x

Iklan

Juli Wuliandari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 8 September 2023

Jumat, 8 September 2023 19:03 WIB

Kolaborasi Pengembangan Sutera Attakas Membantu Pengrajin Banyumas Mengamankan Bahan Baku

Serangga adalah organisme yang paling banyak dan beragam di muka bumi, dan mereka memainkan peran penting dalam kesehatan dan fungsi ekosistem (misalnya penyerbukan, herbivora, siklus nutrisi, predasi/para-sitisme, dan makanan bagi vertebrata). Mereka adalah organisme-organisme kecil yang mengatur dunia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada pagi hari di bulan Oktober 2022 lalu, Mas Kamso petugas lapangan kami tergopoh-gopoh melaporkan, "Bu..ini ada kupu Gajahnya muncul dua ekor di kebun," tuturnya singkat di wa-grup disertai beberapa foto. Benar saja, setibanya dilokasi tim kami terpukau menyaksikan  keanggunan seekor ngengat betina yang berada di ambang kepunahan hinggap dengan anggunnya di pohon mahoni di fasilitas mini-plant kebun tanaman pakan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Tepat disampingnya seekor jantan liar menunggu untuk memadu kasih dan diharapkan menghasilkan ratusan telur hasil persilangan betina penangkaran dan jantan liar yang nantinya akan menjamin keanekaragaman genetik dan menjaga masa depan ngengat menakjubkan namun kurang dikenal ini.

Sementara itu, 20 kilometer dari kebun UMP, nun jauh di atas pegunungan kendeng sisi selatan lembah serayu atau tepatnya di desa Tanggeran kecamatan Somagede Banyumas, grup wa anggota kelompok pengrajin tenun setempat juga berdering. Ramai perbincangan grup yg rata rata anggotanya adalah ibu ibu setempat saling komen bersautan. “Wah subur ya kebun dan kupunya besar banget”..kata bu Sawi karsadiwirya, “semoga kita segera bisa bikin tenun sutera yang bagus..”, lanjutnya. “Yuh mangkat ning UMP, Inyong rep longok uler keket ngrokoti godong mahoni (Ayo gaes OTW, kita lihat ulat attakas makan daun mahoni)”, timpal pak Mudiono yang juga ketua kelompok pengrajin tenun desa setempat. Kelompok “Mudi Tenun” adalah mitra kami dalam program MF-Kedaireka 2022 yang baru lalu.

Program berawal dari keluhan pengrajian akan langkanya bahan baku kepompong sutera attakas (Attacus atlas). Menurut ketua Kelompok Perajin, Mudiono, informasi tentang peluang dan nilai ekonomi sutera mahoni membuat banyak masyarakat yang tertarik untuk mengekploitasi sumber bahan baku kepompong dari alam. Sebelumnya pada tahun 2019 lalu Pemerintah Kabupaten Banyumas telah mendorong pengembangan Kampung Tenun Lurik di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Banyumas dengan menjadikan produknya sebagai salah satu seragam ASN pemerintah daerah. Namun demikian Pada Oktober 2021, para pemintal kesulitan bahan baku akibat ketidakpastian pasokan bahan baku dari alam. Tidak hanya di tingkat pemintal benang yang produksi menjadi mandek, dampak pasokan kepompong ulat mahoni yang terlambat juga berpengaruh di perajin kain sutera.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pengambilan kepompong yang berlebihan dari habitat aslinya berdampak menipisnya populasi ulat sutera liar sehingga keseimbangan alaminya terganggu. Kerusakan habitat dan fragmentasi populasi ulat sutera attakas yang tumbuh di alam akibat aktivitas manusia merupakan faktor utama yang mengurangi keanekaragaman hayati. Populasi ini semakin mengalami tekanan yang tidak terkendali seiring dengan ekploitasinya sehingga mengalami penurunan ukuran populasi. Peristiwa kepunahan biasanya mewakili proses penurunan yang berkepanjangan dan tidak bisa direkonstruksi menggunakan studi jangka pendek. Ada kebutuhan mendesak untuk penyelidikan genetik populasi alami yang sedang dalam proses penurunan populasi attakas sebelum punah. Maka dalam situasi kritis ini, perhatian harus diberikan untuk perlindungan dan konservasi spesies sutera-liar (attakas), sembari memberikan solusi masalah kelangkaan bahan baku pengrajin tenun setempat.

Attacus atlas (attakas) adalah salah satu sumber hayati berupa ngengat sutra liar yang secara alami membuat kepompong sutera berwarna coklat. Ngengat eksotis ini kerap dianggap sebagai ngengat terbesar di dunia dengan rentang sayap bisa mencapai 25 cm (10 inch). Sayap Attacus mempunyai tanda yang khas yaitu noktah menyerupai mata ular dengan bintik hitam dan garis merah yang sangat jelas, oleh sebab itulah ngengat ini disebut Attacus atau sang penyerang. Di Jawa Attakas sering disebut kupu gajah kemungkinan karena ukuran tubuhnya yang besar. Dalam bahasa Bali disebut kupu barong karena coraknya yang menyerupai barong. Ulatnya yang bertubuh besar dikenal sebagai ulat keket atau ulat jedung.

Dimasa kecil dahulu sebelum ada teknologi gadget sudah jamak anak-anak asyik bermain dengan peraga seadanya, termasuk kami sering membuat mainan dari tangkai daun pepaya sambil kami mendendang lagu dolanan bocah jawa, “..Ler keket uler jedung pencokanmu telo gantung..”, (Ulat keket si ulat jedung, hinggaplah kau di pohon pepaya). Ingatan masa kecil itulah yang memicu minat dan kekaguman saya akan ngengat dari keluarga saturniidae ini dan menjadikannya subjek penelitian. Sebagai insan dikti di Universitas Muhammadiyah Purwokerto kami membuat komitmen jangka panjang untuk mengkaji pengetahuan, pemanfaatkan, konservasi dan pengembangan serat sutera-liar. Kami  telah melakukan  penelitian berbagai aspek biologi, tehnologi budidaya dan aspek sosial-ekonomi serangga jenis sutera liar di fakultas FKIP prodi Biologi sejak tahun 2000.

Program MF-Kedaireka FKIP-UMP 2022: “strategi pengembangan agrobisnis dan produksi kain tenun  sutera attakas (Attacus atlas) di kabupaten Banyumas”  antara Universitas Muhammadiyah Purwokerto  dengan mitra yaitu Pemerintah Desa Tangeran dan Kelompok Pengrajin Tenun “Mudi Tenun” ditujukan untuk  memulai kolaborasi antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha sutera Attakas dalam proses hilirisasi inovasi. Program dilakukan dengan cara membangun   mini-plant  budidaya ulat sutera attakas sebagai fasilitas transfer skill dan knowledge metode dan teknik pembibitan (eggs production) dan budidaya tanaman pakan (morikultur), budidaya ulat sutera attakas (serikultur) serta teknik pengolahan kokon (filatur) sebagai teknologi tepat guna dan solusi masalah kesinambungan suplai bahan baku di kalangan industri.

Pada awal 2023 lalu, melihat antusiasme masyarakatnya dan juga keberhasilan program serta memperhatikan saran reviewer pada saat kegiatan monev eksternal, Bapak Rawan dan ibu Susi masing masing kepala dan sekretaris desa Tanggeran bersemangat menyiapkan anggaran sebesar 220.000.000 dana desa di tahun anggaran 2023 untuk kelanjutan program. FKIP-UMP bekerja sama dengan mitra yaitu Pemerintah Desa Tanggeran, melalui skema Pengembangan Desa Mitra ( IbM PDM) akan mengadakan program lanjutan berupa: Pengembangan Budidaya dan Kerajinan Tenun Sutera Attakas berbasis Agroforestry dan Community Based Tourism di Banyumas yang akan dilaksanakan di wilayah dataran tinggi Tanggeran kawasan pegunungan Kendeng Selatan, di bagian timur Banyumas.

 

Ikuti tulisan menarik Juli Wuliandari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu