x

Ilustrasi oleh Pete Linforth Pixabay.com

Iklan

Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki.
Bergabung Sejak: 28 Mei 2022

Kamis, 7 September 2023 13:37 WIB

Mengidentifikasi Kualitas Pikiran Masyarakat dari Kualitas Udara Sekitar

Pikiran masyarakat paling dominan yang dapat dideteksi dari kualitas udara sekitarnya berdasarkan sifat alam yang diuraikan dalam esensi Kitab Suci Veda.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam uraian Bhagavadgita sifat alam ada 3 yakni:

  • Sattvam: Kebaikan (dipenuhi kehidupan alam yang penuh harmoni, kedamaian lagi sejuk)
  • Rajas: Nafsu (dipenuhi kehidupan alam yang berlandas kekuasaan dan kekuatan)
  • Tamas: Kegelapan/Abai (dipenuhi kehidupan yang materialistik)

Saat ini kita mengalami masa Zaman Kaliyuga yang sudah berjalan selama 5000 tahun setelah kematian cucu Arjuna, Parikesit, yang mana sifat alam paling dominan di zaman ini adalah sifat alam Tamas.

Semakin melekat sifat alam Tamas di muka bumi, maka karakter manusia makin materialistik dan selalu dipenuhi pemikiran akan hasrat kepuasan materi diatas semua kepuasan yang ada dimuka bumi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yang mencirikan atmosfer muka bumi sudah dipenuhi sifat alam Tamas adalah polusi udara yang makin hari makin mengkhawatirkan, dan hal ini memang relevan dengan apa yang dipikirkan mayoritas masyarakat yang dipenuhi udara berpolusi, diantaranya:

  • Kendaraan bermotor makin padat di kediaman manusia tersebut.
  • Menjulangnya bangunan-bangunan tinggi yang menghabiskan sumber daya energi listrik.
  • Membludaknya industri yang menyebabkan pencemaran udara.
  • Masyarakat tidak bisa lepas dengan benda-benda berteknologi seperti gawai dan lainnya, menjadi kebutuhan utama.
  • Listrik menjadi sangat dibutuhkan perannya, akibatnya banyak terjadi pengerukan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.

Kualitas udara yang dipenuhi polusi ini semakin mempengaruhi pola pikir masyarakat. Dan dampak dari sifat alam Tamas salah satunya ketika pemenuhan material menjadi hal yang paling diutamakan, dan standar kebahagiaan masyarakat adalah keinginan yang didasarkan pada benda, artinya uang benar-benar menjadi yang paling dicari pada peradaban tersebut, karena dengan uang, benda-benda yang diharapkan masyarakat tersebut bisa mereka dapatkan.

Tentu ini sangat membahayakan kelangsungan alam dunia. Pepohonan makin diabaikan eksistensinya diganti dengan tiang tiang besi untuk memasok listrik dan kabel utilitas untuk kebutuhan internet dan lainnya. Hal ini memang sudah terlihat di masyarakat perkotaan. Jalanan disibukan dan dipadati oleh kendaraan bermotor yang menyumbang sejumlah polusi udara yang membuat kesehatan masyarakat terabaikan, yang berakibat pada kesehatan masyarakat itu sendiri.

Dampak besar dari sifat alam Tamas yang makin melekat di masyarakat yaitu karakter manusia berubah menjadi penipu, manipulatif, dan egois. Karena kepuasan bendawi diutamakan daripada kepentingan manusiawi. Kita lihat saja pada fenomena oknum-oknum yang mencari keuntungan dengan cara menipu hanya demi memenuhi hasrat materialistisnya dengan mengorbankan manusia atas apa yang dimilikinya.

Lantas apa yang mesti diperbuat agar sifat alam Tamas tidak makin melekat dalam peradaban masyarakat? Yakni dengan mengucap nama suci Tuhan sesuai keyakinan yang paling kuat secara beramai-ramai, dan selalu menaruh harapan pada-Nya melebihi harapan kepada selain daripada-Nya, niscaya secara berangsur-angsur kesadaran masyarakat meningkat, dan keinginan manusia akan termurnikan dengan sendirinya.

Dari keinginan bendawi (materialistik), kelak akan meningkat menuju keinginan luhur yakni mensejahterakan makhluk hingga keinginan akan melaksanakan prinsip berketuhanan. Dan hal ini sudah ditegaskan dalam Kitab Suci Veda, memang pada prinsipnya di zaman Kaliyuga (zaman saat ini) yang dapat memurnikan kesadaran manusia adalah pengucapan nama suci Tuhan dengan berulang-ulang, beramai-ramai, dan konsisten, karena kita melibatkan Kemahakuasaan Tuhan untuk memurnikan pikiran kita, hanya melalui Nama Suci-Nya.

Cimahi, 6 September 2023.

Ikuti tulisan menarik Indrian Safka Fauzi (Aa Rian) lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu