Karya asli ini mengambil landasan sosial Minangkabau dan menggambarkan eksistensi bangsa Minang pada masa itu.
Kisah ini berpusat pada Siti Nurbaya, seorang wanita muda Minang yang menyenangkan dan baik hati. Ia merasakan perasaan cinta terhadap Samsul Bahri, seorang pemuda Minang yang menarik dan bijaksana. Namun cinta mereka terhambat oleh konflik lain, terutama perbedaan status sosial. Bentrokan sosial dan perbedaan pangkat menghalangi mereka untuk bersatu, sehingga topik "Cinta Tidak Mencapai" benar-benar menguasai buku ini.
Marah Rusli dengan gamblang menggambarkan pertikaian sosial dan kemasyarakatan yang melanda kisah romantis Siti Nurbaya dan Samsul Bahri. Ini juga menggambarkan karakter yang membingungkan dan masuk akal, dan menyelidiki berbagai masalah moral dan moral. Novel ini bukan sekadar kisah romantis, namun menambahkan analisis sosial tentang rasa malu dan kontras kedudukan dalam masyarakat Minangkabau.
Dengan gaya penulisan yang mendalam dan indah, Marah Rusli unggul dalam mengkomunikasikan sentimen dan perasaan para karakternya. Novel ini memberikan perspektif dari atas ke bawah mengenai perjuangan untuk mendapatkan kasih sayang, kesetaraan dan perbedaan sosial dalam iklim Minangkabau pada saat itu.
“Siti Nurbaya: Cinta Tak Sampai” merupakan salah satu karya ilmiah Indonesia yang patut dimanfaatkan oleh siapapun yang berkepentingan dengan segala kisah gandrung yang sarat dengan perjuangan dan kemasyarakatan. Sebuah teladan yang tetap relevan saat ini, dan membantu kita mengingat kekuatan dan intrik pemujaan bahkan dalam kesulitan sosial dan sosial.
Ikuti tulisan menarik muhammad jaelani lainnya di sini.