x

Iklan

Intan OctafianaAPS

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Mei 2023

Rabu, 24 Mei 2023 21:32 WIB

Optimisme Industri Ekstraktif Menghantarkan Pada Transisi Energi

Manusia, teknologi, dan lingkungan layaknya segitiga yang saling terhubung dimana kehidupan dapat tercipta dengan bijak dan terrencana. Teknologi memiliki ikatan yang erat dengan manusia dalam segala tatanan global. Pada waktu yang berdampingan, alam telah menjadi ambisi dan eksploitasi dari sumber daya itu sendiri. Sungguh fakta yang telah menjadi rahasia umum bahwa demi hidupnya manusia akan mampu menjarah alam dan segala inti yang bermanfaat bagi dirinya. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dewasa ini manusia telah di manjakan oleh berbagai inovasi kemajuan yang tumbuh dari ilmu pengetahuan. Segala lini kehidupan di era ini dari ruang sempit layaknya rumah tangga telah melebur dengan menjadi mesin – mesin yang membantu memudahkan pekerjaan rumah tangga hingga hingga yang tertingginya industri ekstraktif yang mengolah sumber daya mentah menjadi produk setengah jadi atau produk jadi telah memanfaatkan mesin sebagai penunjang utama dalam aktivitas pabriknya. Namun jika di selami lebih dalam perkembangan ilmu pengetahuan masih belum mampu menjamah seluruh lapisan masyarakat, bagaikan mata pisau yang memiliki sisi berbahaya nya penggunaan sumber daya alam yang digarap secara berkesinambungan tanpa adanya revolusi energi dapat mengancam manusia di masa depan. Pergulatan antara mempertimbangkan optimisme dengan hasil yang mencapai target atau ketakutan akan usaha yang tidak mencapai titik target harus memiliki titik – titik penentuan . 

Tentu bukanlah sebuah kebijaksanaan jika harapan yang telah dibangun tidak diiringi dengan realistis keadaan yang menyatu di masyarakat. Industri ekstraktif memiliki arti pengelolaan dari hasil bumi atau alam sekitar lalu digunakan guna memenuhi kebutuhan hidup manusia, jangkauan yang dimiliki terbilang luas yaitu mencakup pertambangan, perhutanan, perkebunan, dan lainnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari jurnal UNITED Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), bahwa industri ekstraktif adalah perusahaan yang terdiri dari berbagai kegiatan yang mengarah pada ekstraksi bahan mentah yang berasal dari bumi. Kebermanfaatan yang dilahirkan oleh industri ekstraktif telah kita jamah dengan mudahnya yaitu salah satunya dapat membantu mengurangi angka pengangguran dengan lapangan kerja yang terbuka lebar itu artinya secara langsung mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia yang mendasar.  

Artinya bahwa kenyamanan yang di hadirkan tersebut telah memanjakan sendi – sendi kehidupan manusia dalam aktivitas nya masa kini. Bidang seorang manusia dalam menjalankan sesuatu adalah kemudahan dan kecepatan mereka ingin bebas dari arus kerumitan yang kacau. Oleh karena kenyamanan itu apabila keadaan telah mendesak manusia harus siap merombak susunan kehidupannya dengan transisi energi. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Manusia, teknologi, dan lingkungan layaknya segitiga yang saling terhubung dimana kehidupan dapat tercipta dengan bijak dan terrencana. Teknologi memiliki ikatan yang erat dengan manusia dalam segala tatanan global. Pada waktu yang berdampingan, alam telah menjadi ambisi dan eksploitasi dari sumber daya itu sendiri. Sungguh fakta yang telah menjadi rahasia umum bahwa demi hidupnya manusia akan mampu menjarah alam dan segala inti yang bermanfaat bagi dirinya. 

“Pengetahuan mengenai bagaimana melakukan sesuatu” (know how of making things) atau (know how of doing things) adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai yang tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya (Martono, 2012). 

Secara naluri manusia dibekali akal yang berkembang untuk menciptakan sesuatu yang baru atau mengubah sesuatu yang ada menjadi lebih maju atau berkembang manfaatnya. Dengan memperhatikan lingkungan serta alam, manusia akan mampu memahami bahwa pemenuhan hidupannya saat ini terancam oleh penggunaan suber daya yang terus menerus. Masalah kerusakan lingkungan akibat industri ekstraktif telah sejengkal menghampiri kehidupan manusia. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu fakta yang diakibatkan oleh perubahan kondisi tata kelola tanah, air, dan udara yang merugikan serta merusak kehidupan manusia, hewan, dan juga tumbuhan yang muncul akibat dari kehadiran benda – benda asing seperti sampah, logam berbahaya, dan limbah. Sebagai akibat dari perbuatan manusia sehingga mengakibatkan lingkungan tidak berfungsi seperti semula lagi.  

 

Pada masa ini kita tidak dapat lagi berhenti dengan menikmati sajian teknologi yang semakin lama akan menggerus lingkungan, waktu yang tepat saat ini adalah dengan optimisme yang diperkuat dengan pergerkan untuk menciptakan serta menggubah dasar atau basic bahan baku industry dengan menggunakan transisi energi yang lebih dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang serta dapat terus dihasilkan dengan pembaharuan yang efisien serta ramah lingkungan. Resiko memang tidak dapat kita sisihkan begitu saja, tidak pula membiarkan kelompok – kelompok lemah di masyarakat yang belum cakap pengetahuan serta kemampuan. Namun kemampuan ini dapat dibangun dengan beriringan mempercepat program transisi energi. Tidak lagi sibuk berrenang dalam kesalahan berfikir, gerakan yang nyata sangat diperlukan. Transisi energi G20 menjadi daya bangkit guna memperkokoh system energi global yang berkelanjutan. Pembahasan terhadap keamanan energi, akses dan efisiensi, serta transisi ke system energi rendah karbon menuntu negara – negara yang masih bertumpu pada fosil harus melakukan format ulang dalam konsumsi energi nasionalnya. 

Tantang serta peluang dari transisi energi memang sangkat kompleks. Namun bukan pula sebuah keniscayaan untuk mewujudkannya dengan kerja sama multilateral, menurut sumber Kementrian Komunikasi dan Informasi (KOMINFO), gerakan nyata ini dilakukan Indonesia bersama 14 lembaga Internasional lainnya termasuk filantropi menandatangani nota kesepahaman untuk mempercepat transisi energi. Kerja sama ini membuat Indonesia sebagai negara terdepan menyiapka energi bersih yang terjangkau secara global. Langkah ini akan mengurangi 50 juta ton emisi karbo pada masa 2030, atau 160 juta ton pada 2040. Menurut President Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Askawa, dengan kerja sama ini akan menjadi contoh bagi negara lainnya dalam transisi energi ini, teridentifikasi 15 giga watt dari pembangkit tenaga batubara akan dapat pension dini. Angka ini terbilang besar dalam menentukan akselerasi energi fosil ke energi terbaharukan.

 

Yang utama dan pertama adalah menghindari penghabisan sumber daya alam selama proses persiapan transisi energi, bagaimana sebuah strategi dapat tercipta dengan tetap memperhatikan akibat dari lingkungan yang telah digunakan selama ratusan tahun untuk pemenuhan hidup manusia maka perlu pemeliharaan terhadap sumber daya yang masih ada dan segala sesuatu yang menyangkut bentuk dari kurangnya jumblah sumber daya maka perlulah gerakan kecil yang dilakukan dengan berkelanjutan baik oleh pemegang kuasa dan masyarakat. Baik dalam sektor perhutanan, pertambangan, atau pertanian dan sebagainya.

 Langkah yang tepat layak dilakukan untuk dijalankann dalam struktur percepatan terhadap proses transisi energi. Point utama yang perlu dewasa ini sadari adalah sikap yakin oleh pemangku kebijakan pada kesiapan dari seluruh elemen atau lapisan dalam masyarakat dalam menerima revolusi oleh industri ekstraktif kepada transisi energi yang terbarukan. Tentunya dengan memperhatikan kecukupan dari energi untuk mendorong berbagai kegiatan perekonomian. 

Bergerak dengan arah sasaran menjadi negara maju selain dilihat dari sisi perekonomiannya yang meningkat perlu pula upaya agar dapat memutus rantai ketergantungan terhadap sumber daya yang memiliki jumblah yang semakin lama berkurang sedangkan perbaharuinya membutuhkan waktu yang panjang. 

Dengan merangkai definisi secara mandiri yakin sebagai dasar bergerak serta usaha yang terrencana untuk melestarikan alam dan lingkungan dengan pengamalan yang di peroleh dari ilmu pengetahuan agar peradaban manusia semakin maju dari sisi teknologi, ekonomi, dan pluralistic dalam politik. Dengan demikian perlu gotong royong dalam waktu yang panjang untuk merubah sesuatu hal ini selaras dengan firman Tuhan Allah swt dalam surah Ar- Rad ayat 11 dalam kitab suci Al Quran bahwa “Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” manusia dapat merubah keadaan jika mereka mau merubahnya.

Ikuti tulisan menarik Intan OctafianaAPS lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler