x

Buya Hamka, Jakarta, 1981. Dok.TEMPO/Ed Zoelverdi

Iklan

MUUFI

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 Oktober 2022

Kamis, 7 September 2023 13:19 WIB

Menggali Bahagia dari Seorang Hamka

Buku Tassawuf Modern karya Prof, Dr H. Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) berisi penacrian arti bahagia. Sesuatu yang setiap orang tidak mudah mendapatkannya. Buku ini juga merupakan kritikan bagi kaum yang menggangap diri mereka sufi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Buku tassawuf modern karya sastrawan sekaligus tokoh Islam terkenal Prof, Dr H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) ialah buku yang begitu membekas kedalam jiwa orang-orang pembaca, buku ini ialah mencari kesungguhan dari arti “Bahagia” yang setiap orang tidak mudah untuk didapatkan kebahagaian tersebut. Buku ini juga  merupakan kritikan bagi kaum yang menggangap diri mereka "sufi" yaitu menghindarkan diri mereka dari kehidupan dunia dan lebih berpenting pada kehidupan akhirat, mereka rela melarat dalam kehidupan dunia, mereka mengharamkan yang seharusnya tidak haram. padahal menurut HAMKA Islam mengelorakan semangat berkorban, semangat mencari rezeki yang berkah, semangat terus berjuang dalam kebaikan-kebaikan.

Kehidupan semakin hari semakin berjalan cepat dengan arus teknologi yang berkembang pesat ketika ini, manusia menikmati berbagai teknologi dengan mudah tanpa perlu berupaya lain untuk mendapatkan berbagai macam kebutuhan. Kehidupan dunia saat ini membawa manusia merasakan banyak kemudahan. Lantas apakah semuanya apakah buruk jadinya, semuanya bergantung pada seberapa jauh pengetahuan kita tentang apa yang kita gunakan apakah untuk kebaikan atau untuk kedzaliman saja.

Hamka dalam bukunya “tassawuf modern” mengajarkan kita untuk mengokohkan semangat menjadikan keidupan dunia seabagi ladang yang menumbuhkan berbagai macam kebaikan-kebaikan, menelurkan manfaat-manfaat yang dapat dinikmati oleh banyak orang, melahirkan pemikiran-pemikiran yang cemerlang sebagai inspirasi bagi orang-orang yang menjadikannya manusia yang berguna.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Bahagia” kata ini seperti sebuah misteri dalamnya lautan dan jauhnya Bintang-bintang yang terang ketika malam tiba, ia sulit dinikmati dan dijelaskan dengan patri. Kadangkala kata Hamka orang Bahagia itu ketika miskin telah mendapatkan uang yang banyak maka ia Bahagia, sementara yang lain Bahagia ialah terdapatnya kemuliaan dan kemahsyuran nama yang senantiasa harum dimasyarakat, mentereng orangnya, menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, di puja puja ia. (orang fakir mengakatan kebahagiaan itu pada kekayaan sementara orang sakit mengatakan Bahagia pada Kesehatan). Begitulah kira-kira narasi Hamka dalam bukunya ini.

Bahagia memang begitu luas nikmatnya, manusia bisa merasakan Bahagia dalam setiap benak mereka masing-masing, setiap kebahagian yang dirasakan pun berbeda-beda ada yang Bahagia ketika ia kaya, ada yang masih Bahagia walaupun ketika mereka melarat. Apabila kita menarik kemasa saat ini dapat kita ambil contoh dari informasi yang baru ini saya dapatkan mengenai Yogyakarta menjadi provinsi paling Bahagia meskipun masyarakatnya hidup dalam kesederhanaan  (koreksi jika penulis salah). Pun jika kita bertanya kepada setiap orang yang kita temui apa arti dari Bahagia mereka akan menjawab dengan jelas bahwa Bahagia terletak dalam setiap diri mereka masing-masing.

Akan tetapi satu hal yang ditekankan Hamka dalam buku ini mengenai Bahagia, ialah ketinggian “akal” sebagaimana yang ia ungkapkan berdasarkan pendapat Nabi Muhammad SAW, derajat Bahagia bagi seorang manusia itu berdasakan derajat akalnya, akal yang mampu membedakan antara yang baik dan buruk, akal menerangkan segala pekerjaan, akal yang menyelidiki hakikat dan kejadian dari segala sesuatu dalam perjalanan kehidupan dunia. Kesempurnaan akallah yang menjadi kesempurnaan Bahagia.

Hal tersebut mudahnya diibaratkan Hamka pena dengan tinta emas tidak ada gunanya bagi orang yang tak pandai menulis, apalah harga intan berlian bagi seorang yang gila. Artinya itulah sebab kita harus meninggikan akal kita supaya dapat juga kita mencapai Bahagia yang sejati.

Satu kutipan dari Hamka yang begitu berkesan dalam buku ini ialah “bertambah luas akal manusia maka bertambah luaslah hidupnya, bertambah juga Bahagia”  Bagi penulis sendiri Bahagia ialah bisa menjadikan setiap momentum menjadi kebermanfaatan bagi yang lainnya, karena apalah guna akal yang tinggi jika tidak memberi kesan baik pada orang, apalah guna tinggi ilmu jika tidak dibagi kepada sesama.

Ikuti tulisan menarik MUUFI lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu