x

Kreatifitas

Iklan

Heriyanto Helmi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 September 2023

Rabu, 6 September 2023 12:36 WIB

Penguatan Karakter Pelajar Pancasila di Era Digital

Memahami era digital akan ikut membantu memastikan bahwa kita membangun hubungan sosial ekonomi yang berkelanjutan baik dengan teknologi maupun dengan pengetahuan canggih yang dibantu oleh teknologi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Era digital dicirikan dengan adanya teknologi yang dapat meningkatkan kecepatan dan  besarnya perputaran pengetahuan dalam perekonomian dan masyarakat (Shepherd, 2011). Era Digital dapat dianggap sebagai perkembangan dari sebuah sistem evolusioner dimana perputaran pengetahuan tidak hanya tinggi, akan tetapi juga semakin di luar kontrol manusia sehingga membuat masa dimana hidup kita semakin sulit untuk dikelola. Implikasi sosial dari era digital sangat besar dan akan meningkat karena fungsi teknologi menjadi lebih berbasis pengetahuan.

Memahami era digital akan ikut membantu memastikan bahwa kita membangun hubungan sosial ekonomi yang berkelanjutan baik dengan teknologi maupun dengan pengetahuan canggih yang dibantu oleh teknologi. Era digital telah banyak mengubah cara hidup dan bekerja kita dengan menciptakan masyarakat berbasis pengetahuan. Seiring berjalannya waktu, era digital akan berdampak sama pada seluruh bidang kehidupan termasuk pendidikan.

Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat (Chairunnisa, 2018). Aspek kesiapan tersebut salah satunya melalui budaya yang sesuai dengan Pancasila. Hal ini dikarenakan salah satu tujuan dasar pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Pembentukan ini tujuannya menjadikan generasi yang berakhlak mulia (Thaariq, 2018). Tujuan ini sangat sesuai dengan sila- sila yang terdapat pada Pancasila.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pancasila merupakan ideologi yang mendasari rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu karakteristik penting Pancasila adalah orientasinya terhadap waktu dan penilaiannya tentang pentingnya masa lalu. Tiap-tiap sila dari Pancasila perlu diajarkan pada anak sejak usia dini. Hal ini bertujuan membangun generasi muda yang berjiwa pancasila dan mampu membangun bangsanya sendiri (Putri and Dewantara, 2018). Pengajaran tersebut dapat melalui pembudayaan sejak dini.

Pembudayaan ini guna penanaman pendidikan karakter bagi peserta didik. Pendidikan karakter sangat perlu untuk menunjang berbagai aspek kehidupan (Rahmah, 2018). Pendidikan karakter dapat diimplementasikan di sekolah melalui beberapa strategi serta pendekatan meliputi pengintegrasian nilai dan etika pada setiap mata pelajaran, nilai positif dari pendidik, pembiasaan, pemberian contoh teladan dan pembudayaan (Marysa et al., 2015). Tujuan pendidikan karakter adalah sebagai landasan generasi yang lebih baik dan berkarakter mulia (Rahmah, 2018).

Identifikasi karakter yang harus dimiliki oleh setiap individu adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan sikap tanggung jawab (Bachtiar, 2013).

Meski peranan pendidikan karakter begitu penting, namun banyak permasalahan terkait karakter peserta didik di Indonesia. Contohnya, pada kasus tawuran di Indonesia, berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia pada tahun 2018, sebanyak 14 persen siswa terlibat dalam tawuran (Firmansyah, 2018). Pada kasus kekerasan dan bullying dalam dunia pendidikan, berdasarkan data yang sama terdapat 41 kasus atau 25,5 persen anak pelaku kekerasan dan bullying dan sebanyak 36 kasus atau 22,4 persen merupakan korban kekerasan dan bullying (Novianto, 2018; Nurita, 2018). Kedua kasus tersebut merupakan sebagian kecil dari banyaknya permasalahan pendidikan karakter di Indonesia. Permasalahan tersebut juga tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi negara.

Pengelolaan pendidikan karakter di sekolah sangat kompleks. Program pendidikan karakter jarang menekankan kerangka moral dimana karakter dikembangkan, tetapi lebih berupa campuran konstruksi behavioris dan sosial kognitif. Pendidikan Karakter lebih fokus pada prestasi akademik dibanding penekanan karakter yng dibentuk dalam proses pendidikan karakter. Implementasi pendidikan karakter yang kurang efektif patut diduga sebagai salahsatu penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam hal argumentasi moral. Hasilnya menunjukkan sebagian besar pelajar kurang dalam integrasi pendidikan karakter dalam konteks kehidupan di masyarakat (Fatah, 2021).

Pengelolaan pendidikan karakter yang dilaksanakan satuan pendidikan dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah: pertama, sosialisasi ke pemangku kepentingan satuan pendidikan seperti masyarakat, komite sekolah, dan lembaga lain yang terkait; kedua, melalui pengembangan kegiatan sekolah; ketiga, kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan, pembelajaran berbasis kerja, dan ICARE (Intoduction, Connection, Application, Reflection, Extension) dan; keempat, melalui pengembangan budaya di sekolah dan pusat kegiatan belajar yang dilaksanakan dalan kegiatan rutin seperti upacara, piket kelas, salat berjamaah, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, serta mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman (Alawiyah, 2012, pp. 87–101).

Selaras dengan hasil dari berbagai literatur terkait dengan fungsi dari pendidikan yang mana pendidikan merupakan kunci utama dari sebuah perubahan. Sebagai bentuk salah satu upaya dalam rangka menyiapkan generasi emas Indonesia 2045 dengan penguatan profil pelajar. Pancasila diharapkan mampu menjadi garda utama dalam pembentukan karakter generasi emas Indonesia profil pelajar Pancasila merupakan suatu karakter serta kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya suatu satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila dan esktrakurikuler (Sulastri et al2022).

Penguatan karakter ini diharapkan dapat diterapkan sedini mungkin sebagai upaya penguatan karakter peserta didik sehingga tercipta generasi emas yang memiliki kualitas terbaik unggul produktif dan berkarakter. Sejak beberapa puluh tahun terakhir para pendidik dan praktisi pendidikan di seluruh belahan dunia mulai menyadari bahwa mempelajari hal-hal di luar kelas ternyata dapat membantu peserta didik memahami bahwa belajar di satuan pendidikan memiliki hubungan erat dengan kehidupan sehari-hari. Seperti halnya sebelum itu jauh di masa lalu Ki Hajar Dewantara telah menegaskan akan pentingnya peserta didik mempelajari hal-hal di luar kelas, namun kita ketahui selama ini pelaksanaan hal tersebut belum dapat optimal.

Kemudian saat ini mulai diangkat kembali filosofi dari Ki Hajar Dewantara tersebut, juga dengan semboyannya yakni Ing Ngarso Sung TulodhoIng Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani yang memiliki arti yang ditujukan kepada guru yang meberikan pembelajaran dan bimbingan kepada peserta didiknya dari pendidikan sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional atau Undang-Undang Sisdiknas Pasal 3 (Sugiarta et al2019). Semboyan tersebut saat ini sedang trend dan mulai dikaji mendalam serta dijadikan pijakan dalam merancang kurikulum yang saat ini mulai diterapkan di Indonesia yakni Kurikulum Merdeka Belajar, serta mulai gencar dalam implementasi penguatan profil pelajar Pancasila sebagai upaya menyiapkan generasi emas 2045 (Rahayu et al., 2022).

Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya teknologi informasi, berdampak pada perubahan karakter masyarakat yang jauh dari beradab. Pemanfaatan media berbasis teknologi informasi yang mudah, murah dan nyaris tanpa batasan menjadi salah satu faktor pentingnya. Perlu kerjasama yang aktif dan konsisten baik masyarakat sekolah dan pemerintah dalam upaya menguatkan kembali karakter bangsa. Ketiganya baik formal maupun informal menjadi poin penting demi menjaga dan memperkuat karakter dan budaya serta moral bangsa khususnya pelajar di masa mendatang.

Terkhusus membangun karakter dan budaya berlandaskan Pancasila yang bernilai religius, kekeluargaan, keselarasan, keadilan dan kerakyatan. Bagaimanapun penerapan dari perkembangan teknologi dan informasi dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia Indonesia khususnya dari sisi karakter dilakukan dengan metode kompetitif dan inovatif tanpa meninggalkan identitas dan falsafah bangsa. Karena sejatinya ilmu pendidikan yang tidak lahir dan tumbuh dari tanah yang diabdinya tidak akan pernah mampu melahirkan potensi yang muncul di tanah tersebut.

 

Ikuti tulisan menarik Heriyanto Helmi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler