x

seorang wanita membakar uang

Iklan

alifa justisia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 September 2023

Rabu, 13 September 2023 21:13 WIB

Mencapai Financial Freedom, Situasi Istimewa di Kalangan Anak Muda?

Bagi generasi anak 90-an, dapat mencapai financial freedom bisa menjadi keistimewaan tersendiri. Statement ini tidaklah berlebihan apabila kita melihat fenomena anak muda sudah terlilit utang terbilang masif.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bagi generasi anak 90-an, dapat keluar dari financial freedom bisa menjadi keistimewaan tersendiri. Statement ini tidaklah berlebihan apabila kita melihat fenomena anak muda sudah terlilit utang terbilang masif.

Sebuah laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, anak muda sudah merajai peminjaman secara online di tahun 2023. Tak tanggung-tanggung, dituliskan bahwa jumlah rekening aktif untuk kategori usia 19ー34 tahun bahkan mencapai 10.91 juta penerima. Nilai pinjamannya pun tak kalah fantastis, yakni Rp26,87 triliun pada Juni 2023.

Yang lebih mirisnya lagi, generasi usia lebih muda di bawah 19 tahun juga sudah mencatatkan rekor utang online-nya. Sedangkan di kelompok umur yang lebih ‘tua’ (di atas 35 tahun), angka pinjaman jauh lebih sedikit dibandingkan anak millennial.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengejutkan? Antara ya dan tidak. Pertanyaannya adalah mengapa?

Di Sana Ada Kemudahan, Di Situ Jadi Godaan

Hal paling mudah yang bisa disorot dari fenomena anak muda terkena utang adalah berbagai kemudahan syarat pinjam yang disediakan berbagai platform, baik yang legal maupun ilegal sekalipun. Paylater namanya atau ‘beli sekarang, bayar entaran’.

Ibaratnya sekali klik, uang datang. Syaratnya notabene lumayan mudah. Biasanya berusia di atas 18 tahun, ada kartu identitas, ada nomor jaminan yang bisa dihubungi, lalu tuntas!

Sayangnya, dorongan milenial terjerat utang online juga dipengaruhi oleh iklan-iklan khas anak muda yang menarik. 

Bahkan, tidak jarang promosi-promosi menggiurkan seperti promosi diskon atau free bunga di bulan pertama menarik hati para pembeli.

Kalau seperti ini yang terjadi, bagaimana bisa kabar anak muda terjerat pinjol jadi malah mengejutkan?

Kalau saja aturan paylater justru diperketat atau iklan yang disebar menimbulkan rasa takut layaknya foto perokok, dijamin, keinginan untuk berutang paling tidak jadi dipikir dua kali.

Mungkinkah Millennial Bisa Financial Freedom?

Financial freedom secara harfiah berarti seseorang memiliki kondisi keuangan yang stabil, mampu memenuhi kebutuhan dirinya, punya tabungan, dan bebas utang.

Lantas, apakah anak muda bisa berada di situasi ini? Jawabannya adalah bisa. Sebab, anak muda masa kini juga sebenarnya ‘lebih pintar’ mencari uang. Jangan ditanya bagaimana. Lihat saja startup dan content creator di berbagai media sosial, siapa yang paling mendominasi?

Belum lagi mereka mampu meraup keuntungan hingga milyaran rupiah pada bidang yang disukainya. Bisa dikatakan, generasi masa kini bertahan hidup dengan plus-plus, sudah dalam keberuntungan, minat yang tinggi, dan ditambah bekerja keras pula.

Mereka seakan dilahirkan lebih banyak untuk membuka pekerjaan dan mendirikan istananya sendiri, bukan ikut bekerja dengan orang lain. Prinsip yang bagus, bukan?

Godaan millennial yang sebenarnya adalah menahan impulsive buying dan belajar tidak mengecilkan resiko pinjaman online.

Laman Kemenkeu malah menyebutkan bahwa meremehkan pengambilan keputusan dalam keuangan adalah membeli suatu barang dengan cara kredit atau berutang. Terlepas dari berbagai kemudahan yang ada, bukan tidak mungkin seseorang kurang menyadari bahwa dengan meninggalkan tagihan, penghasilannya akan berkurang di bulan-bulan berikutnya.

Masalahnya adalah tujuan kredit ini apa? Kalau kebutuhan dan bisa menghasilkan pemasukan aktif, sah-sah saja dengan perhitungan yang cermat. Namun, kalau itu untuk hal yang konsumtif, maka bisa jadi kredit akan mempersulit kehidupan di masa mendatang.

Edukasi tentang manajemen keuangan, bahkan sesimpel menabung sedari dini memang tak kurang-kurang selalu digalakkan. Malahan, sudah banyak wadah penyedia instrumen tabungan yang tak kalah dikemas dengan ala kekinian, seperti saham, reksadana, deposito dan atau Peer to Peer Landing. Pilih yang paling nyaman, resiko paling sesuai, dan bisa konsisten dengan itu.

Mahalnya Sebuah Kondisi Damai pada Keuangan

Langkah memulai paling mudah dan realistis sebetulnya adalah menyadarkan diri sendiri, bahwa sederhana dalam hidup itu indah. Perjuangan untuk menahan diri dari keinginan bela-beli itu akan melahirkan suatu keputusan yang bijaksana.

Betul, bijaksana dan bukan kekikiran. Ini artinya, ambil yang menjadi kebutuhan, tetapi jangan merasa bersalah untuk menyenangkan diri. Kalau sandwich generation, bisa berbeda cerita. Akan tetapi, masih punya asa.

Perasaan damai tanpa kekhawatiran dikejar-kejar utang juga patut diperjuangkan. Bukankah gen millennial selalu mengagung-agungkan kesehatan mental?

Namun, kembali lagi, ini adalah salah satu tantangan khas masa masa kini yang harus dihadapi, menjadi pribadi yang mampu mencapai financial freedom dan menciptakan ekosistem serupa sampai generasi selanjutnya.

Jangan sampai, pilihan instrumen tabungan yang sudah bagus dan mudah digunakan, kalah dengan godaan potongan bunga yang ‘hanya’ bertahan rata-rata tiga bulan.

Satu kesimpulan kecil untuk menggambarkan kondisi sekarang, financial freedom bukan tidak mungkin, hanya kini menjadi impian yang semakin mahal. Bagaimana menurut anda?

Ikuti tulisan menarik alifa justisia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

21 jam lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

21 jam lalu