Baru-baru ini Himpunan Mahasiswa Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (Jakarta) kembali menggelar Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) yang berlangsung selama delapan hari. Acara dimulai pada hari Jumat dan Sabtu selama seminggu, yakni dari tanggal 20—28 Oktober 2023. Bertema Pojok Danarto, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia turut memeriahkan acara. Namun, sebelum lebih lanjut, kalian pasti tidak asing dengan sosok Danarto, kan? Apa? Kalian ada yang tidak tahu Danarto itu siapa? Serius nih?
Danarto adalah seorang sastrawan, pelukis, penulis naskah drama, sutradara dan penulis naskah teater, penyair, penata artistik, salah satu pendiri Sanggar Bambu, dan penulis cerita pendek (cerpen). Ia lahir pada hari Jumat, 27 Juni 1941 di Sragen, Jawa Tengah. Danarto dikenal sebagai penulis cerpen tahun 1970-an dan dengan karyanya itu ia berhasil mendapatkan beberapa penghargaan, salah satunya adalah SEA Write Award dari kerajaan Thailand pada tahun 1988. Ayahnya bernama Jokio Harjodinomo, seorang mandor pabrik gula. Ibunya bernama Siti Aminah, seorang pedagang batik di pasar. Danarto baru dikenal publik sastra Indonesia setelah menulis cerita pendek (cerpen) yang dimuat dalam majalah Horison tahun 1968. Cerpen hasil karyanya berhasil menjadi cerpen terbaik majalah Horison di tahun tersebut.
Sekarang kalian sudah tahu sepintas siapa itu Danarto. Nah, kembali ke Pekan Kebudayaan Nasional UIN Jakarta. Karya-karya dan beberapa artikel Danarto dipamerkan bersamaan dengan penampilan-penampilan mahasiswa Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang memeriahkan acara. Mulai dari musikalisasi puisi, hadroh, penampilan drama, pertunjukan alat musik, menyanyi, sampai menari. Menarik banget, kan. Acara dipandu oleh MC yang menyenangkan dan berlangsung sangat meriah. Tidak hanya berupa penampilan-penampilan, Pojok Danarto juga menghadirkan sesi bincang-bincang santai. Pada sesi tersebut, MC menanyakan kepada para mahasiswa berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan. Jawaban yang diberikan pun bervariasi. Ada yang membutuhkan waktu lebih dari satu minggu, tetapi ada juga yang menjawab persiapan dilakukan secara mendadak. Meski begitu, sama sekali tidak mengurangi serunya rangkaian acara Pojok Danarto.
Sempat disinggung sebelumnya bahwa buku-buku dan artikel Danarto dipamerkan dalam Pekan Kebudayaan Nasional, Pojok Danarto. Hal ini membuat orang-orang yang sebelumnya tidak tahu, menjadi tahu siapa Danarto. Untuk mereka yang telah mengetahui dan menyukai karya-karya Danarto lebih awal, tentu memilki perasaan tersendiri. Mereka kembali mengenang akan sosoknya, seorang sastrawan yang kehadirannya cukup mengejutkan pembaca sastra Indonesia dan disebut-disebut sebagai pembaharu oleh berbagai kalangan. Danarto wafat pada usia 77 tahun, 10 April 2018 silam akibat kecelakaan.
Berikut ini pendapat beberapa mahasiswa ketika ditanya kesan mereka tentang Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional, Pojok Danarto:
“Menurut saya dengan adanya pojok Danarto ini bermanfaat banget loh untuk mahasiswa, terutama mahasiswa PBSI karena kita belajar tentang sastra. Dari sini kita bisa tahu bagaimana bagusnya sastra-sastra Indonesia. Keren banget pokoknya,” ujar Vika, mahasiswi yang turut hadir di Pekan Kebudayaan Nasional tahun ini.
“Kesan yang aku rasakan bahwa kegiatan ini merupakan wadah pelestarian karya sang sastrawan Indonesia yang terkenal di tahun 1970-an dan mengenang kembali sosok Danarto di kalangan masyarakat dan mahasiswa, terutama PBSI,” kata Nadia, salah satu mahasiswi yang turut memeriahkan acara dengan menampilkan Tari Cindai.
Ikuti tulisan menarik Zhafirah Najwa lainnya di sini.