x

Penduduk Lokal Sumatera Barat sedang menikmati Teh Lamaza/Doc: TEMPO

Iklan

Advist Khoirunikmah

advistkhoirunikmah
Bergabung Sejak: 9 Maret 2022

Senin, 12 Juni 2023 06:55 WIB

Nela Hari Zona Membawa Olahan Daun Gambir Kembali Diminati Masyarakat

Sempat berjaya sejak ratusan tahun silam, masa depan olahan daun gambir di kawasan Sumatera sempat suram. Nela Hari Zona tak mau tenggelam dalam keprihatinan saja. Dia bangkit membuat terobosan dan bangkitkan kembali kejayaan daun dengan beragam khaisat itu. Ia berhasil dan menerima penghargaan SATU Indonesia Awards layak didapatkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejarah perkebunan tanaman gambir di Pulau Sumatera bisa ditarik ke tahun 1974. Belanda yang saat itu menjajah negeri inilah yang pertama mengembangkan tanaman dengan banyak khasiat ini. Dan, dalam sejarah juga tercatat masa kejayaan juga surutnya usaha ini hingga di era moderen saat ini.    

Pada 2006 tercatat produksi gambir di Sumatera Barat sebanyak 12.973 ton.  Sebongkah daun ini  siap melangkah ke ekspor berbagai negara diantaranya, India, Jerman, Pakistan, Taiwan, dan Singapura. Itulah tahun pertama komoditas daun gambir menarik peminat dalam dskala internasional.

Lalu masa surut datang. Minat konsumen mancanegara mulai menurun. Padahal produksi dan pengembangan daun gambir kian terus berkembang pesat. Gambir dikembangkan menjadi produk setengah jadi. Karena penjualan tak sesuai harapan, semakin lama harga gambir semakin murah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal tersebut sangat menimbulkan kekhawatiran petani daun gambir. Nela Hari Zona, seorang perempuan asal Sumatera Barat ikut merasakan kerja keras orang tuanya yang bekerja sebagai petani gambir. Ia prihatin dengan masa depan keluarga dan para petani gambir umumnya. 

Namun perempuan muda lulusan Universitas Sumatera Utara angkatan 2009 ini tidak ingin meratapi kesedihan. Dengan semangat dan gigih, Nela mencoba berbagai cara menjadikan daun gambir menjadi olahan baru dan diminati masyarakat luas. Lalu, muncul ide cemerlang menjadikan daun gambir sebagai produk teh herbal.

Nela memanfaatkan kandungan gambir yang multi khasiat dan dikemas dalam teh herbal racikan. Usahanya berhasil. Masyarakat mulai meminati karyanya. Terlebih bagi mereka yang sudah sejak lama mengetahui berbagai manfaat daun gambir. Dengan membaca berbagai literatur terpercaya dan berbagai eksperimen berulang kali, akhirnya Nela menemukan formula yang tepat.

Pada 2015, Nela pun mantap mendirikan usaha yang diberi nama Lamaza, lengkapnya adalah minuman kesehatan teh gambir lamaza. Bisnis Nela meski berdiri secara mandiri, tetap harus ada pihak lain yang ikut terlibat. Dalam hal ini, Nela mengikuti berbagai ajang prestasi usaha yang diselenggarakan pemerintah lokal.  Produk Lamaza pun dua kali berturut-turut mewakili daerah sebagai produk inovasi desa.

Modal awal usaha Lamaza sebesar Rp5 juta semakin berkembang, karena respon positif masyarakat semakin luas. Nela berhasil menjual teh gambir hasil racikannya itu hingga 16 ribu cup. Ikhiar Nela ini juga sukses membuka lapangan kerja baru untuk masyarakat.

Tekad kuat Nela untuk terus mengupayakan agar gambir tidak lenyap pun tercapai. Untuk semua usahanya itu Nela mendapat anugerah SATU Indonesia Awards 2022.

Pembaca bisa mengikuti juga bisa mengikuti jejak Nela dengan mengikuti ajang SATU Indonesia Awards 2023 yang diselenggarakan Astra. Berbagai benefit seperti modal, pelatihan khusus akan diperoleh jika nantinya memenangkan awards. Segara daftarkan jenis usaha terbaikmu melalui laman website: sia.astra.co.id.

Ikuti tulisan menarik Advist Khoirunikmah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu