x

Ilustrasi mobil listrik. Sumber foto: indiatimes.com

Iklan

Salsabila Berliana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 21 Mei 2023

Kamis, 25 Mei 2023 08:33 WIB

Kolonialisme Industri Ekstraktif: Tipuan Mobil Listrik di Indonesia

Masyarakat jangan hanya ikut-ikutan mengikuti tren kendaraan ramah lingkungan yang sedang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan otomotif asing di Indonesia. Karena pada kenyataannya dengan digunakannya kendaraan ramah lingkungan di Indonesia tidak serta merta menjadikan Indonesia menjadi lebih ramah lingkungan. Kendaraan listrik di Indonesia hanya mengubah bentuk emisi karbon yang semula berasal dari asap kendaraan menjadi emisi karbon akibat pembakaran rantai karbon untuk mengubah bahan bakar fosil menjadi listrik. Selain itu limbah baterai yang digunakan sebagai sumber listriknya juga beracun dan hingga saat ini belum ditemukan cara untuk dapat menguraikan limbah baterai.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kolonialisme Industri Ekstraktif merupakan suatu bentuk penjajahan masa kini dimana negara-negara kolonial melakukan eksploitasi alam berlebih pada suatu negara jajahannya dan mengambil keuntungan sebesar-besarnya untuk membangun industri ekstraktif dari negara kolonial tersebut. Industri ekstraktif merupakan suatu kegiatan industri yang sumber bahan baku utamanya diperoleh langsung dari alam. Kolonialisme industri ekstraktif bekerja lebih ”halus” dibandingkan kolonialisme di masa lampau, hal itu dikarenakan negara kolonial saat ini tidak lagi menjajah menggunakan senjata ataupun kekerasan fisik melainkan dengan memanipulasi negara jajahannya agar memberikan sumber daya alam yang dimiliki secara murah.

Saat ini Indonesia masih tidak terhindarkan dari praktik kolonialisme industri ekstraktif. Indonesia yang memiliki sejarah panjang sebagai negara terjajah sekali lagi tidak dapat menghindari bentuk penjajahan masa kini. Indonesia yang pada dasarnya sangat kaya dengan sumber daya alam memiliki daya tarik tersendiri bagi negara-negara yang lebih maju tetapi miskin akan sumber daya alam. Negara-negara tersebut akhirnya memanipulasi Indonesia sehingga Indonesia mau melakukan kerjasama yang sebenarnya sangat merugikan bagi Indonesia.

Salah satu bentuk kolonialisme industri ekstraktif di Indonesia adalah berdirinya perusahaan-perusahaan asing di Indonesia yang mengambil bahan alam mentah di Indonesia. Banyak yang beranggapan bahwa Indonesia masih belum mampu untuk mengolah bahan alam mentah menjadi bahan jadi, padahal apabila Indonesia mampu mengolahnya menjadi bahan jadi kemudian di ekspor ke berbagai negara harganya dapat melambung tinggi jika dibandingkan bahan mentah. Dengan memanipulasi mental masyarakat Indonesia, perusahaan-perusahaan asing dapat mengeruk sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu bahan mentah yang banyak diambil alih perusahaan asing adalah minyak dan batu bara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Indonesia yang merupakan negara yang kaya akan minyak buminya saat ini sampai harus mengimpor bahan bakar minyak dari negara lain. Padahal apabila dikembangkan dengan benar Indonesia seharusnya mampu untuk memenuhi keperluan bahan bakar minyak tanpa perlu mengimpor dari luar negeri. Untuk menekan nilai impor bahan bakar minyak ini pemerintah mengambil kebijakan untuk memberikan subsidi harga pada masyarakat yang ingin membeli kendaraan mobil berbahan bakar listrik atau dikenal dengan sebutan mobil listrik. Hal tersebut dikarenakan mobil listrik dinilai mampu menekan jumlah penggunaan bahan minyak di Indonesia.

Tren mobil listrik saat ini mulai marak di berbagai penjuru dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika menjadi pencetus awal munculnya mobil listrik modern. Para ahli berpendapat bahwa dengan dikembangkannya mobil listrik dapat membantu mengurangi emisi karbon akibat asap kendaraan oleh karena itu saat ini banyak sekali perusahaan otomotif besar di berbagai penjuru dunia mulai mengembangkan teknologi mobil listrik menjadi lebih maju lagi sehingga mobil listrik tidak kalah unggul apabila dibandingkan dengan mobil berbahan bakar fosil. Nantinya minat masyarakat diharapkan dapat beralih dari mobil berbahan bakar fosil menjadi mobil listrik.

Masyarakat Indonesia yang terkenal sangat konsumtif menjadi target perusahaan-perusahaan otomotif besar agar membeli mobil listrik mereka. Dengan diiming-iming menjaga kestabilan lingkungan di dunia dengan beralih ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan, banyak sekali masyarakat yang tertipu dan mulai membeli produk mobil listrik. Ditambah lagi dengan dukungan pemerintah yang memberikan subsidi harga beli dan juga pajak kendaraan ke mobil listrik membuat masyarakat semakin tergiur. Entah karena ingin menjaga lingkungan atau hanya ikut-ikut tren tetapi mobil listrik saat ini sudah mulai mudah ditemukan hampir diseluruh jalan-jalan di pelosok negeri ini. Tetapi terdapat beberapa hal yang masih belum dipahami oleh masyarakat Indonesia adalah sumber utama tenaga listrik di Indonesia masih bersumber dari bahan bakar fosil.

Berdasarkan data dari kementerian energi dan sumber daya mineral sumber energi untuk pembangkit listrik di Indonesia terdiri dari BBM sebesar 24.1%, batubara sebesar 31.6%, gas sebesar 28.7%, disusul penggunaan tenaga air sebesar 10.9%. Sedangkan energi yang bersumberkan panas bumi dan energi terbarukan masing-masing sebesar 1.8%. Informasi ini masih banyak disalahpahami oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Mereka beranggapan bahwa apabila menggunakan mobil bertenaga listrik dapat mengurangi emisi karbon di Indonesia. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar dikarenakan lebih dari 50% energi untuk pembangkit listrik di Indonesia masih bersumber dari energi fosil dan hanya sekitar 1,8% yang berasal dari energi terbarukan. Angka tersebut sangat kecil apabila dibandingkan dengan negara-negara seperti eropa yang menjadi pencetus tren mobil listrik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menggunakan mobil listrik di Indonesia sama saja seperti menggunakan mobil berbahan dasar fosil yang tidak ramah lingkungan.

Niat baik pemerintah yang awalnya ingin mengurangi emisi karbon dari asap kendaraan tidak dapat berjalan baik apabila sumber utama tenaga listrik di Indonesia masih berbahan bakar fosil. Yang terjadi hanyalah berubah nya bentuk emisi karbon yang semula berupa polusi udara akibat asap kendaraan menjadi bentuk lain. Hal itu dikarenakan untuk mengubah bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi menjadi listrik diperlukan pembakaran rantai karbon yang menghasilkan banyak sekali emisi karbon.

Kesimpulan nya adalah masyarakat harus bijak dan menelaah ulang ketika mendapat informasi, jangan sampai terjadi sesat nalar terutama mengenai transisi energi yang terjadi di Indonesia. Masyarakat jangan hanya ikut-ikutan mengikuti tren kendaraan ramah lingkungan yang sedang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan otomotif asing di Indonesia. Karena pada kenyataannya dengan digunakannya kendaraan ramah lingkungan di Indonesia tidak serta merta menjadikan Indonesia menjadi lebih ramah lingkungan. Kendaraan listrik di Indonesia hanya mengubah bentuk emisi karbon yang semula berasal dari asap kendaraan menjadi emisi karbon akibat pembakaran rantai karbon untuk mengubah bahan bakar fosil menjadi listrik. Selain itu limbah baterai yang digunakan sebagai sumber listriknya juga beracun dan hingga saat ini belum ditemukan cara untuk dapat menguraikan limbah baterai.  Hal yang paling diuntungkan dengan maraknya kendaraan listrik di Indonesia saat ini adalah perusahaan otomotif itu sendiri. Dengan tingginya demand akan mobil listrik di Indonesia tentunya dapat menambah laba perusahaan terkait menjadi lebih besar lagi. Sedangkan masyarakat akan menjadi semakin kesulitan akibat membengkak nya pengeluaran yang dibutuh untuk membeli mobil listrik. Selain itu dengan bertambahnya jumlah kendaraan pribadi dapat meningkatkan kemacetan di Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya serta kota-kota besar lain di Indonesia.

Anggaran dana yang disediakan pemerintah untuk memberikan subsidi harga mobil listrik lebih baik digunakan untuk menambah serta memperbaiki fasilitas transportasi umum. Sehingga masyarakat banyak yang mau berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Karena pada kenyataan banyaknya masyarakat yang menghindari transportasi umum dan lebih memilih kendaraan pribadi karena banyak yang malas berdesak-desakan di transportasi umum setelah lelah seharian melakukan kegiatan di luar rumah seperti sekolah dan bekerja di kantor. Selain itu fasilitas yang kurang baik serta faktor keamanan juga membuat masyarakat enggan untuk menggunakan transportasi umum dibandingkan dengan kendaraan pribadi masing-masing. Padahal apabila banyak masyakat mau berpindah ke transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi dapat menekan penggunaan bahan bakar minyak dari kendaraan di Indonesia, yang nantinya tentu saja dapat menekan nilai impor bahan bakar minyak di Indonesia. Selain itu transportasi umum adalah jawaban yang paling tepat untuk saat ini untuk menekan jumlah emisi karbon akibat asap kendaraan selama menunggu transisi energi yang semula berbahan bakar fosil menjadi energi baru terbarukan.

 

#LombaArtikelJATAMIndonesiana

Ikuti tulisan menarik Salsabila Berliana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler