masalah sendirian.  

Jika kita lihat fenomena di media sosial saat ini, postingan yang dibagikan lebih banyak tentang motivasi diri atau selftalk. Tapi kadang juga condong pada demotivasi. Fenomena ini menggambarkan yang kita butuhkan adalah ruang bercerita kepada sesama manusia. Ruang tersebut seharusnya mudah tercipta, karena sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain.

Masalahnya kini orang-orang yang gemar bercerita pahitnya hidup dipandang hanya mencari perhatian semata. Alay. Krisis kepercaya diri. Meskipun tujuan utama bukan mencari solusi, mengajak menyelesaikan masalah pribadi atau bahkan menyeret ke dalam persoalan yang rumit. Bukan untuk itu. Pandangan tersebut menambah beban yang diterima dan berimbas pada kondisi psikis yang rentan depresi. Alhasil jalan terakhir yang dipilih yaitu menghindari interaksi sosial lalu menyendiri sepanjang waktu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di sisi lain, faktanya mencari seseorang yang mau dan mampu menjadi pendengar yang baik ternyata sulit. Tidak sembarang orang bisa dipilih, karena hal ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan antar manusia. Tujuannya, supaya segala yang diceritakan pada kemudian hari tidak menjadi konsumsi publik.

Keinginan untuk didengar lebih tinggi daripada mendengar merupakan momok yang tidak bisa terhindarkan. Hal tersebut bisa terjadi lantaran manusia berlomba merasa paling menderita, sial dan beban hidup yang berat dari yang lain. Maka tidak heran jika kadangkala kita bertemu dengan seseorang yang suka memotong pembicaraan, dan merasa mengalami hal yang lebih dari yang diceritakan. Adu kepahitan nasib.

Beruntunglah bagi kita yang sudah mendapatkan pendengar dan senantiasa mau menyimak dari awal hingga akhir tanpa menginterupsi cerita. Sebab orang tersebut bersedia memberikan waktu berkulitas miliknya. Ia berusaha memperhatikan dan memahami dari cerita yang kita beberkan. Ia menurunkan ego diri sendiri dan mementingkan orang lain. Mendapat seorang pendengar sejati sama halnya kita memiliki diari bernyawa yang tidak banyak orang punya. Salah satu harta karun yang amat berharga.

Begitu pun dengan kita yang dipilih sebagai ruang bercerita harus merasa bersyukur, karena menjadi orang yang sangat dipercayai. Mesti tidak memiliki saran jalan keluar yang dibutuhkan, dengan mendengarkan sampai selesai sudah lebih dari cukup.

Pendengar adalah obat bagi orang lain yang sedang mengalami depresi dan penyelamat psikis yang rentan hancur. Tidak jarang juga pendengar sejati mendadak posisi sentral dalam kehidupan seseorang. Kita dianggap sebagai rumah yang tenteram di tengah masalah yang dihadapinya.

Ikuti tulisan menarik irvan syahril lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler