x

Iklan

Miftakhu Alfi Sa'idin

Seorang introvert yang bertekad menjadi penulis intelektual.
Bergabung Sejak: 6 September 2023

Senin, 2 Oktober 2023 08:38 WIB

Enaknya Kuliah

Kuliah itu enak, tapi banyak nggak enaknya. Apalagi bagi mahasiswa baru.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Selamat datang adik-adik mahasiswa baru (maba) Kampus Hijau Ponorogo. Selamat menempuh pendidikan tinggi (katanya). Dengar-dengar, saat ini sedang diadakan suatu acara orientasi atau pengenalan terhadap segala sesuatu yang ada di kampus. Kegiatan tersebut diikuti oleh semua maba dari berbagai fakultas dan jurusan. Kegiatan itu berlangsung selama empat hari berturut-turut.

Kegiatan orientasi tersebut dimulai pada hari Rabu (09/08/2023) hingga Sabtu (12/08/2023) mendatang. Yaps, sehingga saat ini kira-kira kegiatan itu sudah berjalan, ya kurang lebih dua hari. Gimana? Capek? Sama, kita juga capek, dek. Begitulah kalimat yang sering kita dengar. Tapi bentar deh, saya jadi kepikiran.

Enak ya Jadi Mahasiswa?

Menjadi mahasiswa merupakan dambaan bagi hampir seluruh pemuda Indonesia. Sebab, status mahasiswa dipandang sebagai seseorang yang memiliki tingkat keilmuan dan keintelektualan yang lebih, dibanding pemuda pada umumnya. Di samping itu, banyak pula yang beranggapan bahwa menjadi mahasiswa itu sangatlah “enak.” Bisa punya banyak relasi, duduk di kelas dengan kursi empuk dan ruangan sejuk, dan kerjanya pun enak, sekedar mendengarkan “omongan” dosen. Pokoknya enak deh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, benarkan menjadi mahasiswa itu seenak itu? Kita mulai dari nol ya, guys. Seperti yang sudah sedikit disinggung di atas, bahwasanya menjadi mahasiswa itu sangatlah “enak.” Kehidupan yang “enak” tersebut tentunya akan berbanding lurus dengan biaya yang dikeluarkan. Dan ini menjadi salah satu alasan, mengapa banyak pemuda yang tak bisa mengenyam pendidikan tinggi.

Penetapan UKT yang (Kadang) Nggak Sesuai

Di hampir semua perguruan tinggi, diterapkan pembayaran dengan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT). UKT merupakan biaya operasional yang dibebankan kepada setiap mahasiswa per-semesternya pada setiap jurusan. Besaran UKT yang diterima setiap mahasiswa bervariasi, disesuaikan dengan tingkat kemampuan ekonomi keluarganya masing-masing.

Dalam penetapan ini, masih banyak mahasiswa yang merasa besaran UKT yang diterimanya masih tergolong “mahal.” Ada juga yang menerima besaran UKT tidak sesuai dengan keadaan ekonominya. Selain itu, dengan biaya UKT yang dianggap mahal tersebut, tentunya berbanding lurus dengan fasilitas yang ada diterima. Tetapi apalah daya? Masih banyak juga yang tidak standar, mulai dari proyektor mati, kipas nggak berputar, air keran yang nggak nyala, dll. Hadeuh.

Adanya Ospek yang Nggak Urgent Banget

Pada hari pertama masuk ke lingkungan kampus, para mahasiswa diharuskan mengikuti orientasi atau pengenalan atau apalah itu namanya. Katanya sih kegiatann wajib ya. Kegiatan tersebut ya nggak salah sih, tapi ya nggak bisa disebut benar juga. Yang saya pribadi tidak suka dari kegiatan ini diantaranya yaitu menjadi ajang menjamurnya senioritas. Mereka (ada yang) bertindak semena-mena pada para maba yang baru kenal dunia kampus.

Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang bagi mereka untuk menggaet para maba untuk menjadi bagian dari golongan mereka. Berbagai macam organisasi akan mewarnai kegiatan ini, yang tujuann utamanya ya cuma satu, mencari kader. Maka nggak salah sih jika ada yang mengatakan kegiatan ini sebagai ladang subur untuk pencarian kader organisasi. Saya nggak sebut namanya ya, secret.

Dimana Enaknya?

Sampai di sini paham kan, dimana enaknya? Mungkin penulis juga nggak begitu paham juga terkait regulasi penetapan UKT yang berlaku seperti apa. Namun, mestinya penetapan tersebut dilakukan berdasarkan realita di lapangan. Sehingga, mahasiswa yang “kurang” mampu, idealnya mendapatkan UKT yang terjangkau. Pihak kampus pun hendaknya juga memberikan semacam ruang banding, jika ada mahasiswa yang merasa penetapan UKT-nya nggak sesuai. Atau juga kepada mahasiswa yang merasa UKT-nya mahal, agar dapat pengurangan sesuai kemampuan ekonominya.

Untuk kakak-kakak panitia Ospek, cobalah kalian berpikir kritis, ya. Senioritas di zaman sekarang itu sudah nggak zaman ya, guys. Apalagi dengan berbuat semena-mena. Aduh nggak banget. Jangan sampai orang yang dulu kalian tindak semena-mena itu kalian mintai info loker ya. Kuwalat itu namanya.

Sama satu lagi, kalian ngeluh capek jadi panitia? Ya sudah, nggak usah jadi panita dan jangan juga buat acara orientasi segala. Emang siapa juga yang mau? Kalau mau adu nasib ya nggak pantes juga sih. Misalkan di antara peserta kalian ada yang sudah kerja, gimana tuh? Apa mereka nggak kalah capek? Wassalam.

Ikuti tulisan menarik Miftakhu Alfi Sa'idin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

7 jam lalu

Terpopuler