x

Iklan

Kasdin Basri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Desember 2022

Rabu, 16 Agustus 2023 18:21 WIB

Post Power Syndrome, Ketika Kekuasaan Sulit Dilepaskan

Post Power Syndrome adalah fenomena yang menarik dan kompleks yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari politik hingga bisnis. Kesulitan melepaskan kekuasaan setelah masa jabatan berakhir bisa menjadi tantangan besar bagi banyak orang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kekuasaan adalah sebuah entitas yang menggiurkan dan mendebarkan. Memegang kendali atas situasi atau orang lain bisa memberikan kepuasan dan kebanggaan. Namun, ada saat-saat di mana seseorang kesulitan melepaskan kekuasaan, bahkan setelah masa jabatan mereka berakhir. Fenomena ini dikenal dengan istilah post power syndrome. Melalui tulisan ini, kita akan mengupas lebih lanjut tentang fenomena ini, melihat faktor penyebabnya, dan membahas dampaknya dalam berbagai konteks.

Salah satu pertanyaan yang kerap muncul adalah mengapa seseorang sulit melepaskan kekuasaan. Jawabannya bisa jadi lebih rumit daripada yang kita bayangkan. Pertama, identitas seseorang seringkali terkait erat dengan posisi atau wewenang yang mereka pegang. Ketika peran tersebut berakhir, mereka mungkin merasa kehilangan bagian dari diri mereka sendiri. Identitas yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun tiba-tiba menjadi kabur, dan ini bisa sangat menakutkan.

Kedua, rasa ketidakpastian tentang masa depan dapat mendorong seseorang untuk terus mencoba mempertahankan kendali. Ketika posisi berakhir, pikiran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya bisa menjadi luar biasa menakutkan. Mereka mungkin merasa tidak siap untuk menghadapi perubahan besar dalam kehidupan mereka dan sebagai respons mempertahankan sedikit kekuasaan yang mereka miliki, Ini memberi mereka perasaan sedikit pengendalian di tengah gejolak yang tidak pasti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam dunia politik, fenomena post power syndrome dapat terlihat jelas. Seorang pemimpin politik yang telah berakhir masa jabatannya mungkin masih mencoba memengaruhi kebijakan atau berusaha mempertahankan pengaruh mereka. Ini bisa berdampak negatif pada proses demokrasi dan merugikan masyarakat yang menginginkan perubahan.

Terkadang, seseorang yang pernah berkuasa bahkan dapat terjerat dalam praktik korupsi atau penyalahgunaan wewenang dalam upaya untuk mempertahankan kendali. Mereka mungkin merasa bahwa hanya mereka yang tahu apa yang terbaik bagi negara atau wilayah tersebut, dan mereka bersikeras untuk tetap memiliki pengaruh. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami dampak dari fenomena ini dan mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya.

Dalam dunia bisnis, kasus post power syndrome juga bisa terjadi. Seorang CEO yang telah pensiun mungkin masih mencoba mempengaruhi keputusan atau mengintervensi dalam operasi perusahaan. Meskipun niatnya mungkin baik, tindakan semacam ini dapat mengganggu inovasi dan perkembangan organisasi.

Penting bagi pemimpin bisnis untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang pentingnya melepaskan kekuasaan dengan elegan setelah masa jabatan mereka berakhir. Mereka harus memastikan bahwa ada transisi yang mulus dan memungkinkan generasi berikutnya untuk tumbuh dan berkembang. Tidak hanya itu, tetapi mereka juga harus merangkul perubahan dengan penuh semangat, membuka pintu bagi ide-ide baru dan pandangan segar yang dapat membawa organisasi ke arah yang lebih baik.

Mengatasi fenomena ini memerlukan kesadaran dan langkah-langkah strategis. Pertama-tama, individu yang mengalami fenomena post power syndrome perlu mengakui bahwa perubahan telah terjadi dan masa jabatan mereka telah berakhir. Ini adalah langkah pertama yang penting menuju penerimaan dan pemulihan.

Selanjutnya, penting bagi mereka untuk mencari peluang baru yang memungkinkan mereka untuk terus berkontribusi dan merasa relevan. Ini bisa termasuk menjadi penasehat, mentor, atau terlibat dalam kegiatan sukarela. Dengan cara ini, individu tersebut dapat merasa bernilai tanpa harus mempertahankan kendali penuh.

Mengembangkan mentalitas terbuka terhadap pembelajaran sepanjang hayat juga merupakan langkah yang sangat penting. Seseorang harus siap menerima bahwa ada banyak hal yang bisa dipelajari dari orang lain, terlepas dari posisi mereka dalam hierarki.

Sebagai penutup,post power syndrome adalah fenomena yang menarik dan kompleks yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari politik hingga bisnis. Kesulitan melepaskan kekuasaan setelah masa jabatan berakhir bisa menjadi tantangan besar bagi banyak orang. Namun, dengan kesadaran, pemahaman, dan langkah-langkah strategis, seseorang dapat mengatasi fenomena ini dengan cara yang sehat dan positif.

Semakin banyak kita berbicara tentang fenomena ini dan mengajak diskusi, semakin besar kemungkinan kita untuk mencegah dampak negatifnya dan mempromosikan transisi yang lancar ke fase baru dalam kehidupan. Masyarakat juga berperan dalam mendukung individu-individu yang mengalami post power syndrome, membantu mereka menjalani proses transisi dengan dukungan dan rasa hormat. Dengan demikian, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, kolaboratif, dan inovatif.

Ikuti tulisan menarik Kasdin Basri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 jam lalu

Terpopuler