x

Suster Eusthocia Monika Nata SSpS. Foto: Prokopim Sikka

Iklan

Ando Roja Sola

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 November 2021

Jumat, 19 Mei 2023 09:42 WIB

Menulis dari Ketikan Lepas Oma Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS

Sebuah artikel untuk mengenang nilai hidup seorang Sr. Eustochia Monika Nata, SSps

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat sedang asyik menikmati diskusi panas tentang fenomena kasus korupsi di Kabpaten Sikka, tidak sengaja terlintas di benak saya sosok seorang biarawati bernama Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS.  Saya membayangkan jika saat ini beliau masih hidup, dapat dipastikan Oma Estho akan berdiri dengan tongkat besinya, lalu duduk berdiskusi dengan Kejaksaan Negeri Sikka tentang hak masyarakat kecil yang diraib oleh para koruptor. Apalagi kasus ini melibatkan seorang perempuan yang disebut-sebut menjadi tumbal atas tindakan korupsi dana Belanja Tak Terduga (BTT) di Kabupaten Sikka.

Pada dasarnya tulisan saya ini bukan merupakan hasil tinjuan analisis atas praktik korupsi dana Belanja Tak Terduga (BTT) yang saat ini masih menjadi utang Kejaksaan Negeri Sikka. Tetapi tulisan ini merupakan refleksi kembali atas nilai-nilai kemanusiaan yang sudah diamanatkan oleh almarhumah Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS semasa hidupnya.

Selain itu, motivasi awal menulis tulisan ini adalah keprihatinan terhadap merosotnya nilai-nilai kemanusiaan dan lemahnya penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di wilayah Kabupaten Sikka. Pedoman dan nilai-nilai perjuangan yang sudah diwariskan oleh Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS dapat menjadi landasan untuk sejenak berefleksi tentang perjuangan menegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan perlindungan terhadap perempuan dan anak. Oleh karena itu, saya menulisnya berdasarkan catatan-catatan lepas yang masih tersimpan dengan rapi di laptop Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menjadi Ibu Sekaligus Sahabat

Oma Estho, begitu nama yang paling akrab untuk menyapa almahrumah Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS. Semua orang yang mengenal dia pasti memanggilnya oma Estho. Kesaksian dari beberapa orang yang mengenalnya termasuk anak-anak di shelter St. Monika meyatakan, oma Estho selalu memancarkan semangat perjuangan bahkan sampai menghembuskan nafas terakhirnya. Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS lahir di Ende, 26 Desember 1943. Sr. Eustochia dibesarkan dalam cinta suami dan istri bapak Antonius Rade (almahrum) dan ibu Maria Wee (almahrum). Sr. Eustochia dikenal sebagai sosok yang paling disegani dan dihormati. Karakter bawaan inilah yang menjadikan Sr. Eustochia, SSpS menampilkan diri sebagai seorang ibu sekaligus sahabat bagi semua orang yang mengenalnya. Latar belakang kehidupan keluarga yang cukup keras dan disiplin, menjadi spirit utama untuk memperjuangkan hak kaum kecil dan terpinggirkan khusunya bagi anak-anak dan kaum perempuan. Panggilan untuk menjadi seorang biarawati sebetulnya tidak sempat dipikirkan oleh keluarga besarnya, sebab Sr. Eustochia, SSpS merupakan anak dari seorang perempuan sulung yang memiliki status adat dan tanggung jawab yang besar dalam melanjutkan masa depan keluarga. Sr. Eustochia, SSpS pernah menulis dalam catatan diari hariannya demikian:

Tangal 16 Juli 1954, saya mengucapkan kaul pertama.

Keluarga saya sangat keberatan dengan keputusan ini.

Alasannya, ibu saya adalah anak perempuan pertama.

Saya harus menggantikan posisi ibu dan harus menikah dengan laki-laki

yang bisa bayar belis lebih dari ayah memberi belis kepada ibu.

Sr. Eustochia, SSpS sudah mengalami pengalaman yang berat saat berhadapan dengan situasi adat istiadat yang cukup kaku. Pilihan untuk menjadi seorang biarawati tentunya bukan menjadi harapan keluarga besar apalagi harus pergi dan meniggalkan rumah. Keberanian untuk melawan situasi yang kaku sebenarnya sudah menjadi kebiasaan bagi Sr. Eustochia, SSpS saat harus membela kebenaran dan memenuhi harapan para kelompok rentan. Di berbagai tempat yang sudah dikunjungi Sr. Eustochia, SSpS tersemat namanya sebagai sosok yang pemberani dan tegar. Salah satu tempat yang masih diingat hingga saat ini adalah kantor Kapolres Kabupaten Sikka, saat beliau duduk dengan tongkatnya meminta pernyataan kapolres Sikka terkait kasus 17 anak yang diperdagangkan di Pub-pub. Kami yang pernah berjalan bersama beliau tidak bisa melupakan jasa baik dan sikap perjuangannya. Menjadi ibu sekaligus sahabat adalah cara kami belajar dari sang super women Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS.

Bertemu dengan Yesus dalam Wajah Para Korban

“Setiap korban yang datang

adalah wajah Yesus

Tinggalkan semua kegiatan

dan layanilah mereka”

Saat menulis kembali tentang Oma Estho, saya berusaha melepaskan ingatan saya tentang semua korban yang pernah dipeluk Oma Estho. Pada situasi ini saya mengalami perdebatan yang cukup berat, karena tidak bisa memisahkan perasaan para korban dengan perhatian yang total dari Oma Estho sendiri. Ketekunan Oma Estho dalam doa dan bakti, mengikat semua korban untuk selalu mengenangnya dalam doa dan harapan. Kedekatan oma Estho dengan para korban tidak hanya bersifat partisipatif atau hanya turut merasakan penderitaan mereka, tetapi oma Estho berdiri sebagai ibu sekaligus sahabat bagi kaum rentan secara khusus bagi perempuan dan anak. Kedekatan emosional ini menjadi tanda sekaligus memori yang tidak bisa lepas dari semua orang yang mengenal Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS atau oma Estho.

Berjalan Bersam TRUK F

Lahirnya TRUK F, bukan  tanpa alasan atau hasil mimpi semalam

tapi hasil pertemuan, diskusi berjam-jam dan berhari-hari,

 juga hasil diskusi yang panas dan tajam.

(Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS)

Jika ingin berkisah tentang berdirinya Lembaga Divisi Perempuan Tim Relawan untuk Kemanusiaan, amat tidak pantas kalau tidak menyebutkan nama Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS. Lembaga ini sejatinya lahir dari semangat Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS sebagai biarawati yang selalu “mencemaskan” kedamaian di Flores-NTT. Pada salah satu file catatan lepasnya, Sr. Eustochia menulis dengan penuh tekanan emosional. Berikut ini merupakan catatan Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS tentang Truk F dan sepak terjangnya.

“Lahirnya TRUK F, bukan  tanpa alasan atau hasil mimpi semalam, tapi hasil pertemuan, diskusi berjam-jam dan berhari-hari. Diskusi akan sangat panas dan tajam, bila ada berbedaan pendapat tentang masalah perempuan, laki-laki, budaya, adat yang di bawa dari rumah hasil  pendidikan bapa dan mama, hasil belajar dari lingkungan, hasil pergaulan seharian bersama sahabat, dan hasil pengamatan kehidupan seharian di kampung halaman. Hasilnya kadang meyakitkan, kadang menggembirakan. Namun diskusi bersama diantara insan yang disebut laki-laki dan perempuan, tentu melahirkan cara berpikir yang menyakitkan. Meskipun demikian proses diskusi selalu berakhir dengan saling mengerti, saling meminta maaf hingga akhirnya kita bisa saling tahu, saling belajar. Berbeda itu seni, berbeda itu kaya. Berbeda adalah cara untuk saling memperkaya satu dan lain.

Lahirnya Truk F membuat semua yang berbeda pendapat dan berbeda pikiran berkumpul menjadi satu kesatuan untuk menciptakan satu cita-cita bersama dan membangun komitmen. “Mari kita coba membentuk satu forum demi Hak Asasi Manusia (HAM), demi Hak Asasi Perempuan (HAP), demi penghormatan pada martabat manusia bagi semua insan. Oleh Karena itu, atas dasar keutuhan hati dan pendapat lahirlah satu lembaga yang kita kenal sekarang dengannama TRUK-F.

Tahun 1997 masalah pelanggaran Ham di Indonesia khusus di Flores sangat kencang dan meluas hampir seluruh Flores dan NTT. Peristiwa TimorTimur memuncak dengan adanya berita sedih yang dikirim ke TRUK-F Flores.  Kita siap dan membuat pertemuan perencanaan untuk membantu saudara-saudari kita di sana. Kumpulah batuan berupa bahan makanan, obat-obatan, tenaga  perawat,  dan relawan yang siap membantu para pengungsi. Selain itu ada pembagian tugas bagi para relawan yang akan ke sana. Menggunakan jasa transportasi kapal Ratu Rosario, para relawan berangkat dengan membawa bahan bantuan berupa makanan, obat-obatan dari Maumere menuju pelabuhan Atapupu. Setibanya di pelabuhan Atapupu tak ada seorangpun yang menjemput para relawan, dan kami kesulitan mendapatkan mobil untuk mengangkut bantuan. Kami menginap di Rumah retret keuskupan Atambua Nenuk. Tim relawan yang ada dalam kapal Ratu Rosario terpaksa pergi ke Atambua untuk mencari mobil untuk mengangkat barang menuju tempat penginapan sementara. di kota Ata Bai dekat perbatasan Indonesia dan Timor Timur kami berhenti untuk memberi bantuan. Ratusan ibu dan anak yang berkesusahan langsung diberikan bantuan oleh relawan berupa obat-obatan, makanan, dan kebutuhan logistik lainnya.

Sejak awal mula berjalan dengan lembaga Truk-F, Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS memberikan kehidupan dan roh yang menjadi ciri khas lembaga ini. Sikap seorang aktivis tidak saja menghabiskan waktu untuk berjuang dan berorasi tentang perdamaian dan keadilan, tetapi harus turun ke jalan dan merasakan penderitaan para kaum kecil. Tanggung jawab untuk menjaga roh dari lembaga ini tentunya menjadi tanggung jawab semua mereka yang berkecimpung di dalamnya, secara khusus bagi mereka yang mendapatkan mandat khusus dari Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS. Keberadaan lembaga ini sejak tahun 1997 menjadi aktualisasi dari sikap perjuangan dan keprihatinan terhadap kaum kecil dan terpinggirkan.

 Saat ini usia lembaga menginjak angka yang ke 26 selepas perayaan perak 25 tahun pada 6 November 2022 lalu. Tugas dan tanggunjawab lembaga ini masih terus berjalan dengan menjawabi kebutuhan masyarakat kabupaten Sikka dan masyarakat NTT. Pada dasarnya kehadiran lembaga ini tidak hanya memenuhi kebutuhan para korban dan semua orang yang membutuhkannya, tetapi lebih dari itu lembaga ini menghadirkan roh penggerak bagi seluruh warga masyarakat kabupaten Sikka dan NTT untuk menekan tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta praktik jahat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPP) yang kini lagi marak terjadi di negeri Nusa Tenggara Timur ini.

Terima kasih Sr. Eustochia Monika Nata, SSpS. Catatanmu menjadi hidup dalam hati semua orang yang mengenangmu dimanapun dan kapanpun. Hiduplah dalam hati setiap orang yang mencintai perjuangan membela hak perempuan dan anak.

 

Ikuti tulisan menarik Ando Roja Sola lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler