x

Iya, tentu saja, kita harus berterima kasih pada Ajip Rosidi. Meskipun dia tidak populer saat ini dalam masyarakat sebagai seorang sastrawan. Kita juga harus berterima kasih pada para sastrawan dan budayawan seperti Sapadi Djoko Darmono, W.S Rendra, Goenawan Mohamad, Pramudya Ananta Toer dan lainnya. Mereka layak mendapatkan itu dan rasa hormat kita. Karena dengan keberadaan mereka, bangsa ini menjadi beadab

Iklan

Malik Ibnu Zaman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Oktober 2022

Senin, 17 April 2023 10:54 WIB

5 Buku Karya Ajip Rosidi yang Sayang untuk Dilewatkan

Dalam dunia kesusastraan nama Ajip Rosidi tidaklah asing. Ia merupakan penulis yang produktif, dan serba bisa (multi talent). Karyanya tersebar luas, mulai dari puisi, novel, cerpen, esai, drama. Bisa dikatakan beliau merupakan begawan sastra.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam dunia kesusastraan nama Ajip Rosidi tidaklah asing. Ia merupakan penulis yang produktif, dan serba bisa (multi talent). Karyanya tersebar luas, mulai dari puisi, novel, cerpen, esai, drama. Bisa dikatakan beliau merupakan begawan sastra.

Pria yang lahir 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Cirebon (Jawa Barat) ini tercatat pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dari tahun 1973-1979), Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dari tahun 1973-1979), Direktur Utama Penerbit PT Dunia Pustaka Jaya dari tahun 1971-1981, dan lain sebagainya.

Tertarik membaca buku karya Ajip Rosidi, berikut 5 buku karya Ajip Rosidi yang sayang untuk dilewatkan:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1# Hidup Tanpa Ijazah yang Terekam dalam Kenangan

Pertama adalah buku yang berjudul Hidup Tanpa Ijazah yang Terekam dalam Kenangan. Buku setebal 1300 an halaman ini merupakan buku autobiografi dari Ajip Rosidi. Menceritakan mulai dari masa kecil Ajip Rosidi, hingga ia tinggal di Jepang untuk mengajar di sana. Membaca buku ini membuat saya sadar bahwa tekun merupakan kunci penting untuk menggapai mimpi. Seperti Ajip Rosidi yang tekun dalam menulis.

Ajip Rosidi memilih untuk tidak menamatkan SMA nya, karena berita-berita tentang bahan ujian yang bocor. Sehingga ia berkesimpulan bahwa banyak orang menggantungkan hidupnya kepada ijazah. Maka beliau ingin membuktikan bahwa bisa hidup tanpa ijazah, dan ia berhasil membuktikannya.

Ia pernah menjadi dosen di Universitas Padjadjaran, juga menjadi dosen tamu di berbagai universitas di tanah air, dan menjadi dosen di berbagai kampus di Jepang. Ajip Rosidi diangkat menjadi Guru Besar Tamu (Visiting Professor) pada Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa-bahasa Asing Osaka), lalu menjadi Guru Besar Luar Biasa pada Kyoto Sangyo Daigaku (Universitas Industri Tokyo), dan Tenri Daigaku (Universitas Tenri)

2# Orang dan Bambu Jepang: Catatan Seorang Gai-jin

Selanjutnya adalah buku yang berjudul Orang Bambu Jepang: Catatan Seorang Gai-jin. Seperti yang saya jelaskan di atas Ajip Rosidi ini pernah tinggal lama di Jepang. Ia menuturkan bahwa sejak tahun 1981 menuliskan pengamatannya tentang Jepang berdasarkan pengalaman pribadi baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Sunda. Tulisan tersebut dimuat di berbagai media massa.

Jadi buku ini merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan tersebut. Bisa dikatakan buku ini menggambarkan bagaimana kondisi sosial masyarakat Jepang. Salah satu tulisan dari buku tersebut adalah bagaimana rasa malu masyarakat Jepang. Kemudian kejujuran masyarakat Jepang, di mana Ajip pernah ketinggalan dompetnya di taksi tetapi bisa kembali lagi. Sedikit informasi bahwa Gai-jin itu merupakan sebutan untuk orang luar yang tinggal di Jepang. 

3# Sebuah Rumah Buat Hari Tua

Ketiga, buku berjudul Sebuah Rumah Buat Hari Tua. Menurut Ulrich Kratz (1988) sampai dengan tahun 1983 Ajip adalah pengarang sajak dan cerita pendek yang paling produktif, 326 judul karya dimuat dalam 22 majalah. Nah, buku ini berisi 10 kumpulan cerpen karya Ajip Rosidi. Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1957.

Judul cerpen dalam buku ini yaitu Krisis Kesusastraan, di Negeri Antahberantah, Sebuah Rumah Buat Hari Tua, Sehabis Mimpi, Buah Apel, Rumah, Pada Suatu Sore, Mimpi Masa Silam, Matahari, Antara Kawan, Sebuah Lukisan Telah Terjual Sudah. Menurut pendapat saya cerpen dalam buku ini ciri khasnya yaitu menggambarkan kondisi lingkungan masyarakat di sekitar penulisnya.

4# Pesta: Sajak-Sajak Ajip Rosidi

Berikut buku berjudul Pesta: Sajak-Sajak Ajip Rosidi. Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1956, dan buku ini pula yang mengantarkan penulisnya memperoleh Hadiah Sastra Nasional dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN). Sedikit informasi bahwa buku ini pertama kali terbit saat Ajip berumur 18 tahun.

Kumpulan sajak dalam buku ini menurut pendapat saya menggambarkan apa yang dirasakan oleh penulis, dan apa yang dilihat oleh penulis.

5# Anak Tanah Air: Secercah Kisah

Kelima adalah buku berjudul Anak Tanah Air: Secercah Kisah. Buku ini merupakan roman. Nah, pada halaman awal buku ini dijelaskan bahwa buku ini ditulis selama setengah tahun pada paro kedua tahun 1980 di Jepang, dan ditulis ulang pada libur musim panas tahun 1983 di Osaka.

Tokoh utama pada roman ini bernama Ardi, ia tinggal di kampung. Oleh pamannya yang bernama Abdul Manan melalui sebuah surat tawaran untuk melanjutkan sekolah di Jakarta. Ia pun menyambut baik tawaran tersebut. Lalu ia pun sekolah di Taman Madya. Di sana ia banyak berkenalan dengan teman yang memiliki hobi menulis. Kemudian Ardi aktif dalam dunia seni lukis.

Singkat cerita ia bergaul dengan beberapa kader PKI, Ardi yang tidak tahu apa-apa dengan mudahnya dikelabui untuk menandatangani konsepsi presiden. Ia pun dijauhi oleh teman-teman yang anti komunis. Pokoknya kalian baca sampai akhir lah, dijamin seru.

Itulah 5 buku karya Ajip Rosidi yang sayang untuk dilewatkan

Ikuti tulisan menarik Malik Ibnu Zaman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu