Pekembangan tekonologi dari masa ke masa selalu memimbulkan fenomena yang beragam. Pada era 4.0 teknologi sudah maju dan memungkinkan siapapun membagikan opininya ke ruang publik. Hal tersebut menyediakan tantangan kepada jurnalis karena berhadapan dengan jurnalisme warga (citizen journalism). Salah satunya: benarkah maraknya jurnalisme warga menyebabkan beredarnya judul kontroversial di media arus utama?

Sejak awal ketika koran masih dicetak secara fisik, judul-judul yang sensasional sudah mengisi halaman depan koran sebagai pemikat pembaca. Perkembangan judul yang kontroversial sudah lama dan terus sampai sekarang.

Koran adalah sumber informasi terkini yang memberitahukan segala kejadian terbaru pada masyarakat. Setelah bertahun-tahun berjaya, koran fisik tidak bisa bertahan, seiring maraknya telepon pintar. Fungsi koran tergeser oleh banyaknya media sosial . Media sosial memungkinkan penyebaran informasi secara cepat oleh siapa saja.

Lalu masa kejayaan koran cetak redup tergantikan oleh situs media online. Perkembangan internet memaksa koran melakukan konvergensi dan beralih ke digital. Setiap berita yang ditampilkan di koran sampai sekarang tertera di laman online. Judul pun menjadi daya tarik yang harus dipertimbangkan. Judul-judul kontroversial dan sensasional pun bertebaran.

Perkembangan tersebut sama dengan yellow journalism yang sudah ada sejak dulu. Perlu diakui bahwa penulisan judul yang unik memerlukan keativitas tinggi. Salah contoh yellow jurnalism, yaitu judul yang tayang di koran Lampu Hijau berjudul: Pingin “Main” Ama Cowok Bang Ipul Curi HP Karyawati Restoran Buat Bayaran Belum Sempat ‘Oh Yes’, Eh Keburu ‘Oh No’ (Tercyduk).  

Koran memang berubah dari kertas ke digital. Namun setiap berita yang diterbitkan pasti memuat judul paling menarik.  Akhirnya dengan berkembang teknologi masyarakat bisa mendapatkan informasi terkini dengan cepat dan mudah serta berkurangnya pemakaian kertas.

Ikuti tulisan menarik Fidelia Simamora lainnya di sini.