x

Iklan

Khasbi_Elmaliki

Khasbi Abdul malik
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Sabtu, 8 April 2023 11:34 WIB

Islam Akui Pluralitas Tanpa Pluralisme

Apa sebenarnya pluralisme itu menurut pandangan kalian? apabila artikel ini menarik untuk didiskusikan silahkan komen.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Faham pluralisme agama di Indonesia kini kian marak. Apalagi diusung oleh tokoh liberal dengan tujuan mempersatukan suku, agama, dan ras, antar golongan. Karena mengingat dalam suatu kebersamaan ini banyak menimbulkan konflik, terutama pada umat beragama. Sebagaimana yang telah terjadi dibeberapa daerah seperti Situbondo (1996), Tasikmalaya (1997), Rengasdengklok (1997), Sambas (1999), dan Ambon (1999). Ditambah dengan Konflik di Torikara, Idul Fitri 2015, dan pembakaran Gereja di Aceh Singgkil, 13 November 2015.

Dari kejadian ini, timbul cara pandang bahwa agama sebagai sumber konflik. Sehingga pada akhirnya timbul berbagai upaya menafsirkan kembali ajaran agama dan kemudian dicarikan titik temu pada level tertentu dengan harapan konflik di antara umat beragama akan redam jika antar pemeluk agama saling toleran. Namun, patut diingat, bahwa toleransi dilihat pada level eksoteris (syariat) agama yang berbeda dan memiliki batasan-batasan tertentu. Sedangkan melihat pada level esoteris (budaya) semuanya sama.

Pluralisme agama dapat dibagi menjadi tiga kategori: humanisme sekuler, teologi global, dan sinkretisme. Ketiga kajian ini ujung-ujungnya berakhir pada muara yang sama yaitu melegitimasi yang setara kepada semua agama (semua aliran dan ideologi) yang ada agar hidup berdampingan. Setidaknya inilah yang ingin diwujudkan oleh tren-tren tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada dasarnya paham pluralisme agama akan muncul pemahaman bahwa semua agama adalah sama. Padahal pengertian ini tidak diinginkan oleh tokoh agama-agama. Seperti yang ungkapkan oleh pdt. Dr. Stevri Lumintang, dalam komentarnya menyebutkan, bahwa pluralisme sedang menawarkan agama baru. Menurutnya, teologi ini menyalahkan semua rumusan teolgi tradisional yang selama ini dianut dan sudah berakar dalam gereja. 

Sedangkan menurut Peter Berger, (1967) pluralisme merupakan alternatif pengganti sekularisme yang telah gagal di dunia Islam. Kalau Al-Attas menanggapi sekulerisme sebagai program, dan pluralisme adalah proyek postmodernisme. Bahkan John Stott, teolog Anglican (dalam interview tahun 1998)  tidak hanya curiga, ia menuduh target pluralisme pada akhirnya adalah melarang penyebaran agama, khususnya Kristen.

Pada dasarnya Islam mengakui adanya pluralitas suku, kultur dan agama sebagai sunatullah (QS. Hud: 118-119). Namun Islam tidak mengakui pluralisme yang memandang bahwa semua agama sama. Hal ini disebabkan adanya perbedaan fundamental secara teologi yang tidak bisa ditawar. Maka pluralisme tidak bisa disandingkan dengan toleransi dalam Islam, karena Islam secara konseptual mengakui pluralistas, namun menolak tegas pluralisme.

Ikuti tulisan menarik Khasbi_Elmaliki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler