x

Pawai Putri Mandalika mengamati kehidupan para nelayan di pesisir Pantai Seger

Iklan

I Gede Yudarta

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 September 2023

Rabu, 20 September 2023 13:15 WIB

Pesan Perdamaian dalam Seni Pertunjukan Kolosal Legenda Putri Mandalaika

Pertunjukan ini hasil kerjasama antara Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dengan PT. Indonesia Tourism Development Corporate (ITDC) Mandalika.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seni pertunjukan kolosal bertajuk Legenda Putri Mandalika merupakan hasil rekacipta kerjasama antara Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dengan PT. Indonesia Tourism Development Corporate (ITDC) Mandalika. Hasil kerjasama ini didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi melalui PO Kedaireka dan skema riset Matching Fund. Dilaksanakannya kerjasama antara ISI Denpasar dengan ITDC Mandalika bertujuan untuk menjawab permasalahan yang terdapat pada mitra yaitu pihak ITDC terkait dengan perlunya atraksi budaya yang bersifat kolosal untuk mendukung pengembangan industri pariwisata di kawasan Mandalika. Sebagaimana kita ketahui bersama, Kawasan Mandalika adalah kawasan wisata yang sudah dikembangkan sejak 30 tahun silam oleh PT. Indonesia Tourism Development Corporate (ITDC). Guna mempercepat laju perkembangan industri wisata di kawasan ini, sejak tahun 2017 Presiden Joko Widodo menetapkan kawasan Mandalika sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan menjadikan kawasan Mandalika sebagai salah satu dari lima kawasan Destinasi Super Prioritas (DSP). Sebagai salah satu destinasi wisata super prioritas nasional keberadaan kawasan Mandalika memerlukan dukungan pembangunan sektor fisik dan non fisik. Sebagaimana dijelaskan pada DSP (kemenparekraf.go.id), pembangunan fisik berfokus pada pembangunan amenitas (amenity), aksesibilitas (accessibility), dan daya tarik wisata (attractions). Sementara itu pembangunan non-fisik termasuk pembangunan kompetensi sumber daya manusia (SDM), pengembangan travel pattern untuk upaya promosi hingga ekonomi kreatif. Secara fisik pembangunan berbagai infrastruktur fasilitas sarana, prasarana dan pengembangan kawasan Mandalika sudah dilaksanakan sejak kawasan ini ditetapkan sebagai salah satu kawasan ekonomi khusus dan sebagai destinasi wisata super prioritas nasional. Apalagi kemudian didukung dengan pembangunan sirkuit untuk penyelenggaraan seri World MotoGP, hal ini menjadikan kawasan Mandalika sebagai kawasan wisata yang bertaraf internasional.

Guna melengkapi beberapa komponen di atas, atraksi budaya juga merupakan komponen yang sangat penting serta diperlukan untuk mendukung pengembangan destinasi wisata Mandalika. Sebagaimana dikatakan oleh Yoety (2006) seni pertunjukan baik tradisional, kontemporer maupun moderen merupakan salah satu bentuk atraksi wisata dan dapat menjadi special event yang menjadi andalan atau daya tarik wisata. Di berbagai belahan dunia seni pertunjukan telah menjadi salah satu atraksi wisata yang menjanjikan, disamping memiliki keunikan juga mempunyai dampak ikutan untuk menggerakkan perekonomi rakyat setempat, baik melalui kesenian, produk-produk lokal dan ide-ide. Keberadaan atraksi budaya diharapkan mampu memberikan daya tarik kepada wisatawan sebagai hiburan serta untuk memperkenalkan kepada para wisatawan keberadaan seni tradisi budaya sasak yang menjadi kearifan lokal yang merupakan hasil tindakan yang menghasilkan budaya material serta memiliki nilai-nilai universal yang dijadikan pedoman hidup dan sebagai identitas masyarakat Sasak. Dari sisi kreativitas, pengembangan seni pertunjukan untuk menjadi seni pariwisata akan mendorong kinerja para seniman untuk meningkatkan kreativitas mereka dalam merancang pertunjukan seni yang sesuai sebagai seni wisata (Pratamawati, 2016). 

Berkenaan dengan rekacipta dalam rangka pengembangan kawasan destinasi wisata Mandalika, pemilihan Legenda Putri Mandalika sebagai judul dari karya seni pertunjukan kolosal dilandasi pemikiran bahwa legenda tersebut memiliki nilai-nilai luhur yang tercipta dari tradisi dan budaya masyarakat Sasak. Karya cipta Seni Pertunjukan kolosal yang melibatkan sekitar 300 orang seniman dari etnis Sasak dan seniman etnis Bali yang ada di Lombok merupakan implementasi dan perwujudan nilai toleransi dan kebersamaan di dalam kehidupan masyarakat di Lombok. Hal ini tentunya menjadikan karya seni kolosal tersebut salah satu media penyampaian pesan-pesan perdamaian dan harmonisasi dalam kehidupan masyarakat. Di tengah kehidupan masyarakat yang heterogen dengan keberadaan berbagai etnik di Lombok, nilai perdamaian sangat dibutuhkan guna mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, dan harmonis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagaimana cerita yang berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat Sasak, Putri Nyale Mandalika atau yang lebih dikenal dengan panggilan Putri Mandalika, adalah sosok seorang putri yang cantik, cerdas, bijak, berkepribadian luhur dan berhati mulia. Terlahir di kerajaan Tojang Beru putri dari Raja Tojang Beru dan Permaisuri Dewi Seranting. Kecantikan dan sifat mulia yang ada dalam diri putri, tersebar keseluruh negeri sehingga mengundang banyak pangeran di Lombok menghadap kepada Raja Tojang Beru untuk meminang Putri Mandalika, diantaranya Pangeran Aria Bumbang dan Pangeran Aria Johor.

Di dalam sidang kerajaan para pangeran memperkenalkan diri serta menyampaikan maksud kedatangan mereka satu persatu. Mendengar maksud dan tujuan dari para pangeran, Raja mempersilahkan Putri Mandalika untuk menentukan pilihannya. Untuk menghindari perdebatan dan pertikaian diantara pangeran, Putri Mandalika menyampaikan kepada seluruh pangeran untuk datang lagi setelah tiga hari di pantai, karena disanalah dia akan menentukan pilihannya. Di dalam masa penantian sang putri bersemedi memohon petunjuk Yang Maha Kuasa agar diberikan kebijaksanaan di dalam membuat keputusan. Karena apabila terjadi kesalahan dalam menentukan pilihan pasti akan terjadi keributan dan peperangan besar yang akan menyengsarakan rakyat.

Di hari yang telah ditetapkan oleh Putri Mandalika, pagi-pagi sekali para pangeran dan seluruh masyarakat telah berkumpul di tepi Pantai Seger, menunggu kehadiran sang putri. Beberapa saat kemudian datanglah Putri Mandalika disertai Raja Tojang Beru dan Permaisuri Dewi Seranting diiringi pejabat kerajaan. Putri Mandalika berjalan menuju karang tempatnya bersemadi dan menghadap kepada pangeran dan seluruh rakyatnya dan bersabda:

“Wahai seluruh pangeran, janganlah anda berperang karena aku, karena aku tidak akan memilih salah satu dari kalian yang melamarku. Aku mengambil sikap adil, demi kebaikan bersama, demi kebaikan negeri ini. Aku akan menjadi milik semua orang, jika kalian mencintaiku, temui aku tanggal 19 dan 20 bulan rowot dewase sasak di segare seger”.

Beberapa saat setelah menyampaikan sabdanya tiba-tiba datang ombak besar menggulung menyambut tubuh Putri Mandalika yang terjun ke laut. Seketika itu pangeran dan rakyat terjun dan berenang ke arah ombak yang menggulung Putri Mandalika untuk menyelamatkan sang putri. Namun upaya itu sia-sia karena sang putri sudah menyatu dengan laut. Di dalam kelelahan mereka, tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran nyale (cacing laut) yang berwarna-warni dalam jumlah yang sangat banyak. Seluruh rakyat berbondong-bondong mengambil nyale yang mereka percaya sebagai penjelmaan Putri Mandalika untuk dijadikan bahan makanan, diperjualbelikan serta ditabur di persawahan untuk menyuburkan tanah pertanian mereka. 

Dari petikan cerita di atas, tampak jelas karya seni yang digarap oleh para komposer dan koreografer dari ISI Denpasar yang berkolaborasi dengan para seniman yang ada di Lombok mengandung pesan dan nilai-nilai luhur yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Sebagaimana adegan yang tersaji di dalam karya kolosal tersebut divisualisasikan dengan baik dan jelas keputusan seorang putri yang cantik jelita dan sangat bijak demi menyelamatkan masyarakatnya dari perpecahan dan kehancuran, rela mengorbankan kebahagiaan dirinya dengan terjun ke tengah laut, menyatu dengan samudra dan menjelma menjadi jutaan cacing laut yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan nyale.  Pengorbanan yang dilakukan oleh Putri Mandalika semata-mata adalah demi terwujudnya perdamaian di dalam kehidupan masyarakat.

Selain menyelamatkan masyarakat dari perpecahan dan kehancuran, cacing laut (nyale) yang diyakini merupakan jelmaan Putri Mandalika menjadi rebutan masyarakat. Hingga saat ini pada setiap tanggal 19 dan 20 bulan rowot dewase Sasak sekitar bulan Februari pada kalender masehi masyarakat di kawasan Pantai Seger dan di beberapa kawasan pantai di Lombok merayakannya sebagai tradisi bau nyale atau menangkap nyale. Nyale hasil tangkapan tersebut ada yang langsung dikonsumsi dijadikan makanan khusus, ada yang diperjualbelikan dan ada yang dijadikan pupuk selanjutnya ditaburkan di areal persawahan untuk menyuburkan lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat. Dari tradisi Bau Nyale yang secara rutin dilaksanakan setiap tahun, masyarakat memperoleh manfaat secara ekonomi dari penjualan nyale serta kesuburan lahan pertanian yang digunakan sebagai sumber kehidupan masyarakat. Apalagi Sejak ditetapkannya tradisi Bau Nyale sebagai even budaya tahunan oleh Dinas Pariwisata NTB, kegiatan ini tentunya berimplikasi terhadap peningkatan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat di kawasan Pantai Seger, Kuta, Kabupaten Lombok Tengah.

Pesan perdamaian dan makna kesejahteraan yang terkandung di dalam seni pertunjukan Kolosal Legenda Putri Mandalika merupakan cita-cita luhur demi terwujudnya harmonisasi dalam kehidupan masyarakat secara lebih luas. 

Ikuti tulisan menarik I Gede Yudarta lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu