x

Kreasi Aa Rian

Iklan

Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki.
Bergabung Sejak: 28 Mei 2022

Jumat, 29 September 2023 07:10 WIB

Penjelasan Analogi Pohon Perihal Sumber Kejahatan

Penjelasan rinci akibat dari menaruh harapan lebih kepada manusia, dan bagaimana cara mengatasinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gambar pohon diatas sudah menjelaskan secara rinci bahwa:

Akar = Penyebab

Iman belum teruji, atau belum mengalami ujian keimanan sebagai tanda ia beriman agar senantiasa berharap pada Allah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Batang = Masalah

Disebabkan berharap pada sesama manusia yang memiliki potensi yang terbatas dan harapan tersebut tak terwujudkan membuat emosi negatif memuncak seperti marah, sedih, kecewa, kesal, frustasi, putus asa, dan sebagainya.

Daun = Gejala

Kelanjutan dari emosi negatif yang tidak terkendali yakni kejahatan merajalela, pertengkaran, permusuhan, bunuh diri, dan hal-hal merusak lainnya.

Contoh fenomena real dari berita: Pria di Kota "B" Bunuh Pacar Sesama Jenis gegara Cemburu

Ada seorang penyuka sesama jenis menaruh harapan pada pasangannya yang sejenis karena ia menerima upah besar dari hubungan yang diberikannya, sehingga seorang itu menyangka bahwa orang yang disukainya kaya raya.

Pada hari berikutnya seorang penyuka sesama jenis itu mengontak orang yang disukainya, namun bertepuk sebelah tangan karena ditolak berkali-kali. Harapannya terhempas, ia menyangka orang yang disukainya menaruh perhatian pada orang lain. Akibatnya ia menaruh amarah besar disebabkan kecemburuannya untuk menghabisi orang yang telah memberikan harapan padanya dengan skenario pembunuhan berencana, dan tibalah hari pembunuhan berencana itu terjadi. Seorang pembunuh tersebut terancam hukuman mati atas perbuatannya.

Contoh fenomena real dari berita lainnya: Seorang anak tega membunuh ibunya sendiri

Disebabkan perkataan ibunda dan ayahanda yang dianggapnya menyakitkan (tidak sesuai harapnnya). Seorang anak tega membunuh ibunya sendiri dan melukai ayahnya. Namun sang ayah memaafkan perilaku anaknya dan memohon hukuman untuk anaknya diringankan karena memang sang anak adalah penerus ayahnya.

Pertanyaan reflektif:

Apakah seorang itu menaruh harapan pada Allah atau sesamanya?

Apakah jika seorang itu memang hanya berharap pada Allah Yang Maha Esa keimanannya sudah teruji? Agar tidak berharap lebih kepada sesama makhluk?

Apakah seorang yang menaruh harapan kepada sesamanya dapat mengendalikan diri (bersabar) dari dampak negatif yang ditimbulkannya (kecewa, marah, dan sebagainya) karena harapan tak sesuai dengan kenyataan?

Pelajaran yang dipetik:

Seorang dapat merasakan kebermanfaatan dari menaruh harapan lebih kepada Allah, jika keimanan kepada Allah sudah benar-benar teruji, seperti yang difirmankan oleh Allah: 

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?" (Al-Ankabut ayat 2).

Dan menaruh harapan lebih kepada Allah pun sudah dituliskan dalam Al-Qur'an:

"Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap" (Al-Insyirah ayat 8).

Insya Allah apabila Iman kita sudah teruji (karena kita memohon petunjuk dan rida Allah lalu terjadilah ujian keimanan yang kemudian menegaskan iman kita kepada Allah), kemudian berlanjut hanya berharap lebih kepada Allah Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa. Namun boleh saja berharap kepada Hamba-Nya yang amat dicintai-Nya dan diistimewakan-Nya (seperti berselawat kepada Baginda Rasul Muhammad Saw. guna berharap syafaatnya di Yaumul Akhir) namun tidak melebihi harapan kepada Allah, maka niscaya kita berbahagia dan selalu dalam keadaan bersyukur.

Cimahi, 29 September 2023.

Ikuti tulisan menarik Indrian Safka Fauzi (Aa Rian) lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

14 jam lalu

Terpopuler