x

Ilustrasi kegiatan pertambangan. Sumber foto: medcom.id

Iklan

clevita work

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 Mei 2023

Kamis, 25 Mei 2023 10:33 WIB

Derai Air Mata Sungai Mahakam akibat Pertambangan Emas Hitam

mendeskripsikan pertambangan di Kalimantan Timur yang banyak mengakibatkan dampak ekologis dan ketimpangan gender dan juga solusi untuk meminimalisir

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

       Sungai Mahakam adalah harta karun bersumbangsih penting terhadap kekayaan ekosistem dan sumber kehidupan masyarakat khususnya daerah Samarinda. Dengan panjang 920 km dan luas 149.277 km2, sungai Mahakam menempati urutan kedua sungai terpanjang di Kalimantan. Setiap tahunnya sungai ini berpotensi menyumbangkan 40 milyar bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang bersumber dari industri ekstraktif terutama pertambangan batu bara.

     Makaham menjadi urat nadi transportasi si emas hitam yang dihantarkan menuju luar Kalimantan. Hilir mudik tumpukan puluhan ton batu bara mentah dibawa dengan kapal tongkang setiap harinya. Kapal-kapal tongkang tersebut membawa batu bara hasil pertambangan dari hulu sungai. Kalimantan timur menyimpan cadangan batu bara terbesar kedua setelah Sumatera Selatan. Pada tahun 2020, produksi batu bara diketahui mencapai angka 187,8 juta ton dengan cadangan sebesar 48,2 milyar ton dan menurut HBA (Harga batu bara acuan) nilai jual per januari 2020 sekitar 65,9 US Dollar per ton.  

    Kemudahan akses gratis yang disediakan Sungai Mahakam dibalas tuba. Sungai kian rusak, tongkang tidak lagi dapat keluar masuk kapan pun sebab telah terjadi pendangkalan. Berkurangnya daya tampung air sungai diakibatkan oleh tingkat erosi yang tinggi, erosi bisa mencapai 95,15 ton per tahun. Erosi membuat banyak material sedimen masuk ke sungai dan mengurangi volume tampungan air sungai. Sebelumnya, danau-danau disekitar Mahakam berperan sebagai perangkap sedimen, akan tetapi danau-danau ini sendiri pun semakin dangkal karena berlebihnya sedimen yang masuk dari daerah tangkapan. Sedimentasi yang terjadi di wilayah pesisir sungai Mahakam tercatat tinggi. Padahal sungai ini memiliki 12 DAS (daerah aliran sungai), namun tidak membantu pengurangan erosi. Fungsi DAS telah terganggu akibat kegiatan penambangan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan sumber daya alam secara benar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

     Material sedimen juga berasal dari aktivitas tongkang itu sendiri. Ironisnya, bukan hanya akses tongkang yang dirugikan melainkan kekayaan sumber daya hayati ikut tercekik. Pasalnya, Mahakam merupakan rumah bagi 147 spesies ikan endemik dan habitat dari pesut Kalimantan yaitu hewan endemik yang kini statusnya terancam punah. Berdasarkan data tahun 2018, hanya tersisa 80 ekor pesut yang masih hidup. Sibuknya arus lalu lintas dari hulu ke hilir dan buruknya kualitas air menjadi penyebab utama terancamnya kehidupan satwa didalamnya. Setiap tahun diketahui bahwa jumlah populasi ikan di sungai terus menurun. Tercemarnya air telah lebih dahulu menjadi peneyebab ikan Kedia punah.Warga sekitar memiliki kenangan indah mencari ikan Kedia di malam hari, dimana ikan-ikan tersebut akan berlompatan ke arah perahu nelayan, menambah syahdunya suasana sungai Mahakam, namun pengalaman tersebut kini tinggal legenda.

      Kualitas air sungai Mahakam membutuhkan perhatian yang serius baik oleh pemerintah daerah maupun negara. Air sungai ini dahulunya sumber primer air bersih untuk warga sekitar. Warga biasa menggunakan air nya untuk minum, mandi, dan untuk keperluan harian. Saat ini, warna air sungai menjadi semakin coklat keruh. Menurut laporan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH), kualitas air di Kalimantan timur statusnya tercemar sedang. Dampaknya, 25% warga tidak tercukupi dengan air bersih. Kebutuhan air bersih di Kalimantan timur berada di angka 1.976 liter per detik, sementara kapasistas produksi tidak mencukupi yaitu hanya sebesar 1.845 liter per detik. Pemerintah kabupaten telah mengadakan program pelayanan air bersih bagi wilayah sungai Mahakam dengan target sebesar 69%, akan tetapi target tersebut belum berhasil dan pemerintah kabupaten hanya menyelesaikan total 58,75% untuk pelayanan tersebut.

     Keberadaan sungai makaham menjadi sangat esensial bagi 14 kelurahan yang tinggal di sekitarnya. Selain memenuhi kebutuhan sumber air dan sebagai prasarana transportasi, Mahakam adalah sumber mata pencaharian hidup. Banyak masyarakat yang memilih nelayan sebagai profesi. Akan tetapi, kualitas air sungai yang tercemar sangat mengganggu mata aktivitas mereka. Seorang warga Loa Kulu menuturkan musibah yang dialaminya sebagai akibat semakin buruknya kualitas air sungai. Pak Kasnuri adalah seorang nelayan tambak, ia bercerita bahwa ikan-ikannya banyak mati. Dari 60 keramba miliknya, Pak Kasnuri mengalami kerugian besar karena 400 kilo ikannya mati di tahun 2021. Penurunan pH air adalah alasan utama penyebabnya, air di daerah tersebut berubah menjadi bau busuk. Kondisi warnna air juga berubah menjadi kemerahan padahal air sangat menentukan kualitas dan kuantitas ikan. Oleh karena itu, beberapa nelayan mengalihfungsikan hutan mangrove Delta Mahakam menjadi tempat budidaya tambak. Hutan mangrove seharusnya berperan sebagai penyeimbang ekosistem dan menyaring kerusakan air, tindakan ini tentu merusak ekosistem, akan tetapi ini adalah cara yang dipilih warga untuk terus bertahan hidup sebab sungai sendiri airnya sudah sangat tercemar dan tidak mungkin membudidayakan ikan disana.

     Bukti kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan tambang terlihat jelas di daratan. Banyak kegiatan pembukaan lahan hutan untuk perluasan area pertambangan baru. Pembukaan lahan juga dilakukan untuk menyediakan akses transportasi darat bagi truk-truk bermuatan batu bara. Pemerintah telah menentapkan aturan bahwa truk pengangkut batu bara harus memiliki jalannya sendiri dan masing-masing perusahaan harus menyediakannya. Oleh karena kepentingan tersebut, degradasi hutan besar-besaran tidak terelakkan. Padahal hutan memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga kestabilan iklim global. Di samping itu, hutan kawasan Kalimantan Timur menampung 298 spesies burung yang 5 diantaranya spesies endemik Kalimantan. Kehilangan hutan artinya kehilangan besar. Pembabatan hutan pada akhirnya akan menciptakan lahan kritis. Tahun 2005, Di wilayah Kalimantan timur tercatat lebih dari 3000 km3 lahan digolongkan kritis. Lahan kritis di wilayah sungai Mahakam adalah 3.658 Km2 sementara lahan sangat kritis seluas 90 Km2. Keberadaan lahan kritis sangat berbahaya sebab mejadi pemicu erosi semakin berlanjut, sedimentasi, dan banjir. Persoalan banjir menjadi momok tersediri. Berkurangnya luas hutan berarti berkurang pula daerah yang menjadi resapan air hujan. Pada tahun 2015 di Samarinda, banjir dapat mencapai 1 meter saat musim hujan, biasanya air akan surut setelah 3 sampai 5 jam.

       Masalah yang ditimbulkan oleh kegiatan tambang selanjutnya adalah lubang bekas tambang. Banyak lubang ditinggalkan tanpa adanya proses perbaikan yang seharusnya diberlakukan. Ini sangat merugikan keselamatan dan keamanan warga sekitar. Perusahaan penambang seharusnya memiliki kewajiban reklamasi untuk menutup bekas galian lokasi tambang, akan tetapi ada saja perusahaan-perusahaan nakal yang lari dari tanggung jawab. Dalam usaha eksploitasi sumber daya alam, perusahaan atau pihak pengelola terikat pada AMDAL atau analisis mengenai dampak lingkungan hidup. Sedikitnya ada tiga peraturan pemeritah yang mengatur tentang AMDAL sungai yaitu Peraturan Pemeritah nomor No.27 Tahun 1999 Tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, No.24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, dan No.27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan. Peraturan tersebut memberikan batasan ketat yang wajib dipatuhi atau jika tidak ada denda yang berlaku, misalnya penerbitan izin tanpa dilengkapi AMDAL akan dikenakan Pasal 37 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

     Nilai sungai Mahakam seharusnya tidak dipandang dari kandungan emas hitam didalamya saja. Sungai ini memiliki sejarah yang penting sebagai situs dididirikannya kerajaan Kutai yaitu kerajaan tertua di indonesia. Pun, warga disekitar memiliki kenangan bersama keluarganya. Ketika dahulu air sungai masih jernih, para warga biasa mandi dan mencuci disana. Anak-anak akan berenang bersama, para nelayan mencari ikan dengan mudah, dan pesut-pesut akan menari bersama kawanannya. Saat ini, para ibu bahkan tidak bisa membiarkan anaknya berenang di sungai Mahakam tanpa perasaan takut terjangkit penyakit.

       Keberadaan industri ekstraktif khususnya pertambangan mengancam resiko kesehatan warga yang hidup disekitarnya. Risiko kesehatan ini terutama dialami oleh kelompok yang dilemahkan, seperti perempuan. Perempuan seringkali lebih rentan terhadap dampak lingkungan karena mereka seringkali bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya alam dan pemenuhan kebutuhan keluarga mereka. Pengalihan risiko dari industri energi terhadap kelompok yang dilemahkan, terutama perempuan, adalah masalah yang kompleks dan memerlukan solusi yang holistik. Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko ini antara lain:

  1. Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan: Partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dapat membantu memastikan bahwa kepentingan mereka diwakili dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko kesehatan dan lingkungan yang dihadapi oleh perempuan.
  2. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas industri ekstraktif: Transparansi dan akuntabilitas industri ekstraktif dapat membantu memastikan bahwa industri tersebut bertanggung jawab atas dampak lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan oleh operasinya. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko kesehatan dan lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi industri ekstraktif.
  3. Meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi: Akses masyarakat terhadap informasi tentang dampak lingkungan dan kesehatan dari industri ekstraktif dapat membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik tentang bagaimana cara melindungi diri mereka sendiri dan keluarga mereka dari risiko tersebut.
  4. Meningkatkan akses masyarakat terhadap sistem hukum: Akses masyarakat terhadap sistem hukum dapat membantu mereka melindungi hak-hak mereka dan memastikan bahwa industri ekstraktif bertanggung jawab atas dampak lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan oleh operasinya.
  5. Meningkatkan akses masyarakat terhadap teknologi: Akses masyarakat terhadap teknologi dapat membantu mereka mengurangi risiko kesehatan dan lingkungan yang dihadapi oleh operasi industri ekstraktif. Teknologi seperti sistem pengolahan air limbah dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari operasi industri ekstraktif.
  6. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelatihan: Pelatihan tentang cara melindungi diri dari risiko kesehatan dan lingkungan dari operasi industri ekstraktif dapat membantu masyarakat mengurangi risiko tersebut.
  7. Meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya alam: Meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya alam seperti air dan tanah dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan hidup mereka tanpa harus bergantung pada operasi industri ekstraktif.
  8. Meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan: Meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dapat membantu mereka mengatasi risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh operasi industri ekstraktif.
  9. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan: Pendidikan dapat membantu masyarakat memahami risiko kesehatan dan lingkungan dari operasi industri ekstraktif dan bagaimana cara melindungi diri mereka sendiri dan keluarga mereka dari risiko tersebut.

Penting untuk memastikan bahwa industri ekstraktif mematuhi norma perusahaan dan kode etik yang berlaku. Norma perusahaan dan kode etik dapat membantu memastikan bahwa industri ekstraktif bertanggung jawab atas dampak lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan oleh operasinya. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko kesehatan dan lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi industri ekstraktif. Dalam hal pengalihan risiko dari industri energi terhadap kelompok yang dilemahkan, terutama perempuan, penting juga untuk memperhatikan peran media. Media dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko kesehatan dan lingkungan dari operasi industri ekstraktif. Media juga dapat membantu memperjuangkan hak-hak masyarakat yang terkena dampak dari operasi industri ekstraktif. Dalam rangka mengurangi risiko kesehatan dan lingkungan dari operasi industri ekstraktif, penting juga untuk memperkuat kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Kerja sama ini dapat membantu memastikan bahwa kepentingan semua pihak diwakili dalam proses pengambilan keputusan dan bahwa solusi yang diambil adalah solusi yang holistik dan berkelanjutan. Dalam kesimpulannya, air dan pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang sangat penting untuk kelangsungan hidup. Industri ekstraktif seperti pertambangan, minyak, dan gas seringkali mengancam pasokan air dan pangan yang aman dan memadai. Industri energi seperti pertambangan, minyak, dan gas juga dapat menyebabkan risiko kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi industri tersebut, terutama perempuan. Pengalihan risiko dari industri energi terhadap kelompok yang dilemahkan, terutama perempuan, adalah masalah yang kompleks dan memerlukan solusi yang holistik. Solusi-solusi seperti meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas industri ekstraktif, meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi, teknologi, pelatihan, sumber daya alam, layanan kesehatan, pendidikan, serta memperkuat kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat dapat membantu mengurangi risiko tersebut.

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik clevita work lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler