x

Para pemain Borussia Dortmund setelah pertandingan melawan Mainz

Iklan

Oswald Kosfraedi

Mendalami Ilmu Komunikasi Sambil Minum Air
Bergabung Sejak: 24 Mei 2023

Senin, 29 Mei 2023 15:32 WIB

Borussia Dortmund Hanya Kehilangan Gelar Bundesliga, Tidak dengan Cinta Para Penggemarnya

Bahkan di laga terakhir yang menyakitkan kemarin itu penggemar BVB tetap menunjukkan cintanya kepada para pemain dan tim yang mereka cintai. Di tengah air mata dan kesedihan bercampur penyesalan bagi pemaian, pelatih, dan starf, Yellow Wall malah menunjukkan betapa para penggemar mencintai BVB. Dalam satu satu suara mereka meneriakkan dengan lantang:”If you win and stand top, or if you lose and stand at the bottom, we’ll still sing: Borussia, BVB!”. Hal serupa dalam konteks yang sedikit berbeda pun pernah dilakukan penggemar BVB beberapa tahun silam saat BVB terperosok ke zona degradasi dan berjuang keras agar bisa keluar dari sana, saat itu Yellow Wall membentangkan sebuah poster raksara bertuliskan "and if you fall, we will fall with you". Secinta itu!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tidak bisa dibayangkan betapa mendebarkan perasaan suporter yang datang ke Signal Iduna Park dan menyaksikan Borussia Dortmund melakoni laga terakhir Bundesliga musim 2022/2023 melawan FSV Mainz 05. Perasaan mendebarkan yang menyatu dengan harapan besar yang sudah di depan mata; juga euforia kemenangan yang hanya menanti peluit akhir berbunyi.

BVB (demikian Borussia Dortmund akrab disebut) harus menang dalam laga ini jika ingin meraih gelar Bundesliga musim ini, sekaligus mengakhiri penantian panjang selama sebelas tahun. Unggul dua poin di atas Bayern Munchen tak lantas membuat mereka hanya butuh hasil imbang. Persoalannya, selisih gol mereka terpaut jauh dari Bayern Munchen, dan jika BVB seri dengan Bayern meraih kemenangan, maka Bayernlah yang akan menjadi juara. Satu-satunya opsi lain selain keharusan untuk menang adalah kekalahan Bayern yang melawat ke kandang FC Koln.

Laga di mulai, optimisme tinggi mengalir dalam diri pemain dan suporter. Ini Signal Iduna Park, markas BVB yang fenomenal itu dan musim ini menjadi arena kekuasaan BVB yang menuntaskan semua laga hanya dengan satu kekalahan. Bola mengalir cepat, meski lini serang benar-benar kelihatan buntu. Petaka datang di menit 15, sepak pojok Mainz dikonversi menjadi gol oleh Hanche-Olse. BVB tertinggal 0-1 dan di sisi lain Bayern pun unggul 1-0 atas FC Koln.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Semangat belum padam, ditambah lagi beberapa menit kemudian, kesempatan emas diperoleh BVB dari titik putih. Sayangnya, Sebastian Haller justru gagal mengeksekusi penalti setelah tendangannya ditepis Finn Dahmen. Namun, laga belum apa-apa. Anak asuh Edin Terzic terus membangun serangan, meski benar-benar tidak menunjukkan efektivitas sama sekali. Hanya dalam hitungan menit, serangan Mainz dituntaskan Onisiwo menjadi gol kedua. BVB kian kesulitan dengan defisit dua gol di paruh pertama.

Kembali dari ruang ganti, para punggawa BVB menunjukkan perubahan. Perombakan yang dilakukan Terzic cukup efektif dengan penguasaan bola yang lebih dominan dan serangan-serangan yang lebih berbahaya ketimbang di babak pertama. Mainz yang bermain bertahan dan berjuang selayaknya gelar ini diperebutkan antara BVB dan mereka pun, membuat BVB kesulitan mencetak gol. Barulah menit 69, kerja sama apik Reyna dan Guerreiro membuka kembali asa BVB.

REUTERS/Wolfgang Rattay

Serangan kembali dilancarkan dari berbagai lini. Pergantian yang dilakukan Terzic sejauh ini cukup efektif, meski penyelesaian akhir masih menemui jalan buntu. Memasuki menit 80an, di laga lain FC Koln berhasil menyamakan skor, itu artinya BVB kembali ke puncak klasemen dengan atau tanpa kemenangan. Namun, BVB tetap mengupayakan kemenangan dengan dukungan suporter yang kian menggema. Peluang-peluang terus tercipta, dan celakanya Bayern kembali mencetak gol di menit 89. Itu artinya, BVB harus mencetak dua gol lagi dengan hanya lima menit tambahan waktu.

BVB belum menyerah meski suporter dan suasana bench tampak makin lesuh. Haller sempat mencetak gol, tetapi dianulir karena lebih dulu berada dalam posisi offside. Menit 90+5, tepat di akhir waktu tambahan, Niklas Sule mencetak gol kedua bagi BVB. Skor 2-2 dan poin di klasemen antara Bayern dan BVB pun sama, 71 poin. Namun, lagi-lagi BVB kalah dari segi selisih gol dan Bayern tetap akan memenangkan gelar liga musim ini. Setelah gol ini, BVB sempat melancarkan satu serangan terakhir tetapi kembali gagal, dan setelahnya peluit panjang berbunyi.

Peluit akhir paling menyakitkan dalam sebelas tahun terakhir yang pernah terdengar dan bergema di Signal Iduna Park. Peluit akhir yang tidak hanya menutup laga tetapi mengakhiri perjuangan para pemain dan harapan banyak orang, terutama kerinduan pecinta BVB akan gelar Bundesliga. Gelar yang tadinya sudah di depan mata kini berpindah tangan ke Bayern. Penantian panjang belasan tahun yang semula dikira akan menemui kesudahannya hari ini nyatanya hanya memberikan luka yang mendalam dan jauh lebih menyakitkan.

REUTERS/Leon Kuegeler

Para pemain, pelatih, staf, dan petinggi klub tertunduk lesuh di Iduna Park. Lautan kuning hitam yang memenuhi stadion itu pun tampak menyiratkan kesedihan yang luar biasa. Apa yang bisa diubah dari kenyatan pahit nan menyakitkan yang kini dirasakan bersama-sama. Bukan ini harapan puluhan ribu suporter di stadion dan ribuan hingga jutaan pecinta BVB lain yang tentu tak melewatkan sedetik pun momen krusial di hari pertandingan itu. Namun, apa mau dikata, sepak bola tetaplah sepak bola, segala sesuatu yang mungkin dapat terjadi di atas lapangan, bukankah itu juga yang mengamini konotasi 'bola itu bundar'?

Momen menyakitkan ini tidak lantas berhenti saat itu saja, bahkan mungkin saat tulisan ditulis kesedihan itu masih menjalar di hati keluarga besar BVB. Musim pertama yang tragis bagi Terzic dan Sebastian Kehl, juga bagi para pemain yang menjalani musim pertamanya dalam balutan jersey kebesaran Die Schwarzgelben: juga musim getir kesekian kalinya bagi para pemain lama, seperti Reus, Hummels, Guerreiro, dan pemain-pemain lainnya: musim menyedihkan yang kembali terulang bagi seluruh pecinta BVB dan Yellow Wall: musim perpisahan yang menyakitkan bagi para pemain yang akan hijrah di musim transfer. Bagi siapa pun, ini jelas kesedihan yang menyayat hati begitu kejam.

REUTERS/Wolfgang Rattay

Terlepas dari itu, mengakhiri musim dengan menempati peringkat kedua mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang biasa, toh hampir setiap musim Bundesliga berakhir dengan tangga klasemen pertama dan kedua yang selalu sama: Bayern Munchen dan Borussia Dortmund. Namun, perlu dicatat bahwa BVB hanya terpaut selisih gol dengan jumlah poin yang sama di tangga akhir klasemen.

Di sinilah titik kebanggaan dan harapan kecil itu sebenarnya ditemukan. Kebanggaan karena kemajuan dari BVB selama musim ini, terutama selepas break World Cup Qatar, yang hanya menelan sekali kekalahan dan melejit dengan cepat bergantian di posisi puncak dengan Bayern, dengan catatan jumlah gol impresif yang menjadikannya sebagai salah satu tim di lima liga top Eropa dengan torehan gol paling banyak selama 2023.

Secara tim, gebrakan-gebrakan Terzic mengubah banyak hal dan meningkatkan performa tim secara signifikan, meskipun di beberapa laga ini seperti tak nampak sama sekali. Namun, hal-hal itu perlu diakui sebagai satu kenyataan yang melekat pada BVB musim ini. Hal-hal itulah yang menyalakan harapan kecil untuk kemudian menjadi lebih baik di masa mendatang, terlepas dari pertanyaan pemain kunci siapa lagi yang bakal dilepas manajemen tim dalam waktu dekat.

BVB Hanya Kehilangan Gelar, Tidak dengan Cinta Para Penggemarnya

Menyoal suporter, rasanya keliru jika tidak menyebut Borussia Dortmund sebagai salah satu tim dengan basis fans terbaik dan paling loyal di dunia sepak bola. Kenyataan itu pun dapat dengan mudah kita temukan di berbagai literatur sebagai fakta tak terbantahkan. Apa yang mendasari itu semua? Tentu banyak aspek yang melandasi kecintaan dan loyalitas penggemar BVB, mulai dari faktor sejarah tim, dan berbagai aspek lainnya.

Borussia Dortmund memiliki sejarah panjang dan kaya akan prestasi di dunia sepak bola. Didirikan pada tahun 1909, BVB telah mengalami berbagai macam tantangan dan perjalanan yang membentuk karakternya. Keberhasilan dan perjuangan klub ini, termasuk gelar juara Bundesliga, Piala Jerman, dan kehadiran mereka di final Liga Champions, telah menjadi sumber kebanggaan bagi para penggemar.

Namun, cinta yang dirasakan oleh penggemar Dortmund tidak hanya terbatas pada kesuksesan tim. Ada aspek lain yang mendalam dan kompleks yang mendasari kecintaan para penggemar, yaitu spirit "Echte Liebe" atau "Cinta Sejati". Tentu makna di balik ungkapan ini sangatlah luas yang paling tidak menunjukkan bagaimana dukungan dan cinta penggemar terhadap klub tidak hanya tergantung pada hasil di atas lapangan, tetapi juga pada nilai-nilai yang dianut oleh klub dan komunitasnya.

'Echte Liebe' di kalangan fans Borussia Dortmund mengacu pula pada semangat persaudaraan, solidaritas, dan keberanian. Para penggemar BVB merasa terhubung secara emosional dengan klub, dengan pemain, dan dengan sesama penggemar. Penggemar merayakan keberhasilan bersama-sama dan bertahan dalam masa-masa sulit. Semangat 'Echte Liebe' menegaskan bahwa cinta para penggemar terhadap klub bukan hanya sebatas kepentingan pribadi, tetapi juga merupakan komitmen dan dedikasi untuk mendukung dan mencintai klub dalam segala situasi.

Borussia Dortmund juga dikenal dengan atmosfer yang unik dan mendalam di Signal Iduna Park, stadionnya yang ikonis. Lebih dari 80.000 penggemar yang setia hadir di setiap pertandingan memberikan dukungan yang luar biasa dan menciptakan atmosfer yang luar biasa. Suporter Dortmund terkenal dengan nyanyian-nyanyian, bendera kuning-hitam yang berkibar, dan tifo-tifo spektakuler yang diperlihatkan para suporter. Semua ini adalah wujud dari cinta dan dedikasi penggemar terhadap klub.

Bahkan di laga terakhir yang menyakitkan kemarin itu penggemar BVB tetap menunjukkan cintanya kepada para pemain dan tim yang mereka cintai. Di tengah air mata dan kesedihan bercampur penyesalan bagi pemaian, pelatih, dan starf, Yellow Wall malah menunjukkan betapa para penggemar mencintai BVB. Dalam satu satu suara mereka meneriakkan dengan lantang:”If you win and stand top, or if you lose and stand at the bottom, we’ll still sing: 'Borussia, BVB!'”. Hal serupa dalam konteks yang sedikit berbeda pun pernah dilakukan penggemar BVB beberapa tahun silam saat BVB terperosok ke zona degradasi dan berjuang keras agar bisa keluar dari sana, saat itu Yellow Wall membentangkan sebuah poster raksara bertuliskan "and if you fall, we will fall with you". Secinta itu!

Photo by INA FASSBENDER/AFP via Getty Images

Lantas bagaimana dengan penggemar BVB di tanah air, terutama pasca menelan pil pahit di akhir perburuan gelar Bundesliga kemarin itu? Beberapa pemandangan di beberap fanpage media sosial sedikit banyak menggambarkan bagaimana kesedihan musabab hasil pahit itu juga dialami pecinta BVB di tanah air.

Secara personal, saya mengalami itu. Kesedihan tak terbantahkan yang tidak berlebihan jika saya katakan melebihi patah hati ditinggal kekasih. Kecintaan akan BVB telah belasan tahun tumbuh, berkembang, dan akan selalu menjadi lebih besar dari waktu ke waktu. Atas cinta sebesar itu, salahkah jika kekecewaan yang muncul di balik kejadian kemarin pun begitu besar? Tentu saja, tidak.

Kecintaan pada  BVB bukanlah sesuatu yang dapat diukur dengan kata-kata. Ini adalah ikatan emosional yang mendalam, yang telah terjalin selama bertahun-tahun. Setiap gol yang dicetak, setiap kemenangan yang diraih, dan bahkan setiap kekalahan yang dialami oleh tim, semuanya menjadi bagian dari perjalanan cinta akan BVB.

Mungkin dengan sedikit menyatir kutipan Andrea Hirata bahwa cinta buta paling indah adalah cinta Borussia Dortmund, yang akan tidak akan pernah hilang sampai kapan pun dan tidak akan pernah cukup untuk digambarkan hanya dengan kata-kata, sama halnya ketika Anda hendak berusaha menjelaskan seberapa besar cinta Anda pada pasangan. Saya kehabisan kata dan hanya mau bilang: “Borussia Dortmund hanya kehilangan gelar Bundesliga, tapi tidak dengan cinta para penggemarnya”.

Ikuti tulisan menarik Oswald Kosfraedi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB